Penyusutan Gletser Antartika Melewati Titik Kritis
Sebagian gletser di Antartika telah menyusut melampaui titik kritis akibat pemanasan air laut.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para ilmuwan menemukan bahwa gletser yang tampaknya stabil di Antartika dapat berubah dengan sangat cepat dan kehilangan sejumlah besar es akibat pemanasan lautan. Perairan laut yang lebih hangat membuat lapisan es menipis dan tidak lagi memiliki lapisan dasar sehingga tidak mampu lagi menahan gletser.
Temuan ini muncul setelah tim peneliti yang dipimpin Benjamin Wallis, ahli glasiologi di Leeds University, menggunakan satelit untuk melacak Gletser Cadman yang mengalir ke Teluk Beascochea di Semenanjung Antartika barat. Para peneliti memublikasikan analisis mereka di Nature Communications pada Rabu (29/11/2023).
Para ilmuwan yakin, lapisan es yang dikelilingi perairan laut yang lebih hangat tersebut menipis dan tidak lagi memiliki lapisan dasar sehingga lapisan es tersebut tidak mampu lagi menahan gletser. Akibatnya, kecepatan aliran gletser semakin tinggi, hingga dua kali lipat, meningkatkan jumlah es yang dibuang ke laut sebagai gunung es melalui proses yang dikenal dengan istilah iceberg calving.
”Kami terkejut melihat kecepatan Cadman berubah dari gletser yang tampaknya stabil menjadi gletser yang mengalami kerusakan mendadak dan hilangnya es secara signifikan,” ujar Wallis dalam keterangan tertulis.
Hal yang juga membuat penasaran peneliti adalah gletser di sekitar bagian barat Semenanjung Antartika tidak bereaksi dengan cara yang sama, yang mungkin memberikan pelajaran penting agar kita dapat memproyeksikan dengan lebih baik bagaimana perubahan iklim akan terus berdampak pada wilayah kutub yang penting dan sensitif ini.
”Studi kami mengumpulkan data selama tiga dekade, sembilan misi satelit berbeda, dan pengukuran oseanografi insitu untuk memahami perubahan yang terjadi di Antartika. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan pemantauan jangka panjang terhadap wilayah kutub Bumi dengan jangkauan sensor yang luas yang semuanya memberi tahu kita bagian cerita yang berbeda,” katanya.
Menyusut 20 meter per tahun
Menurut para ilmuwan, Gletser Cadman kini berada dalam kondisi ”ketidakseimbangan dinamis yang substansial”. Es di gletser terus menipis dan ketinggiannya hilang sekitar 20 meter per tahun. Itu setara dengan hilangnya ketinggian gedung lima lantai setiap tahunnya. Sekitar 2,16 miliar metrik ton es mengalir dari Gletser Cadman ke laut setiap tahunnya.
Suhu air laut yang luar biasa tinggi pada awal tahun 2018/2019 di sekitar Semenanjung Antartika bagian barat diyakini telah memicu perubahan dinamis yang cepat pada sistem Gletser Cadman.
Dengan menganalisis data satelit selama bertahun-tahun, para ilmuwan yakin air laut yang lebih hangat secara bertahap menipiskan lapisan es gletser sejak awal tahun 2000-an dan mungkin sejak tahun 1970-an.
Air hangat tidak terbawa ke permukaan laut, tetapi tersimpan jauh ke dalam kolom air. Air yang lebih hangat ini mungkin telah mencapai lapisan es yang berada di dasar laut. Akibatnya, lapisan es mulai mencair dari bawah ke atas.
Pada tahun 2018/2019, lapisan es sangat tipis sehingga terlepas dari zona landasan dan mulai mengapung sehingga menyebabkan tergelincirnya jangkar dan memungkinkan Gletser Cadman mengalirkan lebih banyak es ke laut.
Namun, tim ilmiah masih menghadapi satu pertanyaan besar. Mengapa Gletser Cadman runtuh ketika Gletser Funk dan Lever di dekatnya relatif stabil.
Punggungan bawah laut
Dengan menganalisis data oseanografi bawah laut, para ilmuwan meyakini serangkaian struktur batuan bawah laut yang disebut ridges atau sills pada kedalaman 200 meter dan 230 meter bertindak sebagai penghalang pertahanan, membelokkan saluran air hangat agar tidak mencapai gletser.
Michael Meredith, dari British Antarctic Survey dan salah satu penulis makalah tersebut, mengatakan, ”Kami telah mengetahui selama beberapa waktu bahwa lautan di sekitar Antartika memanas dengan cepat dan hal ini menimbulkan ancaman signifikan terhadap gletser dan lapisan es yang berdampak pada kenaikan permukaan air laut secara global.”
Kami terkejut melihat kecepatan Cadman berubah dari gletser yang tampaknya stabil menjadi gletser yang mengalami kerusakan mendadak dan hilangnya es secara signifikan.
Menurut Meredith, apa yang ditunjukkan oleh penelitian baru ini adalah bahwa gletser yang tampaknya stabil dapat berubah dengan sangat cepat menjadi tidak stabil hampir tanpa peringatan kemudian menipis dan menyusut dengan sangat kuat. Hal ini menekankan perlunya jaringan pengamatan laut yang komprehensif di sekitar Antartika, terutama di wilayah yang dekat dengan gletser.
Titik kritis
Dalam makalahnya, para peneliti mengatakan, apa yang terjadi pada Gletser Cadman dapat dilihat sebagai contoh ”titik kritis glasiologis”, di mana suatu sistem dalam keadaan stabil dapat mengambil satu atau dua jalur berdasarkan perubahan parameter lingkungan.
Titik kritis dicapai pada tahun 2018 karena datangnya air laut yang sangat hangat, yang menyebabkan lapisan es terlepas. Mencapai titik kritis ini menyebabkan Gletser Cadman meningkatkan pelepasan esnya sebesar 28 persen dalam 13 bulan.
Para peneliti mengatakan, gletser lain di Semenanjung Antartika mungkin rentan terhadap perubahan mendadak serupa karena geologi bawah laut.