Kasus penularan ”Mpox” meluas dilaporkan di DKI Jakarta, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Bandung. Kesadaran masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian penyakit itu diperlukan agar penularan tidak meluas.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus baru terkonfirmasi monkeypox alias mpox atau yang dikenal dengan cacar monyet meluas ke sejumlah daerah di luar DKI Jakarta. Setidaknya sudah ada 24 kasus terkonfirmasi mpox di Indonesia yang tersebar di DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bandung.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, Senin (30/10/2023), menuturkan, bertambahnya kasus mpox di masyarakat semakin memperkuat kewaspadaan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut. Upaya surveilans dan edukasi juga semakin ditingkatkan di masyarakat.
”Surat edaran sudah disampaikan ke seluruh provinsi untuk meningkatkan kewaspadaan petugas, edukasi ke masyarakat tentang gejala dan tanda, serta vaksinasi. Khusus untuk vaksinasi, sementara masih dilakukan di Jakarta,” ujarnya.
Masih ada pula yang beranggapan bahwa mpox bukan penyakit serius.
Saat ini, ketersediaan vaksin mpox di Indonesia sekitar 1.000 dosis. Vaksin tersebut direncanakan diberikan kepada 477 orang dengan masing-masing mendapatkan dua dosis. Ketersediaan vaksin akan ditambah dari bantuan ASEAN sebanyak 2.000 dosis. Vaksin tersebut akan diberikan pada kelompok berisiko serta kontak erat. Adapun kelompok berisiko yang saat ini paling banyak ditemukan tertular mpox yakni pada kelompok laki-laki yang berhubungan seksual dengan sejenis.
Kesadaran
Secara terpisah, Ketua Satuan Tugas Mpox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari mengatakan, kesadaran masyarakat yang kurang akan penularan penyakit mpox menjadi salah satu penyebab terabaikannya penanganan mpox. Banyak masyarakat yang belum tahu gejala mpox serta cara melindungi diri dari penularannya.
”Kurangnya informasi ini menyebabkan keterlambatan dalam mencari pertolongan medis yang dapat berakibat lebih parah. Masih ada pula yang beranggapan bahwa mpox bukan penyakit serius,” katanya.
Menurut Hanny, kesadaran masyarakat mengenai gejala mpox harus ditingkatkan. Kesadaran itu termasuk mengenai cara melindungi diri dari infeksi dan mengurangi penyebaran penyakit menular tersebut.
Ia menuturkan, sebagian besar kasus mpox yang dilaporkan memiliki gejala yang ringan. Itu seperti adanya lesi atau luka, demam, sakit tenggorokan, muncul ruam, letih, sulit menelan, dan limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening. Meski begitu, gejala yang ringan tersebut justru membuat masyarakat mengabaikan penyakit mpox.
Padahal, sekalipun kasus mpox cenderung memiliki gejala yang ringan, penyakit tersebut bisa menular dan berakibat fatal, terutama pada seseorang dengan imunitas rendah. ”Banyak masyarakat yang belum terinformasi dengan baik mengenai apa itu mpox. Diperlukan penyebaran edukasi secara luas kepada masyarakat, terutama mengenai cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini,” ujar Hanny.
Ia menambahkan, upaya pencegahan juga perlu diperkuat pada populasi risiko tinggi. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan lebih dari 90 persen penularan terjadi melalui kontak seksual. Itu sebabnya, pada populasi risiko tinggi, misalnya pada populasi yang memiliki multipartner terutama yang memiliki kondisi imunokompromais atau gangguan imunitas, sebaiknya menghindari perilaku seksual yang berisiko.
Hubungan seksual sebaiknya dilakukan dengan aman dengan menggunakan kondom. Vaksinasi diperlukan pula untuk melindungi diri dari risiko penularan. Apabila muncul gejala seperti lesi di kulit yang tidak khas dan didahului demam, segera periksa ke fasilitas kesehatan.
Ketua Umum PB IDI Moh Adib Khumaidi menyampaikan, sinergi dengan pemerintah terus dilakukan dalam upaya penanganan mpox. Upaya berkelanjutan dan kerja sama diperlukan oleh seluruh pemangku kepentingan agar masalah mpox bisa teratasi secara efektif.
”Peningkatan akses terhadap pengobatan yang efektif, peningkatan pendanaan untuk penelitian dan upaya pengendalian, serta pembentukan respons terkoordinasi amat diperlukan,” katanya.
Secara global, menurut laporan situasi eksternal wabah mpox di berbagai negara yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru menunjukkan, dari 1 Januari 2022 hingga 30 September 2023, total terdapat 91.123 kasus mpox, termasuk 157 kematian yang dilaporkan dari 115 negara. Sebanyak 868 kasus baru dilaporkan pada bulan September, turun 16 persen dari jumlah kasus baru yang dilaporkan pada bulan sebelumnya. Kasus terbanyak selama sebulan terakhir dilaporkan dari kawasan Pasifik Barat (45 persen dan kawasan Eropa (26,4 persen).