Enam Kasus ”Mycoplasma pneumoniae” Dilaporkan, Semua Kasus Sudah Sembuh
Enam kasus ”Mycoplasma pneumoniae” dilaporkan di Jakarta. Semua kasus dinyatakan sudah sembuh. Masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap waspada.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Enam kasus Mycoplasma pneumoniae telah dilaporkan di DKI Jakarta. Sebanyak tiga kasus dirawat inap di rumah sakit. Kementerian Kesehatan memastikan keenam kasus yang terkonfirmasi Mycoplasma pneumoniae tersebut telah sembuh.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanganan Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/12/2023), mengatakan, dari enam kasus positif Mycoplasma pneumoniae yang ditemukan, sebanyak lima kasus dilaporkan oleh RS Medistra dan satu kasus oleh RS Jakarta Women and Children (JWCC) Jakarta. Dua kasus sudah ditemukan sejak 12 Oktober 2023 dan 25 Oktober 2023.
”Kami telah mendapatkan laporan bahwa semua kasus sudah sembuh. Kasus yang ditemukan paling muda berusia tiga tahun dan yang paling tua usia 12 tahun,” ujarnya.
Maxi menjelaskan, penelusuran epidemiologi masih dilakukan pada enam kasus Mycoplasma pneumoniae tersebut, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Hal ini diperlukan agar intervensi bisa segera dilakukan pada kontak erat. Sebab, penularan Mycoplasma pneumoniae cukup mudah, yakni melalui droplet atau percikan air liur.
Selain itu, ia mengimbau fasilitas kesehatan agar segera melapor jika menemukan kasus positif Mycoplasma pneumoniae. Pendataan dan penanganan perlu dilakukan secara tepat sebagai bagian dari penyelidikan epidemiologi terkait penyakit infeksi tersebut.
Penelusuran epidemiologi masih dilakukan pada enam kasus Mycoplasma pneumoniae tersebut, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Hal ini diperlukan agar intervensi bisa segera dilakukan pada kontak erat.
Anggota staf Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Nastiti Kaswandani, mengatakan, masyarakat diharapkan tidak panik terkait ditemukannya kasus Mycoplasma pneumoniae di Indonesia. Kasus infeksi tersebut pada umumnya muncul dengan gejala ringan, seperti demam, batuk, dan nyeri tenggorokan.
Tingkat kematian pada kasus yang ditemukan juga rendah, sekitar 0,5 persen sampai 2 persen. Itu pun biasanya ditemukan pada kasus koinfeksi antara infeksi Mycoplasma pneumoniae dan infeksi lainnya.
Untuk itu, tambah Nastiti, masyarakat, terutama orangtua, perlu waspada akan kesehatan anaknya dengan tetap memperkuat perilaku hidup bersih sehat. Kebiasaan yang telah dijalankan ketika pandemi Covid-19 diharapkan tetap dipertahankan, seperti mencuci tangan dengan sabun serta menggunakan masker ketika sedang sakit.
Vaksinasi
Vaksinasi anak diharapkan segera dilengkapi, termasuk vaksin Covid-19. Vaksinasi sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit yang berbahaya. Sekalipun vaksinasi yang spesifik untuk mencegah Mycoplasma pneumoniae belum tersedia, vaksinasi untuk penyakit lain tetap perlu dilengkapi untuk mencegah perburukan akibat koinfeksi dengan Mycoplasma.
”Imunisasi lengkap pada anak memang tidak bisa mencegah infeksi Mycoplasma. Namun, jika terjadi koinfeksi itu bisa melindungi anak agar tingkat keparahannya tidak menjadi lebih tinggi,” tutur Nastiti.
Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Erlina Burhan, menyampaikan, kasus Mycoplasma pneumonia bukan merupakan penyakit baru. Penyakit akibat infeksi tersebut sudah lama ditemukan.
Kenaikan kasus saat ini tidak hanya dilaporkan di China, tetapi juga negara lain, seperti Denmark dan Belanda. Meski begitu, kondisi yang dilaporkan ini belum menjadi kedaruratan global.
Terkait gejala penyakit yang disebabkan Mycoplasma pneumonia, Erlina menyampaikan, umumnya muncul batuk, demam, dan fatigue atau kelelahan. Pada anak usia kurang dari lima tahun, gejala yang biasa muncul seperti bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, mengi, dan muntah atau diare. Adapun pada populasi umum ditemukan gejala khas seperti batuk yang dapat memburuk, sakit tenggorokan, lemas, demam, nyeri kepala, dan perburukan gejala pernapasan.
”Gejala tersebut umumnya muncul selama 1-4 minggu setelah terinfeksi bakteri. Jika membutuhkan perawatan, diharapkan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter,” katanya.