Konsumsi gula berlebihan bisa memicu obesitas dan diabetes melitus. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan kesuburan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi gula secara berlebihan dapat berpengaruh pada tingkat kesuburan pada perempuan. Bahkan, hal itu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau infertilitas. Karena itu, membatasi konsumsi makanan dan minuman dengan gula tinggi sangat disarankan untuk meningkatkan kesehatan organ reproduksi, terutama terkait kesuburan pada perempuan.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi Rumah Sakit Pondok Indah-In Vitro Fertilization (IVF) Centre, Gita Pratama, mengutarakan, konsumsi gula secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang dapat berlanjut pada kondisi obesitas. Pada perempuan yang mengalami obesitas, fungsi hormon dalam tubuh dapat terganggu. Hal itu termasuk hormon reproduksi yang terkait dengan kesuburan.
”Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan ovulasi dan gangguan haid tanpa disertai dengan keluarnya sel telur yang dapat menyulitkan terjadinya kehamilan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (27/11/2023).
Gita menambahkan, terlalu banyak mengonsumsi gula juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Adapun resistensi insulin merupakan kondisi ketika tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik sehingga peredaran gula darah dalam tubuh akan terganggu. Jika tidak diatasi, kondisi itu dapat berlanjut menjadi diabetes melitus tipe 2.
Perempuan dengan kondisi resisten insulin atau diabetes melitus tipe 2 akan lebih berisiko mengalami gangguan kesuburan, seperti gangguan ovulasi. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi siklus haid. Siklus haid menjadi tidak teratur atau terjadi perdarahan yang berlebihan. Hal itu dapat menjadi tanda dari masalah kesuburan. Siklus haid yang normal terjadi pada 21-35 hari tergantung dari kondisi setiap perempuan.
Gita menuturkan, dampak konsumsi gula tergantung dari jumlah dan intensitas dari konsumsi gula. Faktor genetik dan kondisi kesehatan pun akan memengaruhi dampak tersebut. Namun, jika sudah terjadi obesitas serta diabetes melitus tipe 2, perempuan yang ingin memiliki keturunan sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter, khususnya dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
”Dokter biasanya akan menyarankan untuk mengurangi berat badan dengan pola makan yang tepat dan olahraga secara teratur. Terkadang juga diperlukan terapi pengobatan untuk menurunkan kadar insulin atau gula dalam darah,” tuturnya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesuburan, Gita menjelaskan, perempuan disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat, salah satunya melalui konsumsi gizi seimbang. Penting pula untuk diperhatikan agar perempuan mengonsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik rendah. Makanan tersebut yang tidak cepat diubah menjadi gula dalam darah, seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran berserat tinggi.
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat memengaruhi siklus haid. Siklus haid menjadi tidak teratur atau terjadi perdarahan yang berlebihan. Hal itu dapat menjadi tanda dari masalah kesuburan.
Sebaiknya, batasi juga makanan yang mengandung kalori tinggi ataupun makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, seperti makanan siap saji, makanan yang digoreng, nasi, roti putih, kue, serta minuman manis dengan jumlah kalori tinggi.
Sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan, konsumsi gula harian sebesar 10 persen dari total energi yang dibutuhkan. Jika kebutuhan energi harian sekitar 2.000 kilokalori, maksimal konsumsi gula sebesar 200 kilokalori per hari atau sekitar 50 gram gula yang setara empat sendok makan dalam sehari.
Gita mengatakan, konsumsi gula yang berlebihan perlu dibatasi pula pada ibu hamil. Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes pada kehamilan atau diabetes gestasional.
”Diabetes gestasional berhubungan dengan peningkatan angka kejadian kelahiran prematur, keguguran, preeklamsia, polihidramnion atau berlebihnya cairan ketuban, persalinan caesar akibat bayi besar, serta perdarahan pasca-persalinan,” katanya.
Pemeriksaan
Secara terpisah, dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi RS Pondok Indah-IVF Centre, Shanty Olivia Jasirwan, menyampaikan, pemeriksaan kesuburan dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan ada gangguan kesuburan. Pemeriksaan tak hanya diperlukan pada perempuan, tetapi juga pada pria. Dengan pemeriksaan, terapi dan penanganan bisa dilakukan sesuai kondisi dari gangguan yang terjadi.
Pada perempuan umumnya dilakukan pemeriksaan fertilitas, seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaan histerosalpingografi (HSG), histeroskopi, dan laparoskopi. Sementara pada pria akan dilakukan pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan fisik, analisis sperma, pemeriksaan darah, pencitraan, dan pemeriksaan genetik.
”Pemeriksaan kesuburan dapat dilakukan untuk melihat adanya masalah kesuburan atau infertilitas. Suatu kondisi dapat diindikasikan sebagai masalah kesuburan jika pasangan yang telah menikah satu tahun dan berhubungan teratur tanpa alat kontrasepsi belum juga dikaruniai keturunan,” tutur Shanty.