Rutin Menggunakan Alat Bantu Dengar Turunkan Risiko Kematian Dini
Studi terbaru menunjukkan, orang yang rutin menggunakan alat bantu dengar memiliki risiko kematian 24 persen lebih rendah.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak semua orang yang mengalami gangguan pendengaran menggunakan alat bantu dengar. Padahal, gangguan pendengaran dapat berdampak buruk bagi kesehatan, seperti demensia dan depresi. Studi terbaru menunjukkan orang yang rutin menggunakan alat bantu dengar dapat menurunkan risiko kematian dini.
Penelitian Keck Medicine of University of Southern California, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang dewasa dengan gangguan pendengaran yang rutin memakai alat bantu dengar memiliki risiko kematian 24 persen lebih rendah ketimbang yang tidak pernah memakainya. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal The Lancet Healthy Longevity pada Januari 2024.
”Hasil studi ini menarik karena menunjukkan bahwa alat bantu dengar berperan melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah kematian dini,” ujar penulis utama studi tersebut, Janet Choi, dilansir dari Sciencedaily.com, Sabtu (6/1/2024).
Studi ini mewakili analisis terbaru mengenai hubungan antara gangguan pendengaran, penggunaan alat bantu dengar, dan kematian di AS. Meski penelitian sebelumnya telah menunjukkan risiko gangguan kesehatan akibat gangguan pendengaran, masih sedikit yang meneliti kaitannya dengan risiko kematian.
Dalam penelitian tersebut, Choi dan rekannya menggunakan data yang dikumpulkan oleh National Health and Nutrition Examination Survey pada 1999-2012. Data ini dipakai untuk mengidentifikasi hampir 10.000 orang berusia 20 tahun ke atas yang telah menyelesaikan evaluasi audiometri, tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pendengaran, dan yang mengisi kuesioner tentang kesehatan mereka.
Sebanyak 1.863 orang teridentifikasi mengalami gangguan pendengaran. Dari jumlah tersebut, 237 orang merupakan pengguna rutin alat bantu dengar, setidaknya sekali seminggu.
Sementara 1.483 orang diidentifikasi tidak pernah menggunakan alat bantu dengar tersebut. Subyek yang melaporkan memakai perangkat itu kurang dari sekali dalam sebulan atau lebih jarang dikategorikan sebagai pengguna nonreguler.
Penelitian Keck Medicine of University of Southern California, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang dewasa dengan gangguan pendengaran yang rutin memakai alat bantu dengar memiliki risiko kematian 24 persen lebih rendah ketimbang yang tidak pernah memakainya.
Para peneliti menemukan perbedaan risiko kematian hampir 25 persen antara pengguna alat bantu dengar reguler dan yang tidak pernah menggunakan alat tersebut. Hal ini terlepas dari beberapa variabel, seperti usia, etnis, pendapatan, pendidikan, dan riwayat kesehatan.
Tidak ada perbedaan risiko kematian antara pengguna nonreguler dan yang tidak pernah menggunakan alat bantu dengar. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu dengar sesekali mungkin tidak memberikan manfaat apa pun dalam memperpanjang hidup.
Akan tetapi, studi tersebut tidak meneliti mengapa alat bantu dengar dapat membantu orang hidup lebih lama. Choi merujuk pada beberapa penelitian yang menghubungkan penggunaan alat bantu dengar dengan penurunan tingkat depresi dan demensia.
”Peningkatan kesehatan mental dan kognisi yang disertai dengan peningkatan pendengaran dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan,” katanya.
Peneliti lainnya, Frank R Lin, berharap studi itu mendorong lebih banyak orang dengan gangguan pendengaran untuk memakai alat bantu dengar. Sebab, berbagai penelitian telah mengungkap manfaatnya bagi kesehatan.
Akan tetapi, sejumlah faktor, termasuk biaya, stigma, dan kesulitan menemukan alat bantu dengar yang cocok, merupakan hambatan dalam penggunaannya. ”Berbagai tantangan ini tentu dapat dipahami,” ujarnya.