Kongres Kebudayaan Indonesia diharapkan tidak sekadar diskusi, tetapi mampu melahirkan aksi nyata dalam pembangunan kebudayaan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak 50 ruang dialog akan mengisi Kongres Kebudayaan Indonesia atau KKI pada 23-27 Oktober 2023. Kegiatan yang diikuti ribuan pelaku seni budaya dari berbagai daerah itu menjadi momentum untuk merembukkan arah pembangunan kebudayaan dalam lima tahun ke depan.
Ruang dialog tersebut terdiri dari beragam topik, di antaranya penguatan ruang budaya inklusif, regenerasi kebudayaan, penataan kelembagaan kebudayaan, strategi pendanaan berkelanjutan, serta kebudayaan dan kedaulatan pangan. KKI tahun ini digelar secara paralel di Kompleks Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jakarta.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kongres itu akan memperbincangkan kebudayaan sebagai produk yang lahir dari masyarakat sekaligus landasan pembangunan peradaban bangsa. “KKI merupakan momentum yang sangat penting sebagai ruang berkumpulnya pemangku kepentingan bidang kebudayaan untuk merembukkan arah pembangunan kebudayaan Indonesia dalam lima tahun ke depan,” ujarnya saat membuka KKI 2023, Senin (23/10/2023).
Pembukaan KKI 2023 dihadiri sekitar 1.900 pelaku seni budaya dari seluruh Indonesia. Sebagian dari peserta mengenakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing.
Kegiatan lima tahunan itu dirancang untuk menjadi forum strategis dalam mendorong koordinasi efektif, mengumpulkan aspirasi, dan menjaring rekomendasi konkret untuk penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemajuan Kebudayaan 2025-2029. Kongres ini juga fokus pada penggalangan dukungan publik untuk penguatan infrastruktur publik bidang budaya.
Nadiem menyebutkan, selama empat tahun terakhir, berbagai pihak telah bergotong royong mengupayakan pengarusutamaan kebudayaan dalam lanskap pembangunan nasional. Dana Indonesiana yang menjadi Dana Abadi Kebudayaan telah memberikan kesempatan lebih luas bagi pelaku budaya di Indonesia untuk merawat, mengelola, dan mengembangkan berbagai bentuk kekayaan kebudayaan.
“KKI 2023 adalah tonggak sejarah baru dalam perjalanan bangsa Indonesia ke depannya. Saya berharap 50 ruang dialog yang tersedia sepanjang agenda ini mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh pihak terlibat,” jelasnya.
Nadiem menambahkan, arah pembangunan kebudayaan Indonesia yang lebih efektif dan kolaboratif telah meningkatkan Indeks Pemajuan Kebudayaan dari 51,90 pada 2021 menjadi 55,13 pada 2022. Selain itu, kerja-kerja kebudayaan berdampak positif terhadap berbagai sektor kehidupan, seperti meningkatnya dimensi ekonomi, kerukunan umat beragama, dan demokrasi yang lebih baik.
Dana Indonesiana yang menjadi Dana Abadi Kebudayaan telah memberikan kesempatan lebih luas bagi pelaku budaya di Indonesia untuk merawat, mengelola, dan mengembangkan berbagai bentuk kekayaan kebudayaan.
“Kita ingin memastikan agar dialog dan diskusi yang terjadi selama KKI 2023 ini menjadi aksi dan kerja nyata, bukan hanya diskusi. Kebudayaan di Indonesia sejatinya adalah milik masyarakat dan diperuntukkan untuk peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menuturkan, pemajuan kebudayaan bukanlah hal remeh-temeh, tetapi menjadi amanat konstitusi. Pasal 32 Undang-undang Dasar 1945 berbunyi “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.
Selain itu, Indonesia telah memiliki UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “UU ini semangatnya adalah investasi, bukan membebani. Jadi, kalau ada daerah masih mengalokasikan anggaran kecil untuk kebudayaan, itu tandanya dia tidak suka berinvestasi untuk masa depan negara ini,” katanya.
Rencana aksi konkret
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, KKI 2023 diharapkan mampu menyerap pandangan, aspirasi, dan rekomendasi dari pelaku seni budaya berdasarkan pengalaman di lapangan. Hal ini dibutuhkan dalam menyusun rencana induk pemajuan kebudayaan.
“Penyusunan rencana induk itu hampir final. Cuma dokumen teknokratik ini perlu dilengkapi dengan rencana aksi lebih konkret untuk jangka waktu lima tahun,” ujarnya.
Hilmar menuturkan, peserta kongres juga akan membicarakan sejumlah persoalan, seperti tantangan kecerdasan buatan, krisis pangan, dan krisis iklim yang belum mengemuka pada KKI 2018.
Dengan begitu, rencana aksi turut menyusun langkah antisipasi terhadap persoalan tersebut. Menghadapi krisis pangan, misalnya, bagaimana sumber daya di bidang kebudayaan digunakan secara optimal dalam memanfaatkan pangan lokal.
“Ada banyak kearifan tradisional yang dalam sejarahnya mampu mengatasi masalah krisis pangan. Kita hanya perlu menggali kembali di dalam kebudayaan kita. Namun, praktik yang dulunya ampuh menjawab berbagai persoalan mungkin perlu dikombinasikan dengan sains dan teknologi,” jelasnya.
Adaptasi
Zul Padli, Ketua Yayasan Pemaos Sabda Jati (Pesaja) yang bergerak dalam melestarikan seni budaya Suku Sasak di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menyampaikan, salah satu tantangan seni budaya adalah kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Oleh karenanya, ia berharap KKI 2023 juga turut merumuskan langkah-langkah pendampingan terhadap komunitas seni budaya di daerah.
“Adaptasi sangat penting demi keberlanjutan seni budaya. Selain itu, bagaimana mengajak anak muda sebagai generasi penerus untuk peduli dan terlibat aktif melestarikannya,” katanya.
Zul menambahkan, dukungan pemerintah terhadap komunitas pelaku seni budaya sangat penting. Ia mencontohkan, pada 2022, pihaknya mendapatkan Dana Indonesiana sebesar Rp 500 juta yang digunakan untuk pembiayaan operasional dan berbagai program, seperti pementasan wayang, melestarikan tradisi lisan, dan pelatihan bekayat atau pembacaan hikayat dengan cara menembangkan.
Seniman Komunitas Tifa Kreatif dari Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Yanpit Maniani, mengatakan, KKI menjadi ajang bagi pelaku seni budaya untuk menyampaikan gagasan dalam pembangunan kebudayaan di Tanah Air. Namun, menurut dia, KKI perlu didahului dengan dialog-dialog di tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga komunitas.
“Jadi, gagasan yang dibawa ke KKI sudah matang dan merupakan perembukan dari banyak masukan. Semoga ruang dialog dalam beberapa hari ini bisa dimanfaatkan untuk kemajuan kebudayaan kita,” ucapnya.