33 Juta Anak Indonesia Berisiko Terpapar Timbal dari Cat di Fasilitas Publik
Tingginya penggunaan cat dengan kadar timbal melebihi ambang menjadikan jutaan anak-anak Indonesia terpapar logam berat.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sedikitnya 33 juta anak usia emas di Indonesia berisiko terpapar timbal dari cat warna cerah yang banyak digunakan di fasilitas pendidikan, tempat penitipan anak, taman bermain, dan taman-taman kota. Padahal, paparan timbal pada masa kanak-kanak dapat memicu dampak buruk yang besar dan permanen terhadap kesehatan, terutama pada perkembangan otak.
Tingginya risiko anak-anak terpapar timbal ini dilaporkan Nexus3-IPEN, Selasa (24/10/2023). Laporan disampaikan terkait International Lead Poisoning Prevention Week (Pekan Pencegahan Keracunan Timbal Internasional) ke-11 yang diadakan pada 22-28 Oktober 2023.
Laporan Nexus3-IPEN pada Oktober 2021 menunjukkan, 73 persen cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbal di atas batas aman 90 ppm (bagian per juta). Hanya 27 persen sampel yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm.
Sampel cat yang diteliti adalah cat dekoratif dan cat semprot warna-warna cerah yang digunakan terutama di fasilitas anak-anak, taman bermain, sekolah, mainan, dan lain-lain. Konsentrasi timbal tertinggi ditemukan dalam cat dekoratif 140.000 ppm dan 250.000 ppm dalam cat marka jalan warna kuning.
Mendorong dan mewajibkan produksi cat bebas timbal adalah cara termudah untuk mencegah keracunan timbal pada anak-anak.
Sonia Buftheim dari Nexus3 mengatakan, cat bertimbal merupakan salah satu sumber utama paparan timbal pada anak-anak. Istilah cat bertimbal digunakan untuk menggambarkan cat dekoratif yang menggunakan satu atau lebih senyawa timbal dalam proses produksinya. Batas aman konsentrasi cat timbal yang dapat dicapai dan disarankan badan-badan dunia adalah 90 bagian per juta (ppm, berat kering cat).
Penelitian lembaga sipil yang aktif mengampanyekan bahan kimia beracun dan berbahaya ini juga menemukan puluhan taman bermain di Jakarta memiliki konsentrasi timbal yang tinggi pada berbagai alat bermain dengan cat warna-warna primer, seperti merah, kuning, hijau, dan putih. Konsentrasi timbal yang terdeteksi di taman-taman kota Jakarta berkisar 4.000 ppm sampai 100.000 ppm. Beberapa cat pada alat bermain juga mengalami peluruhan, yang berpotensi menjadi debu timbal, dan meningkatkan risiko kesehatan pada anak.
Dengan kondisi ini, Nexus3 menghitung, sedikitnya 33 juta anak usia emas yang berisiko terpapar timbal dari cat warna cerah yang banyak digunakan di fasilitas pendidikan, PAUD, tempat penitipan anak, taman bermain, dan taman-taman kota.
Menurut Yuyun Ismawati, Senior Advisor Nexus3, cat tanpa timbal sudah banyak diproduksi di Indonesia dan pemasoknya beragam. Beberapa perusahaan produsen cat di Indonesia yang berpartisipasi dalam pilot reformulasi cat yang didukung UNEP (United Nation Environment Programme) tahun 2019-2022 sudah berhasil menguji coba produk tanpa timbal. Namun, tanpa peraturan pemerintah yang melarang penggunaan timbal dalam produksi cat, pekerja pabrik cat, pasar, dan konsumen Indonesia akan tetap berisiko teracuni timbal lewat debu peluruhan cat.
”Pada tahun 2022, lebih dari 15.000 orang ikut menandatangani petisi kepada Presiden Jokowi yang saya inisiasi, meminta agar Presiden melarang produksi cat bertimbal dan menghentikan penjualannya di Indonesia, untuk melindungi kesehatan pekerja, anak-anak, dan konsumen secara umum,” kata Yuyun.
Menurut dia, jika pemerintah mengharapkan ”bonus demografi” yang sehat, cerdas dan unggul, mendorong dan mewajibkan produksi cat bebas timbal adalah cara termudah untuk mencegah keracunan timbal pada anak-anak.
Dampak buruk timbal
WHO juga menyebutkan, anak-anak, terutama anak balita, sangat rentan terhadap efek racun timbal dan dapat menderita dampak buruk yang besar dan permanen terhadap kesehatan, terutama pada perkembangan otak dan sistem saraf. Timbal juga menyebabkan bahaya jangka panjang pada orang dewasa, termasuk peningkatan risiko tekanan darah tinggi, masalah kardiovaskular, dan kerusakan ginjal.
Paparan timbal dalam kadar tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan keterbelakangan mental pada anak.
Menurut Yuyun, studi yang dilakukan di pabrik cat yang masih menggunakan timbal menunjukkan, pajanan debu timbal yang diserap lewat kulit memiliki risiko kanker lebih tinggi dibandingkan pajanan lewat inhalasi. Pada anak-anak usia 0-6 tahun, perilaku tangan ke mulut merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami pajanan debu timbal saat bermain, di dalam, dan di luar ruangan.
Terkait hal ini, Nexus3 dan IPEN merekomendasikan Presiden Republik Indonesia harus mengeluarkan peraturan pelarangan impor pigmen dan pengering bertimbal, impor cat bertimbal, produksi, distribusi, penjualan dan penggunaan cat dekoratif, cat semprot, dan marka jalan untuk berbagai penggunaan di Indonesia.
Selain itu, konsumen cat diharapkan meminta cat tanpa timbal dari produsen dan pengecer cat, terutama untuk penggunaan di dalam rumah, kamar anak, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan anak, tempat bermain dan taman kota. Kelompok kesehatan masyarakat, organisasi konsumen dan lembaga terkait lainnya harus mendukung penghapusan cat bertimbal sesegera mungkin dan melakukan kegiatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan melindungi anak-anak dari paparan timbal melalui cat timbal, timbal dalam debu dan tanah, dan sumber timbal lainnya.