Dua Jam di Jalan Raya Bisa Meningkatkan Tekanan Darah secara Signifikan
Paparan polusi di jalan raya terbukti bisa meningkatkan tekanan darah yang signifikan sehingga memicu risiko stroke dan serangan jantung.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Riset terbaru menunjukkan dampak paparan polusi di jalan raya terhadap peningkatan tekanan darah yang signifikan sehingga bisa menaikkan risiko stroke dan serangan jantung. Dua jam terkena paparan polusi udara di jalan bisa meningkatkan tekanan darah hampir 5 milimeter merkuri, mendorong seseorang dengan tingkat normal menjadi tinggi atau dari tingkat tinggi menjadi hipertensi tahap 1.
Demikian temuan sebuah studi baru dari University of Washington, yang menambah semakin banyak penelitian yang menghubungkan gas buang kendaraan dengan dampak kesehatan yang negatif. Laporan ini dipublikasikan di Annals of Internal Medicine pada 28 November 2023, dipimpin oleh Joel Kaufman, seorang dokter universitas dan profesor ilmu kesehatan lingkungan dan kerja.
”Jika Anda memikirkan jutaan orang yang mengalami paparan (polusi udara di jalan raya) ini setiap hari, maka hal ini akan mengubah banyak orang dari tekanan darah normal ke kisaran tekanan darah tinggi,” kata Kaufman. ”Hal itu berdampak besar pada risiko serangan jantung dan stroke.”
Pada tingkat mikro, penelitian ini menunjukkan perlunya peningkatan filtrasi pada kendaraan. Tanpa filter HEPA, sebagian besar mobil gagal menangkap partikel berbahaya yang masuk dari luar.
Pada tingkat yang lebih luas, temuan ini memberikan data lain mengenai bagaimana sistem transportasi yang ditumpukan pada kendaraan pribadi bisa merugikan masyarakat yang kehidupan sehari-harinya dipenuhi asap knalpot.
”Masalah besar di sini bukan hanya soal berada di dalam mobil,” kata Kaufman. ”Masalah besarnya adalah banyak orang menghirup polusi udara yang berhubungan dengan lalu lintas. Hal itu bisa terjadi dengan berjalan kaki, bersepeda, atau hidup, dan secara historis jalan raya utama ini terputus tepat di daerah berpenghasilan rendah.”
Stroke dan serangan jantung
Penelitian telah membuktikan bahwa paparan asap mobil dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung. Dan beberapa penelitian berbasis laboratorium menunjukkan bahwa lonjakan tekanan darah mungkin menjadi salah satu faktornya.
Tim peneliti dari University of Washington ini menjawab pertanyaan itu lebih jauh. Untuk memulainya, mereka menguji partisipan dalam ruangan tertutup dan menyalurkan sejumlah kecil asap diesel ke dalam ruangan serta mengukur tekanan darah. Mereka melihat adanya peningkatan tekanan darah di antara sekitar 40 peserta.
Dari perlakuan tersebut, tim menyimpulkan, lebih cenderung menguji paparan gas buang di tempat kerja dibandingkan polusi lingkungan jalan raya yang lebih umum. Jadi, tim memindahkan eksperimen ke jalanan.
Dengan menggunakan Dodge Caravan yang dilengkapi dengan penyaringan dan monitor lanjutan, seorang pengemudi mengangkut setiap peserta, yang disaring untuk mengecualikan sebagian besar faktor perancu, melalui lalu lintas jam sibuk di kota Seattle selama dua jam dalam tiga kesempatan berbeda. Dalam dua perjalanan ada dua perlakuan, yaitu udaranya tidak disaring dan berikutnya disaring.
Ketika partikel kecil memasuki paru-paru atau aliran darah seseorang, tubuh akan menganggapnya sebagai ancaman.
Para peneliti menemukan, selama berkendara tanpa filter, peningkatan tekanan darah serupa dengan yang terlihat di laboratorium, hanya di bawah 5 milimeter air raksa. Tim peneliti menemukan, jumlah partikel berukuran diameter 2,5 mikrometer atau kurang (PM 2,5)—yang diukur untuk mengukur kualitas udara dan jumlahnya tinggi selama musim kebakaran hutan—lebih sedikit dibandingkan di laboratorium.
Namun, jumlah partikel ultrahalus berukuran 0,1 mikrometer atau kurang, yang tidak muncul dalam laporan kualitas udara, kira-kira sama. Hal ini menunjukkan partikel terkecil mungkin terkait erat dengan peningkatan tekanan darah.
Penelitian yang didanai oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat dan Institut Kesehatan Nasional ini berukuran kecil, dan keterbatasan ini dicatat oleh Annals of Internal Medicine. Hanya 13 peserta yang mengembalikan data yang dapat digunakan. Namun, Kaufman yakin akan signifikansi statistiknya karena penelitian ini membandingkan orang dengan diri mereka sendiri.
Mengenai apa yang terjadi di dalam tubuh, Kaufman berspekulasi bahwa ini adalah reaksi tubuh melakukan respons, yaitu ketika partikel kecil memasuki paru-paru atau aliran darah seseorang, tubuh akan menganggapnya sebagai ancaman. Apa arti lonjakan tekanan darah dalam jangka panjang masih belum jelas. Namun, setelah 24 jam, kadar peserta masih meningkat.
Sementara itu, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tim peneliti lain memang menunjukkan polusi udara berperan dalam perkembangan penyakit kardiometabolik. Penelitian itu diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation beberapa waktu lalu.
Para peneliti menemukan bahwa polusi udara adalah ”faktor risiko untuk faktor risiko” yang berkontribusi pada kesamaan masalah fatal lainnya, seperti serangan jantung dan stroke. Mirip dengan bagaimana pola makan yang tidak sehat dan kurang olahraga dapat menyebabkan penyakit, paparan polusi udara juga dapat ditambahkan ke daftar faktor risiko ini.
”Dalam studi ini, kami menciptakan lingkungan yang meniru hari yang tercemar di New Delhi atau Beijing,” kata Sanjay Rajagopalan MD, penulis utama studi tersebut, Kepala Kedokteran Kardiovaskular di Universitas Rumah Sakit Institut Jantung dan Vaskular Harrington serta Direktur Institut Penelitian Kardiovaskular Universitas Case Western Reserve (Kompas.id, 21/8/2020).