Dokter Umum Berperan Vital Deteksi Dini Kanker Payudara
Dokter umum perlu asah pemahaman dan kerja sama dengan spesialis kanker payudara untuk deteksi dini kanker payudara yang masih rendah. Kanker payudara memberi sumbangan kasus kanker terbanyak dan kematian pasien tinggi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dokter umum adalah garda terdepan deteksi dini kanker payudara. Untuk itu, dokter umum perlu terus mengasah pemahaman tentang gejalanya, memperkuat jejaring lewat breast center, dan selalu bekerja sama dengan spesialis kanker payudara.
Demikian diutarakan pendiri Rumah Sakit Onkologi Surabaya (RSOS), Ario Djatmiko, seusai 5th Indonesia-Germany Sharing Experience bertema ”Current Advances in Breast Cancer Management” di Santika Premier Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (25/11/2023) petang.
Acara ini dihadiri 400 peserta. Sekitar 50 persen di antaranya adalah dokter umum dari seluruh penjuru Indonesia.
Mengutip data Kementerian Kesehatan, kanker payudara menjadi penyumbang kasus kanker terbanyak. Data Globocan 2020, ada 68.858 kasus baru kanker payudara atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Kematian pasien juga tinggi, 22.000 jiwa, karena 70 persen kasus terdeteksi tetapi sudah di tahap lanjut. Padahal, 43 persen kematian akibat kanker bisa diminimalkan jika pasien melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab.
Tidak hanya itu, penanganan pasien kanker yang terlambat juga mengakibatkan pembiayaan negara membengkak. Kurun 2019-2020, pengobatan kanker menguras pembiayaan BPJS Kesehatan lebih dari Rp 7,6 triliun.
Oleh karena itu, Ario mengatakan, penanganan kanker payudara harus oleh tim dokter, tempat, dan waktu yang tepat. Pengaplikasiannya harus dengan standar terapi internasional yang menjamin keselamatan pasien. ”Semua harus dilakukan nihil kesalahan, efisien, tanpa efek samping, dan tidak keliru saat menerapkan teknologi pengobatan dan terapi terkini,” katanya.
Dokter spesialis bedah payudara dari Universitatsklinikum Munster, Jerman, Joke Tio, mengatakan, Indonesia perlu membuat panduan penanganan pasien kanker payudara dengan penambahan dan audit breast center. Semua dilakukan untuk memastikan pasien ditangani tim dokter, tempat, dan waktu yang tepat.
Untuk menjadi breast center, suatu layanan setidaknya menghadapi minimal 150 kasus baru dalam setahun. Selain itu, dokter bedah payudara juga mesti menangani minimal 50 kasus per tahun dan radiolog mendiagnostik 500 foto per tahun.
Breast center juga harus punya dewan tumor. Tugasnya memantau perkembangan pasien setiap pekan guna memastikan keselamatan dan audit agar layanan kesehatan tetap berjalan prima.
Dokter spesialis bedah payudara RSOS, Dwirani Pratiwi, mengatakan, peran dokter umum penting untuk mendeteksi kasus-kasus kanker payudara. Hal itu mencegah penanganan yang terlambat demi meningkatkan keberhasilan pengobatan.