Publikasi Ilmiah yang Kian Berfokus Kualitas dan Menjaga Integritas
Peningkatan publikasi ilmiah internasional didorong. Bukan lagi mengejar kuantitas, melainkan kualitas dan integritas.
Penelitian atau riset dengan luaran publikasi ilmiah internasional dari perguruan tinggi Indonesia terus digiatkan. Selain penting untuk meningkatkan reputasi di tingkat internasional, juga sebagai kontribusi ilmuwan Indonesia pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat global. Karena itu, penelitian perlu berfokus pada kualitas dengan menjaga integritas sebagai akademisi atau ilmuwan.
Direktorat Riset dan Pengembangan Universitas Indonesia (UI), seperti dikutip dari laman resmi UI pada Selasa (9/1/2024), mengumumkan pada minggu pertama tahun ini, persentase distribusi publikasi UI di jurnal internasional sepanjang tahun 2023 didominasi oleh kategori Quartile (Q)1, yakni jurnal internasional terindeks Scopus yang memiliki pengaruh paling besar di antara kategori lainnya (Q2, Q3, dan Q4).
Berdasarkan data dari SciVal per 29 Desember 2023, terlihat adanya kenaikan signifikan pada porsi publikasi UI di jurnal Q1, yakni dari 29,3 persen pada 2022 menjadi 34,9 persen pada 2023. Kenaikan ini sekaligus menandai jumlah publikasi Q1 UI merupakan yang terbanyak di Indonesia. Padahal, selama lima tahun terakhir, publikasi UI didominasi oleh jurnal Q3.
Baca Juga: Publikasi Ilmiah dan Pematangan Intelektual
Porsi komposisi subyek area riset sejak 2018 berdasarkan Scival adalah ilmu alam/natural sciences (33,1 persen), ilmu kedokteran dan kehidupan/life sciences and medicine (39,1 persen), teknik dan teknologi/engineering and technology (38,3 persen), ilmu manajemen dan sosial/social sciences and management (18,2 persen), serta seni dan humaniora/art and humanities (2,6 persen).
Direktur Riset dan Pengembangan UI Munawar Khalil mengatakan, posisi publikasi UI berpengaruh penting terhadap pemeringkatan internasional. Penyebabnya, salah satu kriteria pemeringkatan adalah jumlah sitasi jurnal ilmiah. Artikel yang masuk dalam jurnal Q1 cenderung mendapat sitasi yang lebih banyak karena masyarakat percaya bahwa jurnal-jurnal yang bagus pasti memuat artikel-artikel yang berkualitas.
”Kami berharap, di tahun 2024, publikasi UI di jurnal Q1 bisa berada di atas 50 persen. Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang (RPJP), target UI di tahun 2025 adalah menjadi top 5 ASEAN. Sementara publikasi riset Q1 pada universitas-universitas top 5 ASEAN saat ini sudah berada di atas 70 persen,” ujar Khalil.
Menurut Khalil, target tersebut bukanlah hal yang mustahil karena UI melakukan berbagai strategi dalam transformasi riset. Penelitian UI yang awalnya berfokus pada kuantitas kini bergeser ke kualitas.
Hasil riset penelitian dari perguruan tinggi tidak hanya untuk publikasi, tetapi juga menjadi inovasi yang siap dihilirisasi atau dimanfaatkan dunia usaha/industri dan masyarakat.
Dulu, UI mendorong para peneliti untuk memublikasikan hasil risetnya di jurnal mana pun agar jumlah artikel meningkat dan budaya menulis di kalangan peneliti semakin tumbuh. Namun, sejak tahun 2020-an, fokus UI tidak lagi mengejar kuantitas, tetapi kualitas sehingga riset-riset yang dilakukan dapat dimuat dalam jurnal-jurnal terbaik dunia.
Khalil menyebut, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam publikasi internasional, yakni kolaborasi internasional, topik penelitian, dan pendanaan. Penelitian saat ini tentunya tidak terbatas pada satu bidang ilmu.
Perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak agar penelitian yang dihasilkan memberikan dampak yang besar tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia. Karena itu, topik penelitian yang dipilih juga harus menjawab permasalahan masyarakat saat ini. Selain itu, sumber dan alokasi pendanaan riset juga perlu diperhatikan agar tidak membebani atau memberikan efek negatif dalam jangka panjang.
Sementara itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi perguruan tinggi dengan skor Sinta atau Science and Technologi Index tertinggi dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia hingga awal tahun 2023. Skor Sinta merupakan salah satu indikator kinerja publikasi ilmiah di Indonesia yang digunakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Skor di akun Sinta dikembangkan untuk pemonitoran dan evaluasi publikasi ilmiah di Indonesia.
Dari laman https://sinta.kemdikbud.go.id/ pada Sabtu 6 Januari 2024, UGM tercatat di posisi teratas dengan skor Sinta dalam tiga tahun mencapai 1.359.729, sedangkan Sinta Score Overall 3.689.410.
Direktur Penelitian UGM Mirwan Ushada menyampaikan, capaian ini menjadi bukti bahwa kontribusi luaran penelitian dosen/peneliti UGM terekognisi nasional dan internasional. Hasil yang diperoleh saat ini tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan UGM dalam mendongkrak kualitas dan kuantitas publikasi yang dihasilkan oleh para dosen dan penelitinya.
Baca Juga: Kualitas Publikasi Ilmiah Internasional Indonesia Terus Didongkrak
Upaya itu seperti meningkatkan kualitas publikasi internasional bereputasi dan berdampak tinggi melalui porgram bantuan dan insentif. Beberapa di antaranya seperti pemberian insentif karya ilmiah sudah terbit, pemandatan publikasi berdampak tinggi, bantuan presentasi ataupun penyelenggaraan konferensi internasional, program peningkatan keunggulan akademik (academic excellence), program peningkatan kompetensi doktor, program riset kolaborasi Indonesia, program RISPRO LPDP, PUIPT-PT, program peningkatan kapasitas peneliti dosen muda serta pusat kolaborasi riset.
UGM juga menerapkan program fasilitasi untuk menunjang peningkatan kualitas penelitian. Beberapa di antaranya dengan pendirian klinik publikasi, language editing dan cek plagiarisme, serta pelatihan penulisan ilmiah (nature research academic).
”UGM terus berupaya meningkatkan kualitas publikasi internasional bereputasi dan berdampak tinggi, paten penelitian, kolaborasi riset internasional serta mendukung program implementatif pengabdian masyarakat. Upaya tersebut melalui sinergi antara Direktorat Penelitian UGM dan unit fakultas untuk mengawal capaian kinerja penelitian dosen/peneliti UGM,” kata Mirwan.
Berdampak
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, hasil riset penelitian dari perguruan tinggi tidak hanya untuk publikasi, tetapi juga menjadi inovasi yang siap dihilirisasi atau dimanfaatkan dunia usaha/industri dan masyarakat. Sejak tahun 2020, kolaborasi perguruan tinggi dan industri didukung lewat platform Kedaireka untuk ”menjodohkan” kolaborasi riset perguruan tinggi dan industri dengan metode dana padanan dari pemerintah dan industri.
Nizam menambahkan, dampak ekosistem kolaborasi riset perguruan tinggi dan industri membuahkan hasil. Indeks inovasi Indonesia telah mengalami kenaikan. Data Global Innovation Index tahun 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-61 setelah tahun sebelumnya peringkat ke-75.
”Peringkat tersebut memiliki beberapa elemen penilaian. Yang meningkat paling signifikan adalah kerja sama antara kampus dan dunia industri, dari peringkat ke-35 tahun 2020 sekarang menjadi peringkat ke-5 dunia,” ucap Nizam
Korupsi ilmu
Guru Besar Psikologi Sosial Universitas Bina Nusantara Juneman Abraham mengingatkan tentang fenomena korupsi ilmu dan korupsi keilmuan di Indonesia, termasuk dalam kaitan publikasi. Situasi korupsi keilmuan di Indonesia yang tersorot antara lain kasus plagiat dan perjokian. Ada juga penipuan dalam riset/ilmiah (research/scientific fraud) yang belum tampak ke permukaan karena begitu halus dan samarnya, juga karena literasi komunitas akademik Indonesia mengenai hal ini diakui masih belum menggembirakan.
Melawan korupsi ilmu yang juga jadi pangkal korupsi dipaparkan Juneman dalam buku terbarunya berjudul Melawan Korupsi Ilmu: Trajektori Sains Terbuka dan Psikoinformatika. Juneman yang juga Kepala Kelompok Riset Perilaku Konsumen dan Etika Digital Universitas Bina Nusantara mengatakan, kita tetap harus terus bersama-sama menggeser fokus peneliti dari faktor-faktor ”permukaan”, seperti orientasi reputasi, prestise, jabatan, atau finansial, yang selama ini merupakan kejaran para peneliti menjadi fokus pada faktor-faktor subastantif atau esensial, khususnya kekokohan dan kekomunikatifan sains.
”Kokoh maksudnya sebuah hasil studi bukan dihasilkan dari sebuah kebetulan, yang menguntungkan, atau sesuai selera pasar. Transparansi dan akuntabilitas menjadi penting,” kata Juneman.
Pada September 2023, Scopus, database makalah ilmiah yang banyak digunakan dan dioperasikan oleh raksasa penerbitan Elsevier, memainkan peran penting sebagai penentu legitimasi ilmiah, mencantumkan database 67 jurnal yang ”dibajak”, publikasi sah yang diambil alih oleh operator yang tidak bermoral untuk mendapatkan keuntungan terlarang. Penulis dibebankan biaya hingga 1.000 dollar AS per makalah.
Baca Juga: Akademisi Bayar Joki, Kepakaran Bebas Diperjualbelikan
Publikasi semu ini mewakili sebagian kecil dari lebih dari 26.000 jurnal aktif yang ditinjau oleh rekan sejawat yang terindeks di Scopus. Namun, kata ilmuwan sosial di Free University of Berlin, Anna Abalkina, penulis penelitian yang diterbitkan pada 27 November di Journal of Association for Information Science and Technology, angka di atas nol akan meresahkan karena itu berarti catatan ilmiah sedang dikorupsi.
”Beberapa karya yang dipublikasikan di jurnal yang dibajak mungkin sah. Namun, analisis sebelumnya menemukan bahwa banyak makalah di jurnal yang dibajak merupakan plagiat, dibuat-buat, atau diterbitkan tanpa peer review,” kata Abalkina.
Menanggapi penelitian Abalkina, Elsevier telah memulai penyelidikan menyeluruh terhadap jurnal-jurnal tersebut, URL situsnya, dan artikel-artikel yang diindeks. Scopus telah membasmi judul-judul mencurigakan dengan menggunakan teknologi dan masukan dari para peneliti dan dewan penasihat ahli.
”Menjaga integritas dan kualitas tinggi, konten hasil kurasi yang terindeks di Scopus adalah hal yang sangat penting bagi kami,” kata Direktur Hubungan Media Global Elsiever Dan DiPietro-James.