Lima Spesies Baru Landak Berbulu Lembut Ditemukan di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia
Tim peneliti berhasil menemukan dan mengidentifikasi lima spesies baru landak berbulu lembut dari Asia Tenggara, salah satunya merupakan hewan endemik di Sumatera Utara.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim peneliti internasional berhasil menemukan dan mengidentifikasi lima spesies baru landak berbulu lembut dari Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Identifikasi yang dilakukan dengan analisis DNA dan karakteristik fisik ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi mempelajari berbagai spesies hewan, khususnya mamalia.
Identifikasi lima spesies baru landak berbulu lembut ini merupakan hasil studi yang dipimpin oleh peneliti dari Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian, Amerika Serikat. Studi ini turut melibatkan peneliti dari Universitas Seville dan Stasiun Biologi Donana di Spanyol, Universitas George Mason serta Institut Biologi Konservasi dan Kebun Binatang Nasional Smithsonian di AS, Museum Sejarah Alam Lee Kong Chian di Singapura, Museum Sejarah Geneva di Swiss, dan Universitas Malaya di Malaysia.
Dalam studi dengan laporan yang diterbitkan di Zoological Journal of the Linnean Society, 21 Desember 2023, ini, para peneliti menggunakan analisis DNA dan karakteristik fisik untuk mendeskripsikan dua spesies baru landak berbulu lembut. Mereka juga menaikkan taksonomi tiga subspesies landak berbulu lembut ke tingkat spesies.
Dua spesies baru tersebut diberi nama Hylomys vorax dan H macarong. Dua satwa yang terancam punah ini merupakan spesies endemik di ekosistem Leuser, yakni hutan hujan tropis di wilayah Sumatera Utara, Indonesia, dan Vietnam selatan.
Spesimen penting untuk mendeskripsikan kedua spesies baru ini berasal dari koleksi sejarah alam Smithsonian dan Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Drexel di Philadelphia. Sebelum diidentifikasi sebagai spesies baru, H vorax telah disimpan di dalam laci penyimpanan selama 84 tahun dan H macarong selama 62 tahun.
Arlo Hinckley, penulis utama studi tersebut, menjelaskan, landak berbulu lembut atau gymnures adalah mamalia kecil yang merupakan anggota keluarga landak. Akan tetapi, berbeda dengan landak pada umumnya dengan bulu yang berduri, spesies ini memiliki bulu yang lebih halus atau lembut.
”Mereka bukan hewan pengerat dan memiliki moncong yang lancip seperti landak berduri. Tanpa duri dari sepupu mereka yang lebih terkenal, landak berbulu lembut terlihat seperti campuran tikus atau tikus dengan ekor pendek,” ujarnya dikutip dari situs resmi Institut Biologi Konservasi dan Kebun Binatang Nasional Smithsonian, Kamis (4/1/2024).
Secara rinci, H macarong memiliki bulu berwarna coklat tua dan berukuran panjang 14 sentimeter (cm). Landak berbulu halus ini dinamai berdasarkan kata dalam bahasa Vietnam, yakni vampir, karena spesies jantan memiliki gigi seri yang panjang dan mirip taring.
Menurut Hinckley, studi lapangan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kegunaan taring tersebut. Namun, ukuran taring jantan yang lebih besar menunjukkan bahwa taring tersebut mempunyai peran dalam seleksi seksual. Ciri khusus lain adalah spesies jantan memiliki tanda dada berwarna karat yang diperkirakan ternoda oleh kelenjar bau.
Kemudian H vorax juga memiliki bulu berwarna coklat tua, tetapi sedikit lebih kecil dari H macarong dengan panjang 12 cm dan ekor berwarna hitam pekat serta moncong yang sangat sempit. Spesies ini hanya ditemukan di lereng Gunung Leuser, Sumatera Utara.
Spesies tersebut diberi nama H vorax setelah penjelasan tentang perilakunya yang khas dari ahli mamologi Frederick Ulmer. Dalam catatannya, Ulmer salah mengidentifikasi spesies tersebut sebagai sejenis tikus. Padahal, spesies ini layaknya binatang buas yang sering melahap semua umpan sebelum melontarkan perangkap.
Tiga spesies lain
Selain kedua spesies baru tersebut, hasil riset juga mengangkat tiga subspesies landak berbulu lembut ke tingkat spesies, yakni H dorsalis, H maxi, dan H peguensis.Tiga spesies baru tersebut sebelumnya dianggap sebagai subspesies Hylomys suillus. Namun, hasil identifikasi menunjukkan tiga spesies tersebutmemiliki perbedaan genetik dan fisik yang memadai sehingga layak untuk ditingkatkan menjadi spesies tersendiri.
H dorsalis berasal dari pegunungan di Kalimantan Utara dan memiliki garis gelap mencolok yang dimulai dari atas kepala, kemudian membagi dua punggungnya sebelum memudar di sekitar bagian tengah tubuh. Ukuran spesies ini hampir menyerupai H macarong.
Kemudian H maxi juga termasuk dalam spesies landak berbulu lembut baru dengan ukuran 14 cm. Spesies ini ditemukan di daerah pegunungan di Semenanjung Malaya dan Sumatera. Sementara H peguensis berukuran lebih kecil, yakni 13 cm, dan banyak ditemukan di daratan Asia Tenggara, khususnya Thailand, Laos, dan Myanmar.
Melissa Hawkins, kurator mamalia di Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian, bersama kolaborator lain turut mengumpulkan 232 spesimen fisik dan 85 sampel jaringan untuk analisis genetik dari seluruh kelompok Hylomys. Ia juga turut mengumpulkan spesimen museum modern dan sejarah dari 14 koleksi sejarah alam di Asia, Eropa, dan Amerika.
”Mungkin mengejutkan bagi orang-orang saat mendengar bahwa masih ada mamalia yang belum ditemukan di luar sana. Namun, ada banyak hal yang tidak kita ketahui, terutama hewan-hewan nokturnal berukuran kecil yang sulit dibedakan satu sama lain,” tuturnya.