Peringatan Hari Musik Nasional setiap 9 Maret tidak bisa dilepaskan dari pahlawan nasional Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”, sebagai inspirasi pemajuan kebudayaan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Peserta peringatan Hari Musik Nasional menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza di kompleks Makam Pahlawan Nasional WR Soepratman di Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022).
SURABAYA, KOMPAS — Hari Musik Nasional, Rabu (9/3/2022), diperingati, antara lain, dengan Ziarah Musik Indonesia Raya di makam WR Soepratman, Surabaya, Jawa Timur. Kegiatan itu diharapkan menginspirasi masyarakat dan mendorong generasi muda, terutama anak dan remaja, dalam pemajuan kebudayaan seperti WR Soepratman, pencipta lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”.
Selain berziarah di makam WR Soepratman, peringatan Hari Musik Nasional di Surabaya juga dilakukan di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, dengan agenda Gelar Gamelan Merah Putih pada Rabu malam. Peringatan tahun ini bertema ”Musik Nusantara Bahasa Persatuan Indonesia”.
Dalam ziarah makam WR Soepratman, dilantunkan sejumlah komposisi karya Soepratman, terutama ”Indonesia Raya”, ”Matahari Terbit”, dan ”Di Timur Matahari”, oleh musisi cilik Tegar Maulana Razzaq (12) pada kibor dan Geraldine Laura Vianne (9) pada biola. Alunan musik Tegar dan Geraldine turut menciptakan suasana khidmat ziarah yang diikuti oleh kalangan seniman budayawan dan masyarakat.
Heri Prasetyo alias Heri Lentho dari Komunitas Seni JatiSwara Indonesia menghadirkan Tegar dan Geraldine dengan harapan masyarakat terus mendorong kelahiran seniman budayawan di Surabaya untuk pemajuan kebudayaan nasional. Perjuangan Soepratman yang dikebumikan di ”Bumi Pahlawan”, julukan Surabaya, sepatutnya menjadi kebanggaan, kesadaran, dan kemauan warga ibu kota Jatim tersebut untuk pemajuan kebudayaan.
Heri Lentho melanjutkan, kalangan seniman budayawan dan kerabat keluarga besar WR Soepratman di Surabaya bertradisi ziarah ke makam untuk peringatan tanggal kelahiran sang pahlawan pada 9 Maret 1903 (Senin Wage). Pemerintahan era Megawati Soekarnoputri menetapkan 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional yang notabene mengambil tanggal kelahiran Soepratman.
Soepratman wafat pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) dan dikebumikan di Makam Kapas Krampung, Jalan Kenjeran (saat ini). Pusara sang pahlawan nasional dipindahkan ke lokasi saat ini di seberang Makam Kapas Krampung pada 1956. Megawati meresmikan pemugaran makam pada 18 Mei 2003.
”Karena pandemi Covid-19, ziarah tidak bisa dilangsungkan,” kata Heri Lentho. Pandemi menyerang sejak Maret 2020 sehingga kegiatan ziarah untuk peringatan hari lahir Soepratman tidak bisa dilaksanakan, termasuk pada Maret 2021. Pada Maret 2022, situasi Covid-19 melandai sehingga ziarah bisa kembali diadakan meski dengan penerapan protokol kesehatan.
Heri Lentho mengatakan, Soepratman adalah contoh musisi dengan visi besar untuk kemajuan bangsa. Karya-karyanya menggugah kesadaran bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sayangnya, dalam kondisi sakit, Soepratman wafat tepat tujuh tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Seusai ziarah, Tegar dan Geraldine mengungkapkan rasa bangga yang besar karena mendapat kepercayaan untuk melantunkan karya Soepratman. ”WR Soepratman menjadi inspirasi untuk terus berkarya dalam musik,” kata Tegar, siswa kelas V Sekolah Luar Biasa Optimal.
Soerachman Kasansengari dari Keluarga Besar WR Soepratman berharap peziarahan di makam juga dilakukan oleh masyarakat luas. Di makam dicantumkan riwayat singkat Soepratman, termasuk karya-karya besar sang pahlawan bagi kehidupan bangsa.
Lagu-lagu karya Soepratman ialah ”Indonesia Raya”, ”Indonesia Iboekoe”, ”Bendera Kita Merah Poetih”, ”Bangoenlah Hai Kawan”, ”Raden Adjeng Kartini” (Ibu Kita Kartini), ”Mars KBI” (Kepanduan Bangsa Indonesia), ”Di Timoer Matahari”, ”Mars Parindra”, ”Mars Soerya Wirawan”, ”Matahari Terbit”, dan ”Selamat Tinggal” yang belum selesai. Soepratman juga penulis hebat dengan melahirkan buku Perawan Desa, Darah Moeda, dan Kaoem Panatik yang sempat disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda.
Hari Musik Nasional mengambil dari tanggal kelahiran WR Soepratman yang dimakamkan di sini sehingga sudah sepatutnya warga melestarikan semangat kecintaan bangsa dan pemajuan kebudayaan, seperti dilakukan sang pahlawan.
Ketua Forum Pamong Kebudayaan Jatim Ki Bagong Sabdo Sinukarto mengatakan, Surabaya dikenal dengan julukan sebagai ”Bumi Pahlawan”. Di kota inilah tersebar tinggalan sejumlah pahlawan nasional, misalnya rumah kelahiran Soekarno di Peneleh, kediaman HOS Tjokroaminoto, makam Dr Soetomo (Boedi Oetomo), makam WR Soepratman, dan tentunya yang terkait Pertempuran Surabaya (10 November 1945) sehingga setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
”Hari Musik Nasional mengambil dari tanggal kelahiran WR Soepratman yang dimakamkan di sini (Surabaya) sehingga sudah sepatutnya warga melestarikan semangat kecintaan bangsa dan pemajuan kebudayaan seperti dilakukan sang pahlawan,” kata Bagong.