Sejumlah Wilayah Memasuki Peralihan Musim Kemarau ke Hujan
BMKG menyebut saat ini sejumlah daerah di Indonesia telah memasuki peralihan dari musim kemarau ke hujan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek sempat diguyur hujan beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menyebut bahwa saat ini sejumlah daerah di Indonesia telah memasuki peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Deputi Bidang Meterologi BMKG Guswanto menyampaikan, saat ini pada periode akhir Oktober menuju awal November merupakan periode peralihan musim dari kemarau ke hujan atau dikenal dengan istilah pancaroba. Fenomena cuaca yang ada di periode pancaroba ini cukup unik dan khas dengan potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat dan sporadis termasuk disertai kilat petir serta angin kencang.
”Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya fenomena cuaca ekstrem, seperti puting beliung dan hujan es. Fenomena ini juga dapat menimbulkan dampak yang merusak pada area sekitarnya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Berdasarkan prakiraan BMKG, umumnya periode awal musim hujan cukup bervariasi di sebagian besar wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara termasuk Jabodetabek. Awal musim hujan di sebagian wilayah terjadi di periode November dan sebagian wilayah lainnya baru masuk di awal Desember.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Jabodetabek dengan periode awal musim hujan yang cukup bervariasi. Umumnya, awal musim hujan untuk wilayah DKI Jakarta bagian utara diprediksi masuk di awal tahun atau periode dasarian I Januari 2024.
Sementara untuk wilayah DKI Jakarta bagian tengah hingga selatan, termasuk wilayah selatan seperti Depok, Bogor, dan sekitarnya, awal musim hujan diprediksi baru masuk pada periode November pertengahan atau dasarian II November 2023.
Wilayah di luar Jawa juga diperkirakan mengalami hujan lebat disertai angin kencang selama satu minggu ke depan sejak 27 Oktober-2 November. Wilayah tersebut meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Bengkulu, Riau, Jambi, Maluku, dan Papua.
Masyarakat juga diimbau menghindari mobilitas di tengah hujan lebat dan tidak berteduh di bawah pohon, baliho, dan bangunan yang rapuh.
Menurut Guswanto, kejadian fenomena cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir juga sudah terjadi di beberapa tempat di Jawa dan wilayah lainnya, seperti hujan es yang disertai angin kencang di sekitar Klaten, Jawa Tengah. Hal ini merupakan fenomena cuaca alami yang biasa terjadi di masa pancaroba dan termasuk dalam kategori fenomena cuaca ekstrem.
”Hujan es dipicu adanya pola konvektivitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis kumulonimbus. Awan ini kerap menyebabkan hujan lebat hingga hujan es, bahkan puting beliung,” tuturnya.
Umumnya, kata Guswanto, awan jenis kumulonimbus memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut. Kejadian hujan es bersifat sangat lokal dan biasanya berlangsung kurang dari 15 menit dengan luasan wilayah yang relatif lokal.
Selama periode pancaroba ini, Guswanto mengingatkan semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat juga diimbau selalu waspada terhadap kemungkinan potensi cuaca, salah satunya dengan cara mengakses informasi tentang prakiraan cuaca dan peringatan dini sekaligus melakukan antisipasi.
”Dengan kondisi ini, warga diimbau untuk mewaspadai bencana yang berpotensi terjadi pada masa pancaroba, seperti hujan es ataupun angin puting beliung. Persiapan yang dilakukan guna mengantisipasi bencana saat pancaroba ini, antara lain, dengan memeriksa kondisi pohon dan memangkas apabila sudah terlalu rindang atau rapuh,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam acara disaster breafing menyebut, meski mayoritas kejadian bencana masih didominasi kebakaran hutan dan lahan, kejadian cuaca ekstrem dan banjir sudah mulai meningkat dalam sepekan terakhir.
”Di beberapa tempat, seperti Jawa Barat, juga terdapat angin puting beliung yang berdampak terhadap kerusakan rumah sebanyak 72 unit. Ini menunjukkan mulai ada transisi dari (musim) kemarau ke hujan meskipun masih perlu melihat perkiraan ke depan,” katanya.
BNPB pun mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang disebabkan cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung ataupun angin kencang. Masyarakat juga diimbau menghindari mobilitas di tengah hujan lebat dan tidak berteduh di bawah pohon, baliho, dan bangunan yang rapuh.