Hubungan Seksual Tepat Waktu Tingkatkan Peluang Kehamilan
Hubungan seksual yang dilakukan tepat waktu dengan menggunakan tes ovulasi urine dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan bagi pasangan suami istri. Persentase kehamilan meningkat 20-28 persen.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Nining Pujiastuti (41) menatap layar dari hasil pemeriksaan USG (ultrasonografi) yang dilakukan di Puskesmas Sedayu 1, Bantul, Yogyakarta, Jumat (10/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Studi menunjukkan bahwa hubungan seksual yang dilakukan tepat waktu dengan menggunakan tes ovulasi urine dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan bagi pasangan suami istri. Metode ini juga memiliki peluang keberhasilan kehamilan lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan seksual tanpa prediksi ovulasi.
Studi tentang peluang keberhasilan kehamilan dengan menggunakan tes ovulasi urine dilakukan para peneliti dari Inggris, yakni Oxford University, The Royal Berkshire Hospital in Reading, dan The Princess Anne Hospital in Southampton. Laporan dari kajian ini terbit di Cochrane Library, 15 September 2023.
Dalam studi ini, para peneliti melakukan tujuh uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 2.464 wanita atau pasangan yang telah mencoba untuk hamil.Hasilnya, melakukan hubungan intim di sekitar masa subur menggunakan tes ovulasi urine meningkatkan kemungkinan kehamilan dan kelahiran hidup 20-28 persen.
Metode ini dapat memberikan kontrol lebih besar kepada pasangan terhadap kesuburan mereka dan berpotensi mengurangi kebutuhan akan pemeriksaan serta perawatan infertilitas.
Peluang kehamilan dengan metode ini bahkan lebih tinggi dibandingkan melakukan hubungan intimtanpa menggunakan tes ovulasi urine yang hanya mencapai 18 persen. Peluang ini khususnya terjadi pada wanita di bawah 40 tahun yang mencoba untuk hamil dengan periode normal di bawah 12 bulan.
Tatjana Gibbons, peneliti di Departemen Kesehatan Wanita danReproduksi Nuffield Oxford yang juga penulis utama studi tersebut,mengatakan, banyak pasangan suami istri yang merasa sulit untuk hamil dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kesuburan mereka.
”Temuan bahwa tes urine yang sederhana dan mudah tetapi dapat meningkatkan peluang keberhasilan pembuahan ini cukup menarik. Sebab, metode ini dapat memberikan kontrol lebih besar kepada pasangan terhadap kesuburan mereka dan berpotensi mengurangi kebutuhan akan pemeriksaan serta perawatan infertilitas,” ujarnya dikutip dari situs resmi Oxford University, Senin (18/9/2023).
Kajian ini dilakukan mengingat setiap bulan terdapat peluang kecil untuk keberhasilan pembuahan karena terbatasnya umur sperma dan sel telur. Periode ini dimulai sekitar lima hari sebelum ovulasi (pelepasan sel telur) dan berlangsung hingga beberapa jam setelahnya.
Periode siklus seorang wanita dapat diidentifikasi dengan berbagai metode, termasuk tes ovulasi urine. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat celup untuk mendeteksi perubahan hormon yang dilepaskan ke dalam urine atau menandakan kapan ovulasi akan terjadi.
Selain itu, tes lainnya juga dapat dilakukan dengan metode berbasis kesadaran kesuburan (FABM), termasuk pelacakan kalender dan memantau perubahan cairan serviks serta suhu tubuh. Tinjauan ini bertujuan untuk menilai manfaat dan risiko hubungan seksual pada waktu yang ditentukan terhadap kehamilan, kelahiran hidup, dampak negatif, dan kualitas hidup pada pasangan suami istri yang mencoba untuk hamil.
Profesor Christian M Becker dari Nuffield Department of Women's and Reproductive Health mengatakan, ambang batas tinggi yang diperlukan dalam tinjauan ini memberikan bukti terkait kualitas mengenai efektivitas tes ovulasi urine. Hasil ini juga mengejutkankarena tes tersebut telah banyak tersedia dan mudah dilakukan oleh pasangan.
Meski peluang keberhasilannya tinggi, para peneliti menekankan bahwa hasil tes ovulasi urine harus ditafsirkan dengan hati-hati.Mereka juga menemukan tidak ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan pengaruh metode lain dalam penelitian ini.
”Hal ini termasuk hubungan seksual tepat waktu terhadap kehamilan klinis atau kehamilan yang dikonfirmasi dengan USG dan penggunaan FABM dalam hubungan intim tepat waktu, dibandingkan dengan hubungan intim tanpa prediksi ovulasi,” katanya.