Virus Polio Bermutasi, Vaksin Generasi Baru Diberikan
Pemberian vaksin nOPV2 yang merupakan vaksin polio generasi terbaru dilakukan pada pelaksanaan Sub-PIN Polio dalam penanggulangan KLB Polio VDPV2.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus lumpuh layu akut di Jawa Tengah dan Jawa Timur ditemukan terkonfirmasi terinfeksi virus polio vaksin tipe dua yang bermutasi atau VDPV2. Menyikapi hal ini, vaksin polio generasi baru, Novel Oral Polio Vaksin tipe 2, diberikan bagi sasaran Sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio di wilayah terjangkit dan berisiko tinggi terhadap penularan virus tersebut.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, yang juga Ketua Komite Ahli Nasional Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Ismoedijanto mengatakan, cakupan imunisasi polio yang rendah di suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya mutasi dari virus polio. Virus yang bermutasi akan lebih cepat bersirkulasi di masyarakat. Akibatnya, risiko kelumpuhan pada anak yang terinfeksi semakin tinggi.
”Jika virus (polio) ini masuk pada seseorang ataupun kelompok dengan kekebalan yang rendah yang tidak diimunisasi sebelumnya, itu akan membuat penularan kasus polio baru menjadi lebih cepat. Virus ini bisa berkembang biak dengan cepat di dalam tubuh dan dikeluarkan lagi di dalam tubuh melalui feses,” tuturnya dalam kegiatan arahan medis mengenai kejadian luar biasa (KLB) polio, di Jakarta, Sabtu (6/1/2024).
Menurut Ismoedijanto, merebaknya KLB dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk polio, sudah diprediksi sebelumnya. Sebab, cakupan imunisasi dasar pada anak-anak terus menurun. Cakupan tersebut semakin menurun saat pandemi Covid-19 terjadi.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, pada periode 2019-2021 setidaknya ada 1,7 juta anak di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2021 tercatat hanya 84,2 persen dari target yang seharusnya dicapai sebesar 95 persen.
Sementara pada cakupan imunisasi polio tercatat capaiannya hanya 63,5 persen untuk pemberian oral polio vaksin empat dosis (OPV4) dan 65 persen untuk pemberian vaksin polio suntik IPV dosis satu (IPV1). Sesuai aturan Kementerian Kesehatan, vaksin polio OPV dengan pemberian secara oral diberikan empat kali dan vaksin IPV dengan pemberian melalui suntikan diberikan dua kali.
Merebaknya kejadian luar biasa (KLB) dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk polio, sudah diprediksi sebelumnya. Sebab, cakupan imunisasi dasar pada anak-anak terus menurun.
Ismoedijanto menuturkan, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, kasus lumpuh layu akut yang terjadi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, telah terkonfirmasi terinfeksi VDPV2. Selain itu, virus VDPV2 juga ditemukan pada sampel lingkungan di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Setidaknya telah dilaporkan tiga anak mengalami lumpuh layu akut akibat virus polio, meliputi satu anak yang berdomisili di Jawa Tengah dan dua anak berdomisili di Jawa Timur. Satu kasus pada anak di Jawa Timur dilaporkan sudah mendapatkan imunisasi lengkap, tetapi mengalami malanutrisi.
Sementara itu, pada kasus di Jawa Tengah memiliki status imunisasi yang tidak lengkap dan satu kasus lain di Jawa Timur hanya berdasarkan pengakuan orangtua sudah mendapatkan imunisasi OPV empat kali dan satu kali imunisasi IPV.
”Kita harus bisa pastikan status imunisasi anak dengan catatan yang jelas jangan hanya dari pengakuan atau ingatan saja. Penularan juga bisa terjadi karena kondisi anak yang kurang gizi ataupun memiliki penyakit bawaan, seperti kelainan jantung. Perlindungan harus diberikan secara lebih selain dari imunisasi,” kata Ismoedijanto.
Virus polio umumnya menyebar melalui feses dari orang yang terinfeksi. Penularan dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam kondisi kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Polio dapat pula menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Vaksin generasi baru
Pemberian vaksin polio dengan Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 (nOPV2) menjadi upaya untuk menanggulangi KLB polio, terutama pada kasus yang diketahui terinfeksi VDPV2. Vaksin tersebut merupakan vaksin polio generasi terbaru yang telah digunakan untuk meredam kasus KLB cVDPV2 di 21 negara.
Vaksin tersebut juga sudah diproduksi di dalam negeri melalui PT Bio Farma (Persero). Pada laman resmi PT Bio Farma disebutkan, nOPV2 telah teruji klinis dapat memberikan perlindungan terhadap virus polio tipe 1. Vaksin ini juga diklaim dapat meminimalkan terjadinya kembali cVDPV atau kasus polio dari mutasi virus dalam vaksin.
Sebelumnya, Ketua Tim Kerja Imunisasi Tambahan dan Khusus Kementerian Kesehatan Gertrudis Tandy dalam acara Orientasi Sub-PIN Polio di Jakarta, Rabu (3/1/2024), menyampaikan, vaksin nOPV2 saat ini hanya digunakan pada pelaksanaan Sub-PIN dalam penanggulangan KLB Polio tipe 2. Kementerian Kesehatan telah menetapkan Sub-PIN Polio akan dilakukan dalam dua putaran pada 15 Januari 2024 dan 19 Januari 2024.
Pelaksanaan Sub-PIN Polio sebagai penanggulangan KLB Polio VDPV2 dijalankan di seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kabupaten Sleman, DIY. Ditargetkan cakupan imunisasi dalam Sub-PIN tersebut mencapai 95 persen.
Adapun sasaran imunisasi pada semua anak usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Secara detail, sasaran imunisasi nOPV2 di Jawa Tengah mencapai 3,9 juta anak, di Jawa Timur 4,4 juta anak, dan di Kabupaten Sleman, DIY, 149.821 anak.
Dalam siaran pers, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, masyarakat diharapkan bisa memastikan setiap anak sudah memperoleh imunisasi rutin polio lengkap. Perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk buang air besar di jamban dan septic tank harus dilakukan dengan baik. Pastikan pula terbiasa untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
”Masyarakat diimbau segera melapor kepada petugas kesehatan atau puskesmas terdekat jika menemukan anak usia di bawah 15 tahun dengan gejala lumpuh layu mendadak. Itu dilakukan untuk menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio,” katanya.