Emisi Mencapai Rekor, Oktober 2023 Terpanas Sepanjang Sejarah
Emisi gas rumah kaca terus meningkat, menjadikan Bumi kembali memecahkan rekor bulan terpanas pada tahun 2023.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emisi gas rumah kaca sekali lagi mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, dengan tren terus meningkat di tahun ini. Pada saat yang sama, Bumi kembali memecahkan rekor bulan terpanas pada tahun 2023.
Bulan lalu, menduduki peringkat Oktober terpanas dalam pencatatan iklim global selama 174 tahun tahun terakhir. Bulan lalu juga merupakan bulan kelima berturut-turut pada tahun 2023 dengan suhu global yang mencapai rekor tertinggi.
Laporan mengenai peningkatan emisi itu dikeluarkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Rabu (15/11/2023). Sementara itu, rekor suhu panas dilaporkan para ilmuwan dari Badan Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA), pada Kamis (16/11/2023).
Meskipun sudah ada peringatan selama puluhan tahun dari komunitas ilmiah, ribuan halaman laporan, dan puluhan konferensi iklim, kita masih menuju ke arah yang salah.
Menurut WMO, tingkat pertumbuhan konsentrasi CO2 mencapai 50 persen lebih tinggi dibandingkan era pra-industri untuk pertama kalinya. Angka ini sebenarnya sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan rata-rata selama satu dekade. Namun, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh variasi alami dalam siklus karbon dalam jangka pendek dan emisi baru akibat kegiatan industri terus meningkat.
Konsentrasi metana juga meningkat. Selain itu, kadar dinitrogen oksida, gas utama ketiga, mengalami peningkatan tertinggi dari tahun ke tahun dalam sejarah dari tahun 2021 hingga 2022, menurut Greenhouse Bulletin, yang diterbitkan untuk menginformasikan negosiasi Perubahan Iklim PBB atau COP28, di Dubai.
”Meskipun sudah ada peringatan selama puluhan tahun dari komunitas ilmiah, ribuan halaman laporan, dan puluhan konferensi iklim, kita masih menuju ke arah yang salah,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Menurut Taalas, tingkat konsentrasi gas rumah kaca saat ini menempatkan kita pada jalur peningkatan suhu jauh di atas target Persetujuan Paris pada akhir abad ini. Hal ini akan disertai dengan cuaca yang lebih ekstrem, termasuk panas dan curah hujan yang tinggi, pencairan es, kenaikan permukaan laut, serta panas dan pengasaman laut. Kerugian sosial ekonomi dan lingkungan akan melonjak.
”Kita harus mengurangi konsumsi bahan bakar fosil sebagai hal yang mendesak,” kata Taalas.
Hampir separuh emisi CO2 ini masih bertahan di atmosfer. Lebih dari seperempatnya diserap oleh lautan dan kurang dari 30 persen diserap oleh ekosistem darat seperti hutan, meskipun terdapat variabilitas yang cukup besar dari tahun ke tahun dalam hal ini.
Selama emisi terus berlanjut, CO2 akan terus terakumulasi di atmosfer dan menyebabkan kenaikan suhu global. Mengingat umur CO2 yang panjang, tingkat suhu yang telah diamati akan bertahan selama beberapa dekade bahkan jika emisi dikurangi dengan cepat hingga mencapai nol bersih.
Terakhir kali Bumi mengalami konsentrasi CO2 yang sebanding adalah 3-5 juta tahun lalu, ketika suhu 2-3 derajat celsius lebih hangat dan permukaan laut 10-20 meter lebih tinggi dari sekarang.
Rekor suhu
Menurut laporan NOAA, suhu rata-rata global pada bulan Oktober adalah 1,34 derajat celsius lebih panas di atas rata-rata abad ke-20 sebesar 14 derajat celsius. Hal ini menjadikannya sebagai bulan Oktober terpanas di dunia yang pernah tercatat. Suhu ini 0,24 derajat celsius di atas rekor sebelumnya pada bulan Oktober 2015. Selama tujuh bulan berturut-turut, suhu permukaan laut global juga mencapai rekor tertinggi.
Secara regional, Asia dan Amerika Selatan mencatat rekor suhu terpanas pada bulan Oktober, sementara Afrika, Eropa, dan Amerika Utara masing-masing mengalami suhu terpanas kedua pada bulan Oktober.
Bulan lalu merupakan bulan Oktober yang ke-47 berturut-turut dan bulan ke-536 berturut-turut dengan suhu global di atas rata-rata abad ke-20. Selama 10 tahun terakhir (2014–2023) mengalami bulan Oktober terpanas dalam catatan iklim global NOAA.
Jika dirata-rata, sepanjang tahun ini dari Januari hingga Oktober 2023, suhu permukaan global merupakan periode terpanas yang pernah tercatat, yaitu 1,13 derajat celsius di atas rata-rata abad ke-20.
Menurut Global Annual Temperature Outlook yang dikeluarkan NCEI, terdapat kemungkinan lebih besar dari 99 persen bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat di dunia.
Es laut global
Bulan lalu mencatat rekor luas es laut global terendah pada bulan Oktober. Rekor ini dicapai terutama karena luas (cakupan) es laut yang mencapai rekor terendah di Antartika, yang merupakan bulan keenam berturut-turut dengan luasan es laut yang mencapai rekor terendah.
Secara global, luas es laut pada bulan Oktober berkurang 380.000 mil persegi dibandingkan rekor terendah sebelumnya pada Oktober 2016. Luas es laut Arktik pada Oktober 2023 menduduki peringkat ketujuh terkecil dalam catatan satelit.
Selain itu, data juga menunjukkan adanya kenaikan frekuensi siklon tropis. Pada Oktober 2023 terdapat 15 sistem tropis yang bernama terbentuk di seluruh dunia, yang berada di atas rata-rata 12 sistem tropis pada tahun 1991-2020.
Sembilan di antaranya mencapai kekuatan siklon tropis (angin berkelanjutan dengan kecepatan 74 mil per jam (sekitar 119 km per jam) atau lebih tinggi), dan tujuh mencapai kekuatan siklon tropis besar (angin berkelanjutan dari 111 mph (178,6 km per jam) atau lebih tinggi). Topan Super Bolaven di Pasifik Barat dan Badai Otis di Pasifik Timur mencapai kekuatan Kategori 5 (angin berkelanjutan dengan kecepatan 157 mph (252,6 km per jam) atau lebih tinggi).