Seni Budaya Dimanfaatkan untuk Memaknai Patriotisme dan Kepahlawanan
Kepahlawanan dan patriotisme dapat dimaknai dengan luas. Perguruan tinggi membawa semangat kepahlawanan lewat kekuatan seni budaya bangsa di kalangan mahasiswa hingga dosen untuk memeriahkan Hari Pahlawan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Karya seni dimanfaatkan perguruan tinggi seni di Indonesia untuk merepresentasikan pemahaman nilai kepahlawanan yang menciptakan perubahan positif di dalam masyarakat. Karena itu, merayakan Hari Pahlawan 2023, sembilan perguruan tinggi seni Indonesia menggelar pameran seni visual bertajuk Rakta Mahardika Rupa — Merdeka Cipta Daulat Bangsa di Jakarta hingga dua bulan mendatang.
Pameran itu digagas untuk memaknai semangat kepahlawanan melalui karya seni visual. Pameran di Gedung D Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jakarta ini merupakan kerja sama antara Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Sekitar 290 karya seni visual dipamerkan, mulai dari seni lukis, seni patung, karya rancangan fashion, instalasi, hingga karya seni multimedia. Pameran ini juga bentuk apresiasi terhadap karya dosen dan mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi seni ternama di Indonesia, yakni Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, ISI Denpasar, ISI Tanah Papua, ISBI Bandung, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.
Para perupa mengungkapkan pemahaman mereka tentang nilai kepahlawanan.
Rektor IKJ Indah Tjahjawulan mengemukakan, pameran Rakta Mahardika Rupa — Merdeka Cipta Daulat Bangsa ini menyajikan beragam karya interpretasi tentang apa yang menjadikan seseorang sebagai pahlawan melalui lukisan, patung, instalasi, fotografi, ilustrasi, animasi, dan beragam media seni lainnya. ”Para perupa mengungkapkan pemahaman mereka tentang nilai kepahlawanan. Mereka mengangkat isu-isu seperti kemanusiaan, perlindungan lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan jender, keberagaman budaya, dan lainnya dengan sudut pandang yang beragam,” kata Indah, Minggu (12/11/2023).
IKJ menampilkan 19 karya seni dari 18 perupa. Karya ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman mengenai sosok pahlawan dalam konteks zaman yang terus berubah untuk terus berjuang dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menjelaskan, keseluruhan karya yang ditampilkan ISBI Bandung memang memiliki sumber gagasan kreatif yang berbeda, tetapi pada hakikatnya memiliki keterjalinan spirit. Karya-karya tersebut mengangkat potensi kekayaan negeri ke dalam benda seni dengan cita rasa kekinian dengan tetap berpijak pada nilai-nilai budaya tradisional.
”Keseluruhan karya yang disajikan dalam pameran ini setidaknya memberikan pemahaman bahwa esensi merayakan Hari Pahlawan adalah refleksi diri, sejauh mana bakti pada negeri ini melalui karya seni,” ujar Retno.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Tjitjik Srie Tjahjandarie mengapresiasi inisiasi BKS-PTSI untuk menghadirkan karya-karya luar biasa dari dosen dan mahasiswa perguruan tinggi seni Indonesia. Ia menegaskan, kegiatan ini merupakan sebuah unjuk kinerja dari para seniman perguruan tinggi seni kepada pemangku kepentingan dari seluruh wilayah Indonesia ketika mengunjungi Gedung D Kemendikbudristek.
”Pameran ini sekaligus memperkenalkan nama perguruan tinggi seni, bahwa mereka bukan hanya sebuah perguruan tinggi kecil karena memiliki karya yang tak terhingga besarnya,” kata Tjitjik.
Ia berharap, lewat Rakta Mahardika Rupa, akan tercipta kolaborasi dari Ditjen Diktiristek dengan perguruan tinggi seni Indonesia yang semakin kuat guna memajukan seni budaya Indonesia. ”Semoga pameran ini dapat menginspirasi, merangsang pemikiran, dan mengingatkan kita akan pentingnya merdeka, cipta, dan daulat bangsa,” ungkap Tjitjik.
Pemuda dan seni budaya
Secara terpisah, dalam acara puncak perayaan Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan di Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul), pada Jumat (10/11/2023), perhelatan seni budaya digelar sebagai salah satu rangkaian acara. Pergelaran seni yang diadakan di Prasmul menampilkan permainan gamelan, paduan suara mahasiswa, musik angklung, paduan suara para dosen dan staf, serta penampilan orkestra The Sound of Phoenix (mahasiswa). Selain itu, ada juga gelar wicara bertema patriotisme di era digital.
Hadir di acara, antara lain, Rektor Universitas Prasmul Djisman S Simandjuntak dan Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasmul Jusuf Wanandi. Lewat acara ini, Universitas Prasmul ingin menegaskan komitmen untuk menjadi bagian solusi bagi perjalanan bangsa Indonesia yang plural dan unggul berdasarkan Pancasila.
Dekan Sekolah Hukum dan Studi Internasional Universitas Prasmul Hassan Wirajuda mengatakan, dari kajian Pusat Studi Kebangsaan Universitas Prasmul yang berkolaborasi dengan Litbang Kompas sekitar dua tahun lalu, kepada sekitar 1.500 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, para mahasiswa melihat pentingnya latihan dan apresiasi seni budaya Indonesia. Semangat kebangsaan anak muda masa kini dapat muncul dari seni budaya.
”Dari temuan inilah yang mendorong gairah tinggi untuk membangun seni budaya Indonesia di universitas ini,” ujarnya. Ia menambahkan, ”Program seni budaya seperti angklung, seni suara dan lagu-lagu kebangsaan, serta gamelan sengaja diadakan untuk mahasiswa. Namun, bukan sekadar untuk menyalurkan hobi berkesenian para mahasiswa, melainkan juga menjadi bagian untuk meningkatkan semangat kebangsaan.”
Lewat Gita Prasetya Mulya, kegiatan seni, dari paduan suara, angklung, hingga gamelan, terus digiatkan di kalangan mahasiswa. Seni budaya Indonesia ini, ujar Hassan, diakui kelasnya secara internasional. Di Washington DC, Amerika Serikat, misalnya, pernah ditampilkan perpaduan angklung, gamelan, dan orkestra yang membawakan lagu ”Es Lilin”. Pertunjukan itu disaksikan Barack Obama dan istrinya.
”Seni budaya Indonesia bukan kelas biasa, tapi bisa duduk sejajar sama tinggi dengan seni budaya lain di dunia. Ratusan kelompok gamelan ada di dunia. Artinya, yang punya skill main gamelan bisa memudahkan pergaulan di luar negeri. Hal ini perlu dipahamai para generasi muda,” ujar Hassan.