Antisipasi Kasus Pneumonia di China, Indonesia Tingkatkan Kewaspadaan
Lonjakan kasus pneumonia pada anak-anak di China mendorong Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus penyakit pernapasan yang terjadi di China yang banyak menyerang anak-anak telah menyita perhatian global. Sebagian besar kasus yang ditemukan berasal dari infeksi Mycoplasma pneumoniae. Pemerintah Indonesia pun berupaya meningkatkan kewaspadaan akan penularan penyakit akibat infeksi tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, penguatan kewaspadaan terkait kejadian penyakit pernapasan yang disebabkan Mycoplasma diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor 4732 Tahun 2023. Melalui surat itu, antisipasi penyebaran pneumonia di Indonesia diharapkan bisa dilakukan dengan baik.
”Di Indonesia belum terjadi lonjakan kasus akibat pneumonia. Namun, langkah antisipasi dan mitigasi telah dilakukan,” ujarnya dalam konferensi pers terkait ”Kewaspadaan terhadap Kejadian Mycoplasma pneumoniae di Indonesia” yang diikuti secara daring dari Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Peningkatan kewaspadaan tersebut terutama ditujukan kepada kepala dinas kesehatan di provinsi serta kabupaten atau kota, rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan puskesmas di Indonesia. Pengawasan terhadap orang, alat angkut, lingkungan, vektor, dan binatang pembawa penyakit perlu ditingkatkan di setiap pintu masuk negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.
Setiap fasilitas kesehatan diminta melakukan surveilans secara ketat dengan memantau peningkatan kasus di setiap wilayah. Pelaporan juga harus dilakukan secara lebih baik. Selain itu, upaya promosi kesehatan diperluas untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia.
Imran menuturkan, peningkatan kewaspadaan terkait kasus pneumonia merujuk pada adanya laporan peningkatan penyakit pernapasan pada anak-anak yang terjadi di China. Berdasarkan laporan media serta laporan Promed, sistem surveilans global terkait pelaporan wabah penyakit menular, ditemukan kasus pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di China.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga kini menyatakan belum ditemukan ada patogen baru yang menyebabkan lonjakan kasus penyakit pernapasan di China. Dari laporan yang disampaikan otoritas China, peningkatan kasus yang terjadi sebagian besar disebabkan infeksi Mycoplasma pneumoniae sebesar 40 persen.
Ada pula kasus yang ditemukan akibat respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza. Adapun WHO secara resmi telah meminta otoritas China untuk memberikan informasi mengenai potensi lonjakan penyakit pernapasan serta data epidemiologis, klinis, dan laboratorium yang terkait.
Tidak ada lonjakan
Imran mengatakan, sejauh ini tidak ada laporan kenaikan kasus pneumonia ataupun ISPA yang berarti di Indonesia. Kenaikan kasus yang terjadi di sebagian daerah diperkirakan karena laporan kasus yang menurun selama pandemi Covid-19 dan baru membaik pascapandemi tahun ini. Dampak polusi udara yang buruk di beberapa daerah berkaitan pula dengan peningkatan kasus penyakit saluran pernapasan.
Sejauh ini tidak ada laporan kenaikan kasus pneumonia ataupun ISPA yang berarti di Indonesia. Kenaikan kasus yang terjadi di sebagian daerah diperkirakan karena laporan kasus yang menurun selama pandemi dan baru kembali membaik pascapandemi tahun ini.
Selain itu, peningkatan kasus terjadi karena jumlah surveilans sentinel penyakit seperti influenza (ILI) dan infeksi saluran pernapasan akut berat (SARI) meningkat. Hal itu turut berdampak terhadap penemuan kasus yang semakin besar di masyarakat.
Pada periode Januari-September 2023, kasus pneumonia tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Sementara kasus infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA pada periode yang sama paling tinggi dilaporkan di Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.
”Dari tren kasus ILI, puncaknya biasanya akan terjadi pada bulan Mei yang kemudian akan menurun dan meningkat kembali pada bulan September-Oktober. Itu biasanya terjadi saat musim pancaroba, baik dari musim hujan ke panas maupun sebaliknya. Pola ini sama dengan yang terjadi antara tahun 2022 dan 2023,” tutur Imran.
Pemeriksaan
Sementara terkait kasus infeksi Mycoplasma pneumoniae, Imran memastikan belum ada temuan kasus yang dilaporkan di Indonesia. Sementara pemeriksaan untuk mendeteksi adanya Mycoplasma pneumoniae dapat dilakukan di Laboratorium Nasional Prof Sri Oemijati di Jakarta dan sejumlah laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL) di daerah.
”Penguatan laboratorium akan kita lakukan dengan mengirimkan reagan dan VTM (viral transport medium) untuk mendeteksi Mycoplasma ke labkesmas (laboratorium kesehatan masyarakat). Sekarang kita masih lakukan identifikasi untuk kebutuhan itu, baru nanti akan dikirimkan,” tuturnya.
Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang sudah ditemukan di masyarakat. Bakteri ini menjadi salah satu penyebab penyakit pneumonia yang dampaknya banyak terjadi pada anak-anak. Penyakit akibat bakteri ini umumnya muncul pada musim panas di negara yang memiliki empat musim. Bakteri Mycoplasma memiliki periode inkubasi serta tingkat penyebaran yang cukup lama sehingga gejala akan muncul secara bertahap.
Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menyampaikan, sesuai dengan rekomendasi WHO, perhatian terhadap pneumonia perlu ditingkatkan. Tindakan preventif dengan menjaga kesehatan, mencegah risiko kontak dan penularan, serta vaksinasi influenza bisa dilakukan.
Sementara bagi pemerintah, surveilans ILI dan SARI harus ditingkatkan untuk mendeteksi adanya peningkatan kasus. Pengawasan di pintu masuk negara perlu dilakukan. Selain itu, penguatan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi dan biomolekuler serta tenaga kesehatan dan sarana prasarana pelayanan kesehatan penting dilakukan.
”Upaya tersebut baik dilakukan untuk menghadapi kemungkinan pneumonia kini serta masalah kesehatan mendatang,” kata Tjandra.