Praktisi Mengajar Dukung Perguruan Tinggi Relevan dengan Industri
Perguruan tinggi dituntut lincah untuk meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja. Salah satunya dengan program Praktisi Mengajar.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan dunia usaha dan industri akan sumber daya manusia berkualitas kini semakin kompleks. Perguruan tinggi dituntut dapat terus beradaptasi untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri dalam memenuhi sumber daya manusianya.
Guna menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang selaras dan relevan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja, program Praktisi Mengajar yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuka ruang kolaborasi para praktisi dunia usaha untuk mengajar di kampus. Tahun 2023 ini, program Praktisi Mengajar dijalankan di 227 perguruan tinggi.
Kepala Program Praktisi Mengajar Gamaliel Alexander Waney, Jumat (20/10/2023), mengatakan, kepesertaan dalam pelaksanaan program Praktisi Mengajar di tiap angkatan selalu meningkat baik peserta dari praktisi maupun dari perguruan tinggi.
Pada pelaksanaan angkatan ketiga saat ini, sebanyak 19.329 praktisi yang terverifikasi mendaftar. Ada 391 perguruan tinggi akademik dan vokasi yang mengajukan Rencana Kelas Kolaborasi (RKK) untuk bergabung di Program Praktisi Mengajar.
”Animo yang tinggi menjadi bukti bahwa melalui Program Praktisi Mengajar, sinergi dan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri semakin kuat sehingga kita bisa sama-sama menyamakan visi menatap pendidikan tinggi Indonesia yang lebih baik serta terkini dengan perkembangan di dunia kerja,” tutur Gamaliel.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati menyampaikan, pengalaman menghadapi Covid-19 mengajarkan bangsa ini untuk terus berkolaborasi dan bergotong royong dalam menghadapi permasalahan global. ”Dengan semangat gotong royong ini, Kemendikbudristek mengajak para pemangku kepentingan untuk terlibat dalam sistem pendidikan nasional dan berbagi pengetahuan serta pengalamannya,” kata Kiki.
Program Praktisi Mengajar, ujar Kiki, mengajak praktisi dari berbagai bidang keahlian untuk bahu-membahu bersama dosen dalam menghadirkan pembelajaran inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman. ”Kami melihat bahwa praktisi yang hadir di kelas bukan hanya dapat berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman, tetapi juga bisa memberikan inspirasi, cita-cita, dan perspektif baru di kalangan akademisi, khususnya kepada mahasiswa,” ujar Kiki.
Animo yang tinggi menjadi bukti bahwa melalui Program Praktisi Mengajar, sinergi dan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri semakin kuat.
Pelaksana Tugas Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi Muhammad Fajar Subkhan menuturkan, langkah besar transformasi pendidikan tinggi di Indonesia memerlukan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, terutama para praktisi yang memiliki segudang pengalaman di dunia kerja. Relevansi pembelajaran di Kampus Merdeka, terutama Program Praktisi Mengajar, dengan dunia industri terlihat dalam pengembangan kurikulum yang lebih dinamis.
”Melalui program Praktisi Mengajar ini, Kemendikbudristek juga berusaha untuk mengintegrasikan pembaruan kurikulum secara lebih cepat, menjaga agar program-program pendidikan tetap relevan dengan perkembangan terbaru di industri,” kata Fajar.