Kebisingan Lalu Lintas Berisiko Picu Gangguan Jantung
Suara bising dari lalu lintas kendaraan dapat berdampak buruk pada kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebisingan lalu lintas malam dan siang hari dari suara mobil, truk, kereta api, dan pesawat terbang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, terutama pada perempuan. Risiko gangguan jantung ini tetap bisa muncul meskipun seseorang tidur cukup dalam suasana bising.
Peneliti kesehatan lingkungan di Harvard TH Chan School of Public Health, Charlie Roscoe, seperti dikutip di laman resmi Harvard, Kamis (11/1/2024), mengatakan, sebagian besar riset soal kebisingan dan kesehatan berasal dari Eropa. Studi-studi ini menunjukkan bahwa tingkat kebisingan lingkungan yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular meskipun beberapa temuan tidak konsisten.
Hanya sedikit penelitian tentang hubungan antara kebisingan dan risiko kardiovaskular yang telah dilakukan di Amerika Serikat (AS). Belum ada penelitian nasional di AS yang mengamati perbedaan antara kebisingan siang hari dan malam hari yang berasal dari sumber antropogenik, termasuk kebisingan lalu lintas, terkait dengan kardiovaskular.
”Jadi, kami memutuskan untuk melihat pertanyaan ini dengan menggunakan data selama 30 tahun dari Nurses’ Health Study (NHS), sebuah studi longitudinal yang bertujuan untuk menilai faktor risiko penyakit kronis pada perempuan. Kami mempertimbangkan bagaimana berbagai faktor dapat memengaruhi hubungan antara kebisingan dan kejadian kardiovaskular, seperti kepadatan penduduk, wilayah, tingkat polusi udara, tingkat penghijauan, dan status sosial ekonomi lingkungan,” kata Charlie.
Penelitian tersebut juga melihat apakah kurang tidur membuat perbedaan. Untuk memprediksi tingkat kebisingan di luar ruangan, digunakan model kebisingan geospasial yang dibuat peneliti National Park Service berdasarkan data akustik dari lokasi pemantauan di seluruh AS.
”Kami menemukan hubungan positif yang kecil antara paparan kebisingan di malam hari dan siang hari dengan kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner dan stroke, walaupun hubungannya lebih kuat dengan penyakit jantung koroner.”
Kebisingan adalah penyebab masalah kesehatan lingkungan terbesar kedua setelah polusi udara menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini telah dikaitkan dengan gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, risiko penyakit metabolik dan kardiovaskular, serta demensia.
Tetap berisiko
Charlie mengatakan, ketika mulai belajar tentang kebisingan, dia berasumsi kebisingan yang menyebabkan kualitas tidur buruk berhubungan dengan dampak kesehatan. Ternyata, meskipun seseorang tidak sadar atau tidak terbangun di malam hari karena kebisingan, orang tersebut masih memiliki respons stres yang mengakibatkan aktivitas otak terganggu.
”Lama-kelamaan, kebisingan menyebabkan masalah seperti resistansi insulin, diabetes, dan masalah kardiovaskular,” ujar Charlie.
Charlie menuturkan, ada orang-orang yang tinggal di sekitar jalan raya yang sibuk dan mengatakan mereka bahkan tidak mendengar suaranya. ”Meskipun Anda tidak mendengarnya, atau Anda tidak menyadarinya, hal tersebut tetap berpotensi membahayakan kesehatan. Saya pikir itu adalah kejutan terbesar bagi saya ketika saya mulai mempelajari penelitian ini,” tuturnya.
Guna melindungi masyarakat dari bahaya kebisingan, beberapa wilayah memiliki peraturan tingkat kebisingan. Di Jepang dan Inggris, misalnya, terdapat peraturan yang mengatur seberapa keras suara truk pengumpulan sampah. Truk sampah tidak bisa mengeluarkan suara bising, apalagi pada pukul 04.00. Di Paris, terdapat sensor kebisingan yang dapat mendeteksi lalu lintas yang sangat bising. Orang bisa kena denda jika knalpot mobilnya terlalu keras.
“Jadi, peraturan bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik,” ujar Charlie.
Studi ini menemukan bahwa lebih dari 11 juta orang dewasa sangat terganggu oleh kebisingan lalu lintas jalan.
Di Amerika, pembangunan beberapa kota dapat menjadi tantangan dalam mengurangi kebisingan. Di beberapa tempat, jalur kereta api atau jalan raya membatasi lingkungan permukiman dan bandara dekat dengan rumah penduduk. Lingkungan sekitar koridor transportasi ini cenderung menjadi tempat tinggal komunitas yang paling kurang terlayani, dengan konsentrasi tinggi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan orang kulit berwarna.
Realitas itu memerlukan perubahan infrastruktur besar-besaran untuk mengubah jalur kereta api yang melintasi kota atau mengubur jalan di bawah tanah, alih-alih memotong jalan di lingkungan sekitar. Namun, penghalang suara dan isolasi rumah adalah solusi terjangkau yang dapat membantu. Mengatasi langsung lalu lintas jalan raya yang merupakan sumber sebagian besar kebisingan permukiman sejauh ini merupakan solusi paling efektif.
”Dengan berinvestasi pada transportasi aktif, seperti infrastruktur jalan kaki dan bersepeda, termasuk sepeda listrik dan angkutan umum yang ramah lingkungan, seperti bus listrik dan kereta api yang rendah polusi, kota tidak hanya dapat mengurangi tingkat kebisingan, tetapi juga mengurangi polusi udara dan mengatasi perubahan iklim dengan manfaat tambahan kesehatan yang besar,” papar Charlie.
Meningkatkan stres
Pada tahun 2022, peneliti dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal), Sasha Khomenko, memaparkan penelitiannya di jurnal Environment International berjudul ”Impact of Road Traffic Noise on Annoyance and Preventable Mortality in European Cities: A Health Impact Assessment”. Studi ini menemukan bahwa lebih dari 11 juta orang dewasa sangat terganggu oleh kebisingan lalu lintas jalan.
Gangguan didefinisikan sebagai gangguan berulang dari kegiatan sehari-hari, seperti berkomunikasi, membaca, bekerja, dan tidur. Dalam pengertian ini, gangguan lebih dari sekadar ketidaknyamanan karena dapat meningkatkan stres dan akhirnya menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Dampak kebisingan lalu lintas pada kesehatan ini diungkapkan para ilmuwan setelah meneliti populasi di 749 kota di Eropa. Temuan tersebut menunjukkan hampir 60 juta orang dewasa mengalami tingkat kebisingan yang dihasilkan kendaraan yang tidak sehat. WHO merekomendasikan tingkat kebisingan rata-rata yang direkam selama periode 24 jam tidak boleh melebihi 53 desibel (53 dB Lden).
”Hasil kami memberikan gambaran komprehensif kota-kota Eropa dan pemahaman lebih jelas tentang mengapa kebisingan yang dihasilkan transportasi adalah penyebab masalah kesehatan utama kedua dari aspek lingkungan yang merugikan di Eropa barat, setelah partikel udara,” Sasha.