Peningkatan kasus demam berdarah dengue saat El Nino perlu dimitigasi dan dideteksi dini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren kasus dengue dilaporkan mengalami peningkatan setiap kali terjadi fenomena El Nino. Berbagai upaya penanggulangan dengue harus diperkuat dengan pemanfaatan inovasi dan teknologi. Kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan vektor serta deteksi dini juga perlu ditingkatkan agar dapat mencegah kematian akibat demam berdarah dengue.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, berbagai upaya pengendalian telah dilakukan untuk mengatasi demam dengue di Indonesia. Namun, angka kejadian demam dengue kembali mengalami peningkatan ketika fenomena El Nino berulang.
”Setiap kali El Nino datang, situasi iklim akan berubah. Pada saat itu, kasus demam dengue juga dilaporkan naik. Itu seperti yang dilaporkan pada 2008 dan 2016. Upaya pengendalian harus diperkuat, terutama dalam deteksi kasus agar fatality rate (angka kematian) bisa ditekan,” ujarnya dalam Diskusi Publik bertajuk ”Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue” di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Fenomena El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut Samudra Pasifik bagian tengah dan timur mengalami peningkatan dari rata-rata. Kondisi El Nino bisa berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan di Indonesia.
Setiap kali El Nino datang, situasi iklim akan berubah. Pada saat itu, kasus demam dengue juga dilaporkan naik. Itu seperti yang dilaporkan pada 2008 dan 2016.
Dalam jurnal yang dipublikasi secara daring pada 2022 di PLOS Neglected Tropical Diseases disebutkan, kejadian El Nino telah terbukti meningkatkan risiko wabah demam berdarah. Itu terjadi karena ketika suhu di permukaan lebih hangat, pertumbuhan larva nyamuk penyebab demam berdarah dengue, yakni Aedes aegypti, semakin cepat. Suhu yang lebih hangat ini juga membuat masa inkubasi ekstrinsik (EIP) virus dengue semakin pendek.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama sebab frekuensi dan tingkat keparahan kejadian El Nino bisa semakin tinggi akibat perubahan iklim. Penguatan kapasitas untuk mendeteksi dan memitigasi penyakit infeksi yang ditularkan dari vektor, seperti demam dengue, pun semakin mendesak.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan tren kasus demam berdarah dengue pada 2020-2023. Kasus demam dengue pada 2020 dilaporkan sebanyak 108.303 kasus. Kasus yang dilaporkan sempat menurun pada 2021 menjadi 73.518 kasus, lalu naik signifikan pada 2022 sebanyak 143.176 kasus.
Kondisi serupa terjadi pada kasus kematian akibat demam berdarah dengue. Pada 2020, kasus kematian yang dilaporkan sebanyak 747 kasus. Sementara pada 2021 dilaporkan sebanyak 705 kasus. Pada 2022, kasus kematian meningkat menjadi 1.236 kasus.
Dalam laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, beban biaya untuk perawatan demam berdarah dengue juga meningkat hampir dua kali lipat. Pada 2021, biaya untuk layanan demam berdarah dengue sebesar Rp 600 miliar, sementara pada 2022 dilaporkan mencapai Rp 1,2 triliun.
Menurut Dante, tingginya kasus kematian akibat demam berdarah dengue bisa disebabkan kesadaran yang minim mengenai gejala dan tanda dari infeksi dengue. Kesadaran yang kurang menyebabkan upaya deteksi menjadi terlambat. Hal ini membuat penanganan kasus menjadi tidak bisa cepat sehingga kondisi pasien semakin buruk hingga meninggal.
”Kita harus terus usahakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai gejala dengue. Itu menjadi urgensi untuk dilakukan. Selain itu, upaya pengendalian lain, seperti larvasida, fogging, program jumantik, serta upaya lain yang lebih advance bisa dijalankan secara bersamaan. Inovasi terbaru sudah menghasilkan adanya teknologi wolbachia dan juga vaksin dengue,” ujar Dante.
Vaksin dengue
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menuturkan, vaksin dengue bisa digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi dalam penanggulangan dengue. Kajian antara Kementerian Kesehatan dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) akan dilakukan untuk menjadikan vaksin dengue masuk dalam program imunisasi nasional.
”Vaksin dengue ini harus dimulai dengan tahap introduksi terlebih dahulu. Kita coba lihat tahun depan untuk pelaksanaan introduksi tersebut. Namun, kita izinkan jika ada daerah yang mau mulai melakukan introduksi vaksinasi dengue, terutama yang kasusnya tinggi dan kapasitas fiskal APBD-nya bagus. Salah satunya seperti di Kalimantan Timur,” ujarnya.
Saat ini sudah ada dua vaksin dengue yang telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni vaksin Dengvaxia produksi Sanofi Pasteur dan Vaksin QDENGA produksi Takeda. Untuk vaksin Dengvaxia dapat diberikan pada individu usia 9-16 tahun dan tidak direkomendasikan pada kelompok individu dengan seronegatif. Karena itu, sebelum diberikan vaksin jenis ini, perlu dilakukan penapisan awal untuk mengetahui status serologi.
Sementara untuk vaksin QDENGA bisa diberikan untuk usia 6-45 tahun. Pemberian dapat diberikan tanpa skrining awal. Saat ini, pemerintah masih menunggu rekomendasi dari ITAGI agar vaksin ini bisa digunakan untuk vaksinasi program pemerintah.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi menuturkan, vaksin QDENGA atau yang juga disebut TAK-003 merupakan vaksin dengue yang didasarkan pada virus dengue serotipe 2 yang dilemahkan. Secara umum, vaksin ini dapat ditoleransi dengan baik tanpa ada risiko keamanan yang serius, baik pada kelompok seropositif maupun seronegatif. Karena itu, pemberiannya pun tidak perlu dilakukan penapisan awal terkait status serologi.
Reaksi lokal dan sistemik yang ditimbulkan dari pemberian vaksinasi juga ringan. Pada usia enam tahun ke atas, keluhan yang ditemukan, seperti nyeri pada tempat suntikan, sakit kepala, lemas, nyeri otot, dan demam. ”Dalam pengujian juga dihasilkan proteksi vaksin ini mencapai 84 persen terhadap kasus dengue rawat inap dan 61 persen terhadap VCD (risiko rawat inap dan infeksi dengue berat yang terkonfirmasi secara virologis) sampai 4,5 tahun pemberian setelah dosis kedua,” ujarnya.