Kelainan jantung, seperti gangguan irama jantung, henti, atau serangan jantung, menjadi momok utama pesepak bola beberapa tahun terakhir. Tak sedikit pemain yang pensiun dini, bahkan meninggal dunia akibat penyakit itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BARCELONA, KAMIS — Di usia 33 tahun atau tergolong masih produktif untuk berkarier, pesepak bola Barcelona asal Argentina, Sergio ”Kun” Aguero, harus mengakhiri kariernya lebih cepat. Aguero ”dipaksa” pensiun akibat kelainan jantung berupa gangguan irama jantung yang membuatnya nyeri dada dan susah bernapas tatkala membela Barca menjamu Alaves dalam lanjutan Liga Spanyol, Minggu, 31 Oktober lalu.
Kelainan jantung, seperti gangguan irama, henti jantung, atau serangan jantung, pada pesepak bola telah menjadi momok menakutkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum insiden Aguero, gelandang Denmark Christian Eriksen pingsan karena henti jantung saat timnya menghadapi Finlandia dalam penyisihan grup Piala Eropa 2020, 12 Juni lalu.
Walau belum resmi gantung sepatu, kejadian itu membuat karier sepak bola Eriksen di ujung tanduk. Bahkan, klubnya, Inter Milan, sudah mengambil ancang-ancang untuk memutus kontrak pesepak bola berusia 29 tahun itu karena tidak memungkinkan lagi bermain di Liga Italia.
Kasus terbaru, bek Manchester United asal Swedia, Victor Lindelof, diduga mengalami masalah jantung yang membuatnya sesak napas ketika MU jumpa tuan rumah Norwich dalam lanjutan Liga Inggris, Minggu, 12 Desember lalu. Insiden itu membuat pemain berusia 27 tahun ini harus dipasang alat monitor jantung dan menepi dari lapangan hijau untuk sementara waktu.
Penuh misteri
Kepala Kedokteran Olahraga di Crystal Palace FC Zafar Iqbal dilansir BBC mengatakan, olahraga ekstrem memicu atlet berada pada peningkatan risiko terkena masalah jantung karena aktivitas jantung mereka bekerja lebih keras. Namun, itu tergolong insiden yang sangat langka.
Sebab, jantung pesepak bola cenderung lebih besar dan bekerja lebih efisien ketimbang masyarakat biasa. Secara umum, mereka berisiko rendah mengalami masalah jantung, seperti penyakit kardiovaskular atau penyumbatan saluran darah yang sering terlihat pada perokok atau orang-orang yang suka mengonsumsi makanan tidak sehat.
Menurut British Heart Foundation (BHF), masalah jantung pada pesepak bola kemungkinan terjadi karena kadiomiopati atau penyakit yang memengaruhi ukuran, bentuk, atau ketebalan otot jantung. Ada pula miokarditis akut alias peradangan otot jantung. Hal itu barangkali tidak terdeteksi dalam pemeriksaan jantung berkala kepada pesepak bola.
Terkadang kelainan itu cuma terjadi saat pesepak bola berada di tengah laga atau dapat dikaitkan dengan penyakit baru lainnya yang menyebabkan jantung tertekan. ”Kondisi itu tidak selalu muncul pada masa remaja atau pada usia 16-25 tahun. Kondisi itu mungkin pula belum menampakkan diri sampai pertengahan usia 20-an atau 30-an tahun,” terang Sanjay Sharma, ahli jantung dan Ketua Komite Ahli Jantung Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Merugikan tim
Dampak dari kelainan jantung tak hanya negatif untuk pemain, tetapi juga merugikan timnya. Aguero misalnya, kehadiran pemain kelahiran Buenos Aires, Argentina, ini di Barca dengan status bebas transfer pada musim panas lalu diproyeksi untuk menggantikan peran megabintang asal Argentina, Lionel Messi, yang sudah lama santer meninggalkan tim dan akhirnya hengkang ke Paris Saint-Germain.
Nyatanya, setiba di Barca, Aguero tidak dalam kondisi prima. Dia baru bisa bermain saat timnya menjamu Valencia pada pekan kesembilan Liga Spanyol. Namun, baru menjalani laga keempatnya ketika menjamu Alaves pada pekan ke-12 Liga Spanyol, Aguero mengalami keluhan pada irama denyut jantung yang jadi pemicu dirinya gantung sepatu lebih awal.
Situasi itu menjadi kerugian besar untuk Barca yang sedang terseok-seok menjalani kompetisi di musim ini. Barca kini tertahan di peringkat kedelapan Liga Spanyol dan tersingkir dari penyisihan grup Liga Champions untuk pertama kali dalam 17 tahun terakhir.
Adapun Eriksen adalah salah satu elemen penting kesuksesan Inter Milan menjuarai Liga Italia musim lalu. Akan tetapi, karena baru memasang alat bantu jantung atau ICD (implantable cardioverter defibrillator) dan ada larangan bermain untuk pemain yang bergantung pada alat itu di kompetisi Italia, Eriksen pun kemungkinan tidak bisa melanjutkan kariernya di Negeri Spageti.
Kendati demikian, keselamatan tetap menjadi prioritas utama dalam olahraga. Maka itu, mau tidak mau, pemain ataupun klub menerima kondisi tersebut dengan bijaksana. Seperti yang diungkapkan oleh Aguero, dia dan tim dokter telah berusaha untuk kembali ke lapangan hijau.
Namun, atas dasar keselamatan, Aguero mesti mengakhiri karier secara dini. ”Saya berada di tangan tim dokter yang baik. Mereka memberi tahu saya bahwa hal terbaik yang harus dilakukan ialah berhenti bermain dan saya mengambil keputusan ini sejak seminggu atau 10 hari lalu,” ungkap Aguero, dikutip Marca.com. (AFP/REUTERS)