Kenali Risiko Serangan Jantung pada Usia Muda
Kaum muda perlu mewaspadai risiko serangan jantung. Masalah kesehatan tersebut mengancam keselamatan jiwa penderitanya.
Serangan jantung umumnya dikaitkan dengan orang lanjut usia. Seiring gaya hidup masyarakat yang tak sehat, penyakit tersebut juga mengancam usia muda. Selain membutuhkan biaya pengobatan mahal, penyakit jantung mengganggu produktivitas kerja, bahkan mengancam keselamatan jiwa penderita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2019, mewakili 32 persen dari seluruh kematian global. Dari kematian tersebut, 85 persen di antaranya disebabkan serangan jantung dan stroke.
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, prevalensi penyakit jantung 1,5 persen. Dari segi usia, prevalensi penyakit jantung pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 2,4 persen, kelompok usia 35-44 tahun sebesar 1,3 persen, dan prevalensi usia 25-34 tahun sebesar 0,8 persen.
”Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian secara global dan beban pembiayaan tinggi. Karena itu, edukasi kepada masyarakat untuk mencegah terserang penyakit jantung sangat penting,” kata Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Moh Adib Khumaidi dalam keterangan pers, Selasa (28/11/2023).
Baca juga: Kelainan Jantung, Pembunuh Karier Pesepak Bola
Di semua negara, menurut Adib, pengendalian penyakit kardiovaskular tidak hanya terkait kemampuan pelayanan kesehatan. Hal terpenting ialah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan memperkuat kemampuan penanganan emergency jantung di masyarakat.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Sally Aman Nasution menuturkan, ada anggapan di masyarakat bahwa serangan jantung hanya dialami orang usia lanjut. Padahal, serangan jantung ringan hingga yang berakibat fatal juga dapat dialami orang usia muda.
”Jika orang muda terkena serangan jantung, hal itu mengganggu produktivitas dan mutu hidup turun. Karena itu, edukasi kepada warga untuk mencegah penyakit jantung perlu digalakkan,” ujarnya. Serangan jantung juga disebut infark miokard, penyakit jantung koroner, penyakit jantung iskemik, dan angina pektoris.
Saat ini, penyakit jantung kian mengancam usia muda. Sally menuturkan, di sejumlah rumah sakit dalam sebulan bisa menangani 5-10 pasien berusia di bawah 40 tahun yang mengalami serangan jantung. ”Ada pasien penyakit jantung yang masih berusia 29 tahun dan 32 tahun,” ungkapnya.
Edukasi kepada masyarakat untuk mencegah terserang penyakit jantung sangat penting.
Dalam artikel di situs heartfoundation.org.au disebutkan, pada orang berusia di atas 35 tahun, sebagian besar serangan jantung disebabkan penyakit arteri koroner, yakni arteri yang memasok darah ke jantung tersumbat atau rusak. Pada usia di bawah 35 tahun, tak ada penyebab utama serangan jantung.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan serangan jantung pada usia muda, antara lain, ialah otot jantung menjadi terlalu tebal atau disebut kardiomiopati hipertrofik, otot jantung mempersulit kerja jantung atau kardiomiopati, detak jantung tidak menentu yang berbahaya, dan gangguan irama jantung.
Faktor risiko
Tingginya kasus penyakit jantung di usia muda ini sejalan dengan kurangnya aktivitas fisik kaum muda. Tren angka obesitas pada remaja juga meningkat. ”Obesitas meningkatkan risiko serangan jantung, maka sebaiknya capai berat badan ideal, perbanyak aktivitas fisik, dan terapkan pola makan sehat,” ucap Sally.
Studi kasus penyakit jantung koroner pada usia di bawah 45 tahun di dua rumah sakit di Semarang, Jawa Tengah, menunjukkan, orang yang terbiasa merokok berisiko mengalami penyakit jantung koroner pada usia di atas 45 tahun sebesar 2,4 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tak memiliki kebiasaan merokok.
Baca juga: Melindungi Jantung di Masa Pandemi
Sementara kenaikan kadar trigliserida dalam darah, yakni di atas 150 miligram per desiliter, juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (PJK) 2,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki kadar trigliserida normal. ”Kadar kolesterol tinggi kerap tak terdiagnosis karena tanpa gejala,” ujarnya.
Hasil analisis juga menunjukkan kenaikan kadar gula darah puasa di atas 126 ml/dl meningkatkan risiko terjadi PJK pada kelompok usia di bawah 45 tahun sebanyak 4,1 kali dibandingkan dengan kadar gula puasa kurang dari 126 mg per dl pada kelompok usia sama. ”Karena itu, gula darah mesti rutin dikontrol,” ucap Sally.
Studi yang dipublikasikan pada 3 Mei di JAMA Network Open dengan menganalisis data 2.264 orang berusia 18-55 tahun yang dirawat di rumah sakit karena serangan jantung. Riset tersebut menemukan tujuh faktor menyumbang 85 persen risiko serangan jantung pertama.
Dalam artikel di situs Harvard Medical School menyebutkan tujuh faktor tersebut meliputi diabetes, depresi, hipertensi, perokok aktif, riwayat serangan jantung dini dalam keluarga, pendapatan rumah tangga rendah, dan kolesterol tinggi. Merokok jadi faktor terbesar bagi pria, dan diabetes jadi risiko terbesar pada perempuan.
Terkait dengan hal itu, skrining atau penapisan faktor risiko serangan jantung pada dewasa muda penting dilakukan. Skrining risiko penyakit jantung itu meliputi kebiasaan merokok, hipertensi, riwayat jantung dalam keluarga, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, dan beberapa faktor risiko lainnya.
Penanganan medis
Menurut Sally, organ jantung berfungsi memompa darah kaya oksigen dan nutrisi ke seluruh organ. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung berkurang atau berhenti. Hal ini disebabkan penumpukan lemak, kolesterol, dan plak yang memicu penyempitan pembuluh darah jantung.
Beberapa gejala serangan jantung perlu diwaspadai, antara lain tidak nyaman di dada, sakit kepala ringan, mual atau muntah, nyeri atau rasa tak nyaman di rahang, leher, punggung, lengan, dan sesak napas. ”Serangan jantung dapat berakibat fatal jika tidak dilakukan tindakan segera,” ujarnya.
Maka dari itu, kenali gejalanya sedini mungkin dan segera mencari pertolongan medis. Kemampuan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama kepada seseorang yang terkena serangan jantung, terutama saat berada di tempat publik, pun perlu ditingkatkan.
Baca juga: Risiko Henti Jantung dalam Kerumunan
Pelatihan rutin terkait resusitasi jantung dan paru perlu dilakukan pada sebanyak mungkin orang. Area publik, seperti sekolah dan stadion olahraga, perlu memiliki rencana darurat jantung agar bisa memberi respons efektif jika seseorang mengalami serangan jantung.