Anak-anak Pemelihara Kucing Berisiko Dua Kali Lipat Alami Skizofrenia
Parasit ”Toxoplasma gondii” yang ditularkan kucing, kemungkinan menyebabkan tingginya risiko skizofrenia pada anak.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
Kucing menjadi salah satu binatang yang paling banyak dipelihara, tetapi ada banyak risiko kesehatan yang menyertainya. Data sains skala besar menunjukkan, kepemilikan kucing pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan risiko skizofrenia di kemudian hari hingga dua kali lipat.
Laporan dari para peneliti dari The Park Centre for Mental Health, Australia ini dipaparkan dalam Schizophrenia Bulletin pada 2 Desember 2023. Dalam kajian dengan pendekatan meta analisis ini, tim merinci hubungan antara kepemilikan kucing di masa muda dan diagnosis skizofrenia di kemudian hari. Tingginya risiko ini kemungkinan disebabkan oleh keberadaan agen penyebab, yaitu Toxoplasma gondii, yang ditularkan kucing.
Para peneliti melakukan pencarian studi ekstensif di berbagai basis data dan literatur yang terbit dari 1 Januari 1980 hingga 30 Mei 2023, tanpa batasan geografis atau bahasa. Penelitian tersebut mencakup penelitian yang melaporkan data asli tentang kepemilikan kucing dan hasil terkait skizofrenia. Dari 1.915 penelitian yang teridentifikasi, 17 penelitian berasal dari 11 negara berbeda.
Hasil analisis menemukan kepemilikan kucing dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan terkait skizofrenia. Rasio odds gabungan (OR) atau penggabungan data dari beberapa studi mencapai 2,35, dan perkiraan yang disesuaikan adalah 2,24. Hal ini menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat kemungkinan terjadinya gangguan terkait skizofrenia di antara semua individu yang terpapar kucing.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan kucing pada masa kanak-kanak mungkin dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan terkait skizofrenia, usia pasti atau jangka waktu paparan kucing tidak ditentukan dengan jelas di semua penelitian.
Salah satu studi yang dilakukan di Finlandia awalnya melaporkan skor yang lebih tinggi pada skala penyimpangan persepsi, skizoid, dan anhedonia sosial bagi mereka yang terpapar pada kucing di bawah usia tujuh tahun meskipun mereka membatasi kesimpulan pada penyimpangan persepsi. Studi lain dari Inggris menemukan hubungan antara paparan kucing selama masa kanak-kanak (pada usia 4 dan 10 tahun) dan pengalaman psikotik yang lebih tinggi pada usia 13 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa jendela paparan kritis perlu didefinisikan dengan lebih baik dan mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor. Investigasi yang lebih kuat diperlukan untuk mengidentifikasi secara tepat periode paparan tertentu yang mungkin menimbulkan risiko tertinggi gangguan terkait skizofrenia yang terkait dengan paparan kucing pada usia muda.
Toksoplasmosis
Tren risiko secara keseluruhan berfokus pada interaksi antara perkembangan otak dan paparan kucing. Namun tentu saja, bukan hanya bergaul dengan kepribadian kucing yang menjadi penyebab tingginya risiko tersebut. Ada agen penyebab yang tidak terlihat di lingkungan kucing yang kemungkinan merupakan penyebab sebenarnya, yaitu Toxoplasma gondii.
T gondii merupakan parasit protozoa intraseluler yang menyebabkan toksoplasmosis, suatu infeksi yang pernah dialami oleh sekitar 25 persen populasi dunia. Inilah alasan kantong kotoran kucing mempunyai label peringatan bagi wanita hamil untuk menghindari kontak dengan kotoran kucing. Infeksi toksoplasmosis adalah penyebab utama kebutaan bayi baru lahir secara global, serta kehilangan penglihatan, cacat mental, dan kejang.
Toksoplasmosis juga dikaitkan dengan berbagai penyakit pada satwa liar.
Toksoplasmosis dapat menjadi penyebab kematian yang signifikan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Obat yang diminum setiap hari oleh pasien AIDS, yang menjalani transplantasi organ, atau menjalani perawatan kemoterapi intensif hanya untuk melawan efek parasit yang satu ini.
T gondii sebelumnya telah dikaitkan dengan segala macam gangguan neurologis dan perubahan perilaku, mulai dari masalah rasa bersalah hingga pencarian hal baru dan peningkatan kecelakaan mobil. Beberapa gambaran skizofrenia dapat diatasi dengan obat antiprotozoa, yang menunjukkan, infeksi T gondii mungkin menjadi penyebab utama gejala kasus tersebut.
Sebuah meta-analisis tahun 2012 terhadap 38 penelitian, yang juga diterbitkan dalam Schizophrenia Bulletin, menemukan pasien dengan skizofrenia hampir tiga kali lebih mungkin memiliki antibodi toksoplasma dalam darah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi di masa lalu atau masa kecil jauh lebih mungkin terjadi.
Temuan yang mencolok dalam penelitian tersebut, ketika membandingkan faktor risiko skizofrenia, adalah perbedaan antara risiko yang terkait dengan memiliki kerabat tingkat pertama yang menderita skizofrenia dan risiko yang terkait dengan polimorfisme genetik tertentu. Meskipun pola penyakit keluarga dapat menunjukkan keterlibatan gen yang sama, pola tersebut juga dapat menunjukkan faktor nongenetik, seperti paparan lingkungan terhadap agen infeksi.
Toksoplasmosis juga dikaitkan dengan berbagai penyakit pada satwa liar karena perubahan perilaku pada hewan liar sering kali mengakibatkan strategi kelangsungan hidup yang buruk. Tikus, misalnya, menjadi tidak takut pada kucing saat terinfeksi.
Infeksi toksoplasma merupakan penyakit penyerta yang umum terjadi pada sebagian besar singa laut California yang ditemukan tertekan atau mati. Potensi penularan toksoplasma ini kemungkinan dari adanya cemaran kotoran kucing di pantai berpasir. Kebiasaan manusia membuang kotoran kucing juga menimbulkan masalah besar bagi mamalia laut.
Kucing rumahan
Kucing berkaitan dengan ketertarikan T gondii untuk bereproduksi hanya pada kucing rumahan karena kurangnya enzim tunggal dalam usus kucing, delta-6-desaturase. Meskipun mamalia mana pun dapat terinfeksi oleh parasit ini, enzim pencernaan delta-6-desaturase mencegah parasit mendapatkan asam linoleat dalam jumlah cukup tinggi yang dibutuhkan parasit untuk mendorong reproduksi.
Tidak seperti mamalia lainnya, kucing kaya akan asam linoleat karena tidak memproduksi enzim data-6-desaturase yang akan mengubah asam linoleat menjadi asam oleat. Jadi, parasit tersebut hanya berkembang biak di usus kucing.
Kucing kemudian melepaskan jutaan oosit (telur parasit protozoa) saat mereka buang air besar, mencemari bulu dan cakar yang digunakan untuk menutupi kotorannya, dan menyebarkannya ke mana pun cakar kucing berkeliaran.
Setelah parasit menyelesaikan siklus hidupnya, hal ini mungkin tidak memengaruhi biologi kucing lainnya. Pada manusia dan hewan lain, kegagalan untuk berubah menjadi bentuk reproduksi yang lebih besar memungkinkan parasit kecil bermigrasi melewati sawar darah-otak, tempat terjadinya gangguan.
Enzim yang hilang dan kehidupan sosial mandiri kucing di luar ruangan, yang bercampur di kotak pasir bersama dan tanah taman yang gembur di seluruh dunia, menjadikan kontak kucing sebagai vektor utama infeksi. Vektor sekundernya adalah segala sesuatu yang pernah bersentuhan dengan kucing, seperti meja dapur atau permukaan apa pun yang pernah dilalui atau digosok kucing.
Selain mewaspadai penularan langsung dari kucing, para orang tua, dengan atau tanpa kucing, perlu memahami bahaya parasit T gondii terhadap kesehatan mental anak-anak mereka dalam jangka panjang.