Kesehatan Mental yang Lebih Baik Dimulai dari Menyehatkan Perut
”Lactobacillus”, bakteri dalam makanan fermentasi dan yogurt, dapat membantu tubuh mengelola stres dan mencegah depresi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menemukan bagaimana Lactobacillus, bakteri yang ditemukan dalam makanan fermentasi dan yogurt, membantu tubuh mengelola stres dan dapat membantu mencegah depresi dan kecemasan. Temuan ini membuka pintu bagi terapi baru melalui makanan untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan kondisi kesehatan mental lainnya.
Studi dari para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Virginia (UVA) ini dipublikasikan di jurnal Brain, Behavior, and Immunity terbaru.
Peneliti UVA, Alban Gaultier dan kolaboratornya, dalam rilis pada Rabu (29/11/2023) mengatakan, penemuan ini penting karena menunjukkan dengan tepat peran Lactobacillus, memisahkannya dari semua mikroorganisme lain yang secara alami hidup di dalam dan di tubuh kita.
Organisme ini secara kolektif dikenal sebagai mikrobiota dan para ilmuwan semakin berupaya menargetkan mereka untuk melawan penyakit dan meningkatkan kesehatan. Penelitian baru UVA ini merupakan langkah maju dan menjadi pendekatan baru yang inovatif bagi para ilmuwan untuk memahami peran setiap mikroba, yang dapat membantu pengembangan pengobatan serta penyembuhan baru untuk berbagai penyakit, baik mental maupun fisik.
”Penemuan kami menjelaskan bagaimana Lactobacillus yang hidup di usus memengaruhi gangguan mood dengan menyesuaikan sistem kekebalan tubuh,” kata Gaultier dari Departemen Ilmu Saraf UVA. ”Penelitian kami dapat membuka jalan menuju penemuan terapi yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kecemasan dan depresi,” katanya.
Usus manusia secara alami adalah rumah bagi bakteri, jamur, dan virus yang tak terhitung jumlahnya. Ada lebih banyak mikroorganisme yang hidup di dalam dan di sekitar kita daripada jumlah sel di tubuh kita.
Hal ini mungkin terdengar mengkhawatirkan. Namun, para ilmuwan mengatakan, organisme kecil ini dan interaksinya sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh, kesehatan, kesehatan mental, dan aspek kesejahteraan lainnya.
Gangguan terhadap mikrobiota, baik karena penyakit, pola makan yang buruk, maupun sebab lainnya, diketahui berkontribusi terhadap banyak penyakit dan bahkan membantu penyebaran kanker. Jadi, para peneliti sangat bersemangat dalam beberapa tahun terakhir untuk memanfaatkan potensi memerangi penyakit dengan menargetkan mikrobiota.
Para ilmuwan mengatakan, organisme kecil ini dan interaksinya sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh, kesehatan, kesehatan mental, dan aspek kesejahteraan lainnya.
Upaya awal untuk memanipulasi mikrobiota usus dengan bakteri menguntungkan, yang disebut probiotik, telah membuahkan hasil yang beragam. Sebagian besar permasalahannya adalah kompleksitas mikrobioma, yang diperkirakan mencakup 39 triliun mikroorganisme. Mencoba memahami fungsi bakteri atau jamur tertentu—apalagi cara mereka berinteraksi dengan mikroorganisme lain dan inangnya—seperti mencoba menghitung butiran pasir di pantai.
Gaultier dan timnya mengambil pendekatan inovatif untuk fokus pada Lactobacilli secara spesifik. Penelitian sebelumnya dari laboratorium Gaultier menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat membalikkan depresi pada tikus percobaan. Ini sebuah temuan yang sangat menjanjikan. Meski demikian, para peneliti perlu memahami caranya.
”Kami menyadari dari penelitian kami sebelumnya bahwa Lactobacillus bermanfaat dalam memperbaiki gangguan mood dan hilang setelah stres psikologis. Namun, alasan yang mendasarinya masih belum jelas, terutama karena tantangan teknis yang terkait dengan mempelajari mikrobioma,” katanya.
Gaultier dan timnya memutuskan untuk melanjutkan penelitian depresi mereka dengan menggunakan kumpulan bakteri yang dikenal sebagai Altered Schaedler Flora, yang mencakup dua strain Lactobacillus dan enam strain bakteri lainnya. Dengan komunitas bakteri yang jarang digunakan ini, tim mampu menciptakan tikus dengan dan tanpa Lactobacillus sehingga menghindari kebutuhan akan antibiotik.
Gaultier dan rekan-rekannya mampu menjelaskan dengan tepat bagaimana Lactobacilli memengaruhi perilaku dan bagaimana kekurangan bakteri dapat memperburuk depresi dan kecemasan. Lactobacilli dalam keluarga Lactobacillacea menjaga tingkat mediator kekebalan yang disebut interferon gamma yang mengatur respons tubuh terhadap stres dan membantu mencegah depresi.
Berbekal informasi ini, para peneliti siap mengembangkan cara-cara baru untuk mencegah dan mengobati depresi dan kondisi kesehatan mental lainnya di mana Lactobacillus memainkan peran penting. Misalnya, pasien yang berjuang atau berisiko mengalami depresi mungkin suatu hari nanti akan mengonsumsi suplemen probiotik yang diformulasikan khusus untuk mengoptimalkan tingkat Lactobacillus yang bermanfaat.
”Dengan hasil ini, kami memiliki alat baru untuk mengoptimalkan pengembangan probiotik, yang akan mempercepat penemuan terapi baru,” kata peneliti Andrea R Merchak, penulis pertama kajian ini. ”Yang paling penting, kita sekarang dapat mengeksplorasi bagaimana menjaga tingkat Lactobacillus dan/atau interferon gamma yang sehat dapat diselidiki untuk mencegah dan mengobati kecemasan dan depresi,” katanya.