Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa manusia menjadi penyebab utama kepunahan sekitar 1.400 spesies burung di dunia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa manusia menjadi penyebab utama kehilangan sekitar 1.400 spesies burung atau dua kali lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Angka ini juga diperkirakan membuat hampir 12 persen spesies burung telah hilang atau punah sepanjang sejarah manusia modern atau sejak zaman Pleistosen, akhir sekitar 130.000 tahun yang lalu.
Perkiraan jumlah spesies burung yang punah tersebut terangkum dalam hasil riset para peneliti di Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris (UKCEH). Laporan lengkap studi ini telah dipublikasikan di Nature Communication, 19 Desember 2023.
Kematian banyak spesies burung telah tercatat sejak 1500-an. Akan tetapi, informasi tentang nasib spesies burung hanya bergantung pada fosil dan sangat terbatas. Di sisi lain, tulang ringan burung akan hancur seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah spesies burung yang punah.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan pemodelan statistik untuk memperkirakan kepunahan burung yang belum ditemukan. Hasilnya, diyakini sebanyak 1.430 spesies burung atau hampir 12 persen telah punah dan sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemodel ekologi UKCEH, Rob Cooke, mengatakan, hasil studi tersebut menunjukkan bahwa dampak manusia terhadap keanekaragaman burung jauh lebih besar daripada yang diketahui sebelumnya. Manusia dengan cepat menghancurkan populasi burung melalui hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, hingga masuknya satwa lain untuk mendapatkan makanan.
”Kami menunjukkan bahwa banyak spesies punah sebelum catatan tertulis dan tidak meninggalkan jejak atau hilang dari sejarah,” ujar Cooke yang juga penulis utama studi ini dikutip dari situs resmi UKCEH, Rabu (3/1/2024).
Pengamatan dan fosil menunjukkan, 640 spesies burung telah punah sejak periode Pleistosen akhir dan 90 persen di antaranya berada di pulau-pulau yang dihuni manusia. Spesies tersebut mulai dari burung Dodo yang ikonik di Mauritius, Auk Besar di Atlantik Utara, hingga Saint Helena Giant Hoopoe yang kurang dikenal.
Belum diketahui
Meski demikian, para peneliti memperkirakan masih ada 790 kepunahan yang tidak diketahui. Artinya, total sudah ada 1.430 spesies burung yang hilang atau punah. Dengan demikian, saat ini hanya tinggal kurang dari 11.000 spesies burung yang masih tersisa di dunia.
Peneliti menyebut studi mereka telah mengungkap peristiwa kepunahan vertebrata terbesar yang disebabkan oleh manusia dalam sejarah pada abad ke-14. Sebanyak 570 spesies burung diperkirakan hilang setelah manusia pertama kali tiba di Pasifik Timur, termasuk Hawaii dan Kepulauan Cook.
Kami menunjukkan bahwa banyak spesies punah sebelum catatan tertulis dan tidak meninggalkan jejak atau hilang dari sejarah.
Mereka juga percaya terjadinya peristiwa kepunahan besar-besaran pada abad ke-9 sebelum Masehi didorong oleh kedatangan manusia ke Pasifik Barat, termasuk Fiji dan Kepulauan Mariana, serta Kepulauan Canary.
Penyebab lainnya adalah peningkatan penggundulan hutan dan penyebaran spesies invasif, ancaman perubahan iklim, pertanian intensif, dan polusi yang disebabkan oleh manusia.
Peneliti dari Universitas Gothenburg, Swedia, yang juga salah satu penulis penelitian ini, Soren Faurby, menambahkan, kepunahan bersejarah ribuan spesies burung ini berimplikasi besar terhadap krisis keanekaragaman hayati yang terjadi sekarang.
Menurut Faurby, dunia tidak hanya kehilangan banyak burung yang menarik, tetapi juga beragam peran ekologisnya. Peran ekologis ini kemungkinan besar mencakup fungsi-fungsi utama, seperti penyebaran benih dan penyerbukan.
”Kepunahan spesies ini akan berdampak buruk pada ekosistem. Selain kepunahan burung, kita akan kehilangan banyak tumbuhan dan hewan yang bergantung pada spesies ini untuk bertahan hidup,” ucapnya.