Indonesia Masih Hadapi Tantangan Kualitas Pendidikan
Selama dua dekade, Indonesia terus berjuang keluar dari kualitas pembelajaran dasar siswa yang stagnan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
Sejak tahun 2000, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD mengevaluasi pengetahuan dan kompetensi pelajar berusia 15 tahun lewat survei Programme for International Student Assessment. Sekitar 690.000 pelajar di 81 negara mengikuti survei terbaru, mewakili sekitar 29 juta pelajar berusia 15 tahun.
Fokus di tahun 2022 pada Matematika. Kebanyakan siswa menghabiskan waktu sekitar satu jam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait Matematika dan selanjutnya membaca, sains, atau berpikir kreatif. Mereka juga menghabiskan waktu sekitar 35 menit menjawab pertanyaan tentang sikap mereka terhadap situasi sekolah, rumah, dan isu-isu lainnya.
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) mengungkapkan apa yang mungkin dilakukan dalam pendidikan dengan menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dalam sistem pendidikan yang berkinerja tertinggi dan paling cepat berkembang. Laporan tersebut juga menunjukkan tren pembelajaran digital, keterlibatan orangtua, penindasan, dan isu-isu lainnya, serta informasi mengenai kesenjangan jender, kesenjangan sosio-ekonomi, dan belanja pendidikan versus hasil pendidikan.
Hasil PISA terbaru akan diumumkan Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann and Direktur Pendidikan dan Kompetensi OECD Andreas Schleicher, Selasa (5/12/2022) pukul 11.00 waktu setempat dari kantor pusat OECD di Paris, Perancis.
Di Indonesia, hasil survei PISA 2022 juga akan diumumkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada Selasa sore. Pelaksanaan PISA di Indonesia telah diselenggarakan pada 2022 di berbagai satuan pendidikan dan peserta didik sebagai sampel. Program PISA tersebut sebagai salah satu alat ukur pendidikan yang dapat memberikan refleksi dan masukan kondisi pembelajaran, serta mendorong kolaborasi ekosistem pendidikan untuk pendidikan berkualitas.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek di acara Forum Diskusi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar yang digelar Tanoto Foundation dan SMERU Research Institute mengatakan, hasil PISA selama dua dekade menunjukkan kualitas pembelajaran yang stagnan di Indonesia, di literasi, numerasi, dan sains. Peningkatan akses belajar yang sukses masih belum diiringi peningkatan kualitas belajar.
”Selama ini memang kebijakan pendidikan belum secara fokus ke kualitas belajar. Meskipun peningkatan akses terbilang sukses, sebenarnya masih tetap ada masalah untuk kelompok marginal. Namun, untuk kualitas pendidikan, belum secara serius dikerjakan. Baru lewat Merdeka Belajar kita bergerak supaya fokus pemerintah mulai secara serius bergerak ke kualitas pendidikan, yakni literasi, numerasi, dan karakter,” tutur Anindito.
Menurut Anindito, pelaksanaan asesmen nasional (AN) yang mengukur literasi, numerasi, karakter, dan lingkungan belajar selama tiga tahun terakhir menunjukkan ada perbaikan hasil belajar siswa. ”Terutama dengan pembelajaran yang fokus pada hal-hal esensial literasi dan numerasi, yang lebih fokus pada kompetensi bukan keluasan materi, membuat pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19 mulai terlihat menggembirakan. Sekolah yang memakai kurikulum sederhana yang kemudian menjadi Kurikulum Merdeka yang fokus pada kemampuan dasar literasi dan numerasi serta karakter menunjukkan hasil perbaikan,” papar Anindito.
Belajar 12 bulan sama dengan hasil belajar 15 bulan.
Sementara itu, Tanoto Foundation Indonesia Conutry Head Inge Kusuma mengatakan, siswa Indonesia mengalami krisis pembelajaran dan penalaran yang baik yang dibutuhkan untuk dapat memecahkan masalah kehidupan manusia yang semakin kompleks. ”Kemampuan dasar belum dimiliki siswa kita. Satu dari dua siswa memiliki kemampuan literasi di bawah rata-rata. Kita menghargai dan mendukung pemerintah untuk mengatasi situasi ini,” kata Inge.
Dukungan berbagai mitra dibutuhkan, terutama dalam meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan. Program PINTAR dari Tanoto Foundation dikembangkan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar yang berkualitas untuk meningkatkan literasi, numerasi, dan sains. Studi SMERU di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, di 530 SD dan 60 guru menunjukkan adanya korelasi kuat antara kualitas guru dan hasil belajar siswa. Setelah tiga tahun pendampingan kualitas guru, kompetensi guru meningkat 27 persen dan ini berkontribusi pada kualitas pembelajaran siswa sekitar 39 persen yang secara statistik bermakna.
Selain itu, Inge mengutarakan, kepemimpinan sekolah juga memiliki dampak pada pembelajaran siswa. Hal itu didasarkan dari studi global 2019 oleh Cornel Univesity dan Oxford University di 65 negara, termasuk Indonesia.
Hasilnya, pada siswa di sekolah yang memiliki kepemimpinan baik berdampak pada pembelajaran 3 bulan per tahun. ”Artinya, belajar 12 bulan sama dengan hasil belajar 15 bulan,” ujar Inge.