Gotong Royong Percepat Penurunan Tengkes
Pemerintah terus mengejar penurunan prevalensi tengkes ke angka 14 persen pada tahun 2024. Gotong royong pemangku kepentingan pun digalang untuk menurunkan tengkes di Tanah Air.
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan, pemerintah telah memprogramkan percepatan penurunan tengkes selama lima tahun terakhir, yakni sejak 2018. Berbagai upaya ditempuh, mulai dari penajaman, perbaikan cakupan dan kualitas intervensi spesifik dan sensitif, hingga perbaikan sistem pendataan dan pelaporan.
Pemerintah juga memastikan keterlibatan aktif berbagai lembaga nonpemerintah, seperti dunia usaha, perguruan tinggi, dan organisasi profesi. Selain itu juga melibatkan lembaga filantropi, mitra pembangunan, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.
”Saya memberikan apresiasi kepada Kadin dan kelompok Kompas Gramedia atas komitmennya untuk terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting melalui gerakan Beres. Untuk itu, saya ingin memberikan beberapa arahan,” ujar Wapres Amin saat memberikan sambutan kunci pada acara pencanangan gerakan Bersama Entaskan Stunting (Beres) kerja sama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan Kompas Gramedia di Studio Kompas TV, Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Saya memberikan apresiasi kepada Kadin dan kelompok Kompas Gramedia atas komitmennya untuk terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting melalui gerakan Beres.
Baca juga : Wapres Amin: Penanganan Tengkes Merupakan Tugas Kemanusiaan
Pertama, program yang dilaksanakan mesti melengkapi hal yang sedang dijalankan pemerintah. Koordinasi secara intensif dengan kementerian, lembaga teknis, dan pemerintah daerah diperlukan untuk menghindari tumpang tindih antarprogram.
”Kedua, program harus dilaksanakan di lokasi prioritas yang tinggi prevalensi stunting atau jumlah anak stunting agar dapat membantu menurunkan prevalensi secara signifikan dan tepat sasaran,” ujar Wapres Amin.
Ketiga, program berbentuk aksi nyata yang menyasar kelompok prioritas sehingga manfaatnya dirasakan langsung oleh kelompok tersebut.
”Keempat, tempatkan penerima manfaat dan pelaku di tingkat masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan program. Libatkan mereka dalam setiap tahapan pelaksanaan sehingga muncul rasa memiliki dan kebanggaan dari masyarakat,” katanya.
Baca juga : Komitmen dan Kolaborasi, Kunci Atasi Tengkes
Kelima, Wapres Amin menambahkan, strategi keberlanjutan mesti disusun sejak awal pelaksanaan program sehingga masyarakat bersama pemda dapat melanjutkan inisiatif yang baik tersebut.
Terkait program percepatan penurunan tengkes selama ini, Wapres Amin menyampaikan bahwa sudah terlihat ada kemajuan pelaksanaan program. Namun, sejumlah hal mesti terus diperbaiki, termasuk perluasan cakupan dan peningkatan kualitas intervensi prioritas, terutama untuk jenis intervensi yang cakupannya masih rendah.
”Pada intervensi spesifik, diperlukan peningkatan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri dan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan minimal enam kali selama kehamilan, pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi tepat, serta imunisasi dasar lengkap,” kata Wapres Amin.
Baca juga : Menyoal Ketepatan Sasaran dalam Menurunkan Tengkes
Selain itu, diperlukan peningkatan kapasitas kader dan petugas puskesmas untuk pemantauan pertumbuhan dan edukasi. Sementara pada intervensi sensitif, akses sanitasi, ketahanan pangan, dan perbaikan praktik pengasuhan menjadi isu-isu utama yang mesti didorong.
”Terkait dengan pengasuhan, edukasi mesti diberikan juga kepada keluarga besar, karena dalam budaya kita, pengasuhan tidak hanya dilakukan oleh orangtua, tetapi juga oleh nenek dan kakek, bahkan anggota keluarga besar lainnya,” ujar Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, koordinasi para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah juga harus terus diperbaiki. ”Agar konvergensi antarprogram dan antarpelaku benar-benar bisa kita wujudkan,” katanya.
Wapres Amin pun mengatakan, mulai tampak penurunan prevalensi tengkes melalui program selama ini. ”Kita bersyukur hasilnya sudah mulai terlihat. Prevalensi stunting bisa diturunkan sebesar 9,2 persen poin dalam kurun waktu empat tahun. Penurunan tersebut setara dengan 2,6 juta anak yang dientaskan dari stunting,” katanya.
Baca juga : Kejar Target 2024, Diusulkan Tambahan Lima Provinsi Prioritas Penanggulangan Tengkes
Wapres menambahkan, tinggal tersisa waktu satu tahun ke depan untuk mencapai target prevalensi tengkes 14 persen pada 2024. Pemerintah saat ini sedang menunggu hasil Survei Kesehatan Indonesia oleh Kementerian Kesehatan untuk mengetahui angka prevalensi tahun 2023. Dengan mempertimbangkan berbagai upaya yang dilakukan, pemerintah meyakini prevalensi tengkes akan terus turun secara signifikan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, gerakan bersama dari segenap komponen bangsa dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Hal ini mencakup pula upaya mencegah tengkes dalam kerangka menyongsong bonus demografi yang diperkirakan mulai pada tahun 2030.
”Masalah kesehatan sebesar stunting ini di seluruh Indonesia enggak mungkin bisa diselesaikan dengan pendekatan program pemerintah. Ini harus membangun gerakan yang dimiliki oleh seluruh komponen bangsa,” ujar Budi.
Prioritas pemerintah
Sebelumnya, Pelaksana Harian Ketua Umum Kadin Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, organisasi Kadin berkomitmen mendukung kerja prioritas pemerintah. Salah satunya adalah mencegah dan menangani tengkes demi meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Yukki menjelaskan, gerakan ini dicanangkan pada bulan Oktober dengan alasan mendasar untuk mengingatkan bangsa Indonesia pada semangat Hari Sumpah Pemuda sebagai tonggak penting sejarah Indonesia.
”Marwah, semangat, motivasi inilah yang kami coba bangkitkan kembali pada seluruh generasi muda bangsa. Kami mengajak para pemuda yang saya cintai dan banggakan untuk berjuang memerangi kebodohan dan kemiskinan,” katanya.
Menurut Yukki, ajakan ini mendapat respons positif oleh para generasi muda. Hal ini terwujud melalui inisiatif gotong royong untuk mengatasi tengkes dan kemiskinan ekstrem dengan model pentaheliks.
”Kadin Indonesia dan grup Kompas Gramedia bersama para sahabat muda yang merupakan bagian dari Kadin Indonesia memiliki inisiatif untuk bergotong royong mengajak dunia usaha, baik itu keuangan maupun nonkeuangan, akademisi, media, dan masyarakat mendukung program prioritas pemerintah, yaitu pencegahan dan pengentasan stunting,” kata Yukki.
Baca juga : Pencegahan Tengkes Tidak Selalu Mahal
Kepengurusan Kadin Indonesia masa bakti 2021-2026 di bawah kepemimpinan Arsjad Rasjid menetapkan prioritas yang dikenal dengan Empat Pilar Utama Kadin. ”Dan, salah satu pilarnya adalah prioritas di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat selaras dengan prioritas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin,” ujar Yukki.
Ia mengatakan, Kadin Indonesia sangat menyadari arti penting kesehatan ibu dan anak serta tumbuh kembang anak sehingga mendukung upaya pemerintah dalam upaya mencegah dan mengentasi tengkes tersebut.
Selain itu, Kadin Indonesia juga mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui penciptaan pengusaha-pengusaha muda untuk dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya yang akan berdampak pada meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
”(Hal ini) Perlu didukung dan menjadi prioritas Kadin Indonesia dalam membantu Pemerintah Indonesia menapaki perjalanan menuju Indonesia Emas tahun 2045,” ujar Yukki.
Hadir pada acara yang dimoderatori Glory Oyong ini, antara lain, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Yudian Wahyudi, CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, CEO KG Media Andy Budiman Kumala, pimpinan Tribun Network, segenap jajaran pengurus Kadin Indonesia, serta perwakilan dari kementerian, lembaga, dan sektor swasta.
Adapun Wapres Amin didampingi Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, serta Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi Mohamad Nasir.