Pastikan Tumbuh Kembang Bayi Lahir Prematur Tetap Optimal
Bayi lahir prematur menjadi salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Di Indonesia, sekitar 84 persen kematian pada bayi baru lahir karena kelahiran prematur.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan ilmu kedokteran semakin meningkatkan peluang hidup pada bayi yang lahir prematur. Meski demikian, upaya perawatan yang intensif sangat dibutuhkan untuk memastikan bayi yang lahir prematur bisa tetap tumbuh dan berkembang secara optimal.
Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rinawati Rohsiswatmo menuturkan, bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang intensif sejak pertama kali dilahirkan. Perawatan dan tatalaksana yang diberikan harus cepat dan tepat. Selain itu, monitoring juga harus dilakukan secara berkelanjutan agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terpantau dengan baik.
”Target yang harus ditentukan pada bayi lahir prematur itu jangan sekadar hidup, tetapi juga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal mirip seperti itu (bayi lahir cukup minggu),” katanya dalam acara seminar hibrida terkait intervensi pada bayi lahir prematur yang diadakan RSUP Fatmawati di Jakarta, Sabtu (11/11/2023).
Bayi disebut lahir prematur apabila bayi tersebut lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Setidaknya 1 dari 10 bayi di seluruh dunia lahir secara prematur. Bayi lahir prematur menjadi salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Di Indonesia, sekitar 84 persen kematian pada bayi baru lahir karena kelahiran prematur.
Rinawati menyampaikan, bayi lahir prematur yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat bisa berdampak pada pertumbuhan serta perkembangan, baik terkait fisik maupun otak. Tatalaksana emergensi pada bayi prematur harus dilakukan dengan cepat sejak bayi tersebut dilahirkan.
Ia mengungkapkan, pada menit pertama kelahiran anak harus segera mendapatkan penanganan untuk memastikan sistem pernapasan dan sirkulasi darahnya dapat stabil. Tatalaksana perawatan metode kanguru (PMK) perlu diberikan sesegera mungkin saat kondisi bayi sudah stabil. Metode perawatan ini diberikan dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu.
Target yang harus ditentukan pada bayi lahir prematur itu jangan sekadar hidup, tetapi juga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Setelah itu, pemberian nutrisi yang agresif juga perlu diperhatikan. Asupan protein serta kalori yang dibutuhkan anak harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Pemberian nutrisi ini penting untuk bayi prematur, terutama bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 32 minggu.
”Selambat-lambatnya paling lama empat jam setelah lahir harus diberikan minum. Itu diperlukan agar enzim yang ada di usus tetap aktif. (Asupan) yang terbaik itu ASI. Jika ibu belum siap mengeluarkan ASI, bisa menggunakan ASI donor yang dikelola rumah sakit,” tutur Rinawati.
Ia menuturkan, asupan nutrisi pada bayi lahir prematur sangat penting untuk keluar dari ketertinggalan tumbuh kembang bayi. Itu sebabnya, komponen dari nutrisi yang diberikan pada bayi, seperti protein, karbohidrat, fosfat, dan asam amino, harus mencukupi sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pemantauan
Pemantauan pun perlu dilakukan intensif pada berat dan panjang bayi. Pemantauan harus dilakukan sejak kelahiran sampai setidaknya anak berusia dua tahun. Apabila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan grafik usianya, segera lakukan pemeriksaan untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi. Deteksi dini serta penanganan dini amat penting agar bayi tetap bertumbuh dan berkembang secara optimal.
”Sejak dikandung sampai usia dua tahun, perkembangan volume otak manusia sampai 83 persen. Jadi jika ada missed di antara usia itu, perkembangan otak tidak optimal. Pertumbuhan pun juga tidak optimal. Jika begini, bagaimana bisa anak tersebut menjadi generasi emas?” kata Rinawati.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Lovely Daisy menyampaikan, bayi lahir prematur serta lahir dengan berat badan rendah tidak hanya menjadi penyebab kematian melainkan juga berisiko pada kondisi tengkes (stunting). Karena itu, upaya pencegahan, deteksi dini, serta tatalaksana yang baik pada bayi lahir prematur perlu diperkuat.
Pemerintah telah berupaya untuk menyiapkan fasilitas serta tenaga kesehatan untuk melakukan tatalaksana faktor risiko pada kehamilan melalui pemeriksaan kehamilan (ANC) di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Melalui pemeriksaan tersebut diharapkan faktor risiko dalam kehamilan bisa terdeteksi sejak dini.
”Kementerian Kesehatan mulai tahun ini sudah memulai menerapkan pemanfaatan buku KIA khusus untuk bayi kecil. Di buku KIA ini kita menambahkan perawatan-perawatan yang diperlukan oleh bayi kecil dan informasi edukasi bagi ibu dan keluarga di rumah untuk bisa merawat bayi-bayi yang kecil,” tutur Lovely.