Memperoleh kritik merupakan bagian tak terpisahkan dari pengalaman hidup kita.
Oleh
AGUSTINE DWIPUTRI
·6 menit baca
Sejak masih kecil hingga usia lanjut, dalam hubungan sosial, kritik dapat berdampak positif pada pertumbuhan pribadi dan kesuksesan seseorang. Namun, banyak pula yang merugikan dan merusak kesejahteraan mental, terutama apabila dilontarkan secara berlebihan dan negatif. Mengapa orang menjadi overcritic’dan bagaimana menyikapinya?
Janelle Cox (2022), penulis lepas bidang pendidikan di New York, Amerika Serikat, mengatakan, banyak orang bila mendengar kata kritik yang terbayang adalah komentar yang kasar atau negatif dan mungkin langsung teringat pada orang yang menilai keputusan dirinya atau berbicara panjang lebar tentang kesalahan yang dilakukannya. Menurut Cox, sebuah studi tahun 2020 mendefinisikan kritik sebagai umpan balik negatif dari orang lain yang seringkali tidak menyenangkan, tetapi acapkali tidak dapat dihindari. Terlalu banyak umpan balik negatif dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Di sisi lain, kritik juga bisa bersifat positif. Sebuah studi lain menemukan bahwa kritik positif dapat menghasilkan perbaikan positif dan meningkatkan efisiensi diri dan keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Kritik adalah suatu bentuk komunikasi yang melibatkan ekspresi ketidaksetujuan, penilaian atau umpan balik tentang tindakan, perilaku, atau pekerjaan seseorang. Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti komentar verbal, umpan balik tertulis atau isyarat nonverbal. Ini bisa terjadi dalam lingkungan pribadi, profesional atau sosial (hinkablemind.com/the-psychology-of-criticism-7 Juli 2022).
Melanie Greenberg (2014), psikolog klinis, mengatakan, kritik adalah pengalaman universal, tetapi acapkali menyakitkan. Dikritik dapat memicu rasa takut, malu. atau marah, dan menambah rasa tidak aman seseorang karena tidak layak atau tidak kompeten. Kritik dapat menjadi cara untuk menegaskan kekuasaan dan kontrol sosial atau menetralisasi persaingan, tetapi juga dapat menjadi cara untuk mengomunikasikan keluhan yang tulus atau menyuarakan pendapat diri sendiri meskipun dengan cara yang tidak terampil.
Kritik kasar yang berlebihan juga berdampak negatif terhadap motivasi dan kinerja seseorang. Hal ini dapat melemahkan kepercayaan diri dan harga diri sehingga menyebabkan penurunan semangat dan usaha. Selain itu, mengakibatkan berkurangnya kinerja dan produktivitas di berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, ataupun aktivitas pribadi.
Steven Berglas (2014) dari departemen Psikiatri Harvard Medical School dan anggota staf Rumah Sakit McLean mengatakan bahwa kritikus yang keras seringkali adalah orang-orang yang berbakat, cerdas, dan produktif. Sayangnya, mereka mempunyai kelemahan yang memaksanya untuk meremehkan orang lain. Overcritic adalah bentuk yang disebut oleh psikolog sebagai proyeksi, suatu mekanisme pertahanan psikologis yang memungkinkan seseorang menyangkal masalahnya sendiri dengan menghubungkan sifat-sifat tersebut kepada orang lain. Proyeksi memungkinkan kita mengecam sifat-sifat tersebut atau kita menganggapnya tidak menyenangkan, menjijikkan, atau layak mendapat hukuman.
Janelle Cox menuliskan pandangan beberapa ahli mengenai alasan seseorang menjadi sangat kritis. Misalnya, Erica Cramer, pekerja sosial klinis, mengatakan, ”Ketika seseorang terlalu kritis, kemungkinan besar hal itu lebih berkaitan dengan dirinya dibandingkan dengan orang yang dikritiknya.” Seringkali, orang yang terlalu kritis terhadap orang lain mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang menjalani sendiri hal yang dikritiknya.
Neena Lall menambahkan bahwa orang yang kritis berlebihan mungkin merasa cemas. Hal ini dapat membuat mereka secara tidak sadar berpikir bahwa mengkritik orang lain dapat membantu mengatasi kecemasannya. Alasan lain seseorang overcritic meliputi adanya rasa rendah diri, ketidakamanan, rasa superioritas atau sejarah menerima kritik secara buruk di masa kecil.
Menghadapi kritik tidaklah mudah. Seringkali, respons alaminya adalah mencoba membela diri, tetapi hal ini terkadang dapat memperburuk situasi. Janelle Cox menjelaskan, daripada bersikap defensif, ada baiknya kita mempertimbangkan beberapa hal. Berikut beberapa saran yang saya rangkum dari beberapa ahli.
1. Pertimbangkan sumbernya
Pertimbangkan siapa yang mengkritik Anda. Apakah itu ibumu? Sahabatmu? Rekan kerja? Sebelum langsung merasa buruk tentang diri sendiri, pertimbangkan seberapa besar kredibilitas yang Anda berikan kepada orang tersebut. Coba ingatkan diri Anda bahwa orang tersebut mungkin bukan ahli dalam topik tersebut atau mungkin ada alasan mendasar lain yang membuat dia sangat kritis terhadap situasi tersebut.
2. Jangan tersinggung
Kritik mungkin lebih mencerminkan orang yang melontarkan dibandingkan dengan diri penerimanya. Terkadang, orang bersikap kritis berlebihan karena mereka menunjukkan rasa tidak aman mereka sendiri. Misalnya, jika seorang teman merasa tidak aman dengan tubuhnya sendiri, dia mungkin akan mengkritik atau memberikan komentar negatif tentang tubuh Anda.
3. Luangkan waktu sejenak
Wajar jika bereaksi dalam kemarahan terhadap kritik atau merasa sakit hati atau malu. Saat merasa tersakiti, kita mungkin bereaksi secara defensif sehingga berujung pada konfrontasi atau pertengkaran. Sebelum merespons, cobalah mengambil waktu istirahat. Pertimbangkan untuk mengundurkan diri dari percakapan tersebut dan berjalan-jalan atau menarik napas dalam-dalam. Meluangkan waktu sejenak terkadang dapat membantu Anda mendapatkan perspektif dan memproses segalanya.
4. Tetapkan batasan
Penting untuk menetapkan batasan saat menghadapi kritik. Jika kritik tersebut tidak beralasan atau disampaikan dengan cara yang tidak sopan, boleh saja Anda mengutarakan pikiran dan perasaan Anda secara tegas, atau bahkan memilih untuk mengabaikannya sama sekali. Menetapkan batasan yang sehat dapat melindungi kesejahteraan Anda dan mencegah stres yang tidak perlu.
5. Ambil pendekatan empatik
Seringkali orang menyakiti orang lain karena mereka sendiri yang merasa terluka. Cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang mereka. Ini mungkin membantu Anda memahami alasan di balik perilaku mereka. Begitu memahami hal ini, Anda bisa merasa kasihan terhadap orang itu.
6. Berlatih mendengarkan secara aktif
Dengarkan kritik secara aktif tanpa menyela atau bersikap defensif. Luangkan waktu untuk memahami umpan balik dan mintalah klarifikasi jika diperlukan. Hindari langsung mengambil kesimpulan atau berasumsi bahwa pihak yang mengkritik mempunyai niat negatif.
7. Pisahkan harga diri dari kritik
Ingatlah bahwa harga diri Anda tidak semata-mata ditentukan oleh kritik yang diterima. Sadarilah bahwa kritik adalah tentang perilaku atau kinerja, bukan nilai bawaan Anda sebagai pribadi. Hindari menganggapnya sebagai masalah pribadi dan fokuslah pada area spesifik untuk perbaikan.
8. Cari dukungan
Hubungi teman, mentor, atau kolega tepercaya untuk mendapatkan dukungan. Bagikan pemikiran dan perasaan Anda tentang kritik tersebut dan temukan sudut pandang serta saran mereka. Memiliki jaringan yang mendukung dapat membantu Anda mendapatkan perspektif dan menerima dorongan selama masa-masa sulit.
Jika Anda sudah mencoba berbagai strategi dan tidak ada yang berubah, mungkin inilah saatnya untuk mengakhiri hubungan tersebut.