Perguruan Tinggi Didukung Cari Solusi Berbasis Riset dan Inovasi
Perguruan tinggi didorong mengembangkan keilmuan dan kepakarannya untuk mencari solusi yang mendukung produktivitas ekonomi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JEMBER, KOMPAS — Dana padanan dari pemerintah bagi dosen dan perguruan tinggi menjadi stimulus untuk mencari solusi berbasis riset dan inovasi yang mendukung pengembangan industri dan usaha kecil menengah. Dengan demikian, perguruan tinggi terdorong untuk berkolaborasi dan mengembangkan inovasi berbasis kepakaran yang bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa.
Dana padanan penugasan dari program Kedaireka untuk sejumlah politeknik berhasil mendukung peningkatan produktivitas teaching factory (Tefa) atau perusahaan berbasis pembelajaran yang ada di dalam kampus. Salah satunya, di Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur, dana padanan penugasan yang diperoleh tahun 2022 dimanfaatkan untuk mencari solusi legalitas perizinan produk pengalengan ikan, roti, dan kopi yang potensial di wilayah ini.
”Untuk politeknik ada skema dana padanan penugasan. Kami manfaatkan untuk mengatasi masalah terkait legalitas usaha karena sebagai politeknik yang berubah dari status satuan kerja ke badan layanan umum harus bisa mengembangkan potensi sesuai keilmuan atau kepakaran yang kami miliki,” kata Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Jember Budi Hariono yang juga Koordinator penerima dana padanan penugasan Politeknik Negeri Jember Tahun 2022 di Jember, Rabu (18/10/2023).
Menurut Budi, Tefa harus fokus pada pengurusan izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bagi berbagai produk unggulan politeknik, seperti ikan kalengan, kopi, dan bakeri. Saat ini produksi sudah berjalan, tetapi peredaran masih di kalangan internal.
Manajer Tefa Pengalengan Politeknik Negeri Jember M Mardiyanto mengatakan, ada potensi ikan lemuru yang berlimpah di tempat pengelolaan ikan (TPI) Puger. Namun, para nelayan menjual ikan lemuru dengan harga murah, satu keranjang sekitar 15-20 kilogram hanya Rp 50.000. Padahal, dengan teknologi pengalengan, nilai jual bisa meningkat. Ikan kaleng lemuru dengan rasa saus tomat, saus pedas, atau garam laut per kaleng bisa dihargai Rp 25.000.
”Kami melihat industri pengalengan ini harus dikembangkan. Politeknik Negeri Jember memiliki kepakaran dan teknologi pengalengan berstandar industri yang bisa mendukung peningkatan harga nilai jual ikan lemuru tangkapan nelayan yang rendah,” kata Mardiyanto.
”Adanya dukungan pendanaan padanan jadi mendorong kampus untuk terus meningkatkan potensi Tefa yang ada. Semacam dana stimulus karena besarannya, kan, terbatas sehingga Tefa yang dibiayai diseleksi ketat. Namun, masih ada Tefa lain yang potensial, kini dikembangkan dengan dana padanan dari kampus atau mitra industri,” kata Budi.
Peningkatan inovasi
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam di Jakarta menyampaikan, program dana padanan Kedaireka mengajak perguruan tinggi untuk mencari solusi masalah yang dihadapi dunia usaha. ”Melalui kolaborasi dana padanan ini, semoga dunia usaha dan industri semakin masif berinovasi di bidang ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, pariwisata, obat-obatan, dan alat kesehatan. Perguruan tinggi siap untuk menjadi tempat riset dan pengembangan,” ujar Nizam.
Pada tahun 2024, Direktorat Jenderal Diktiristek menyediakan anggaran Rp 750 miliar untuk mendukung kolaborasi perguruan tinggi dan dunia usaha untuk berinovasi.
Nizam menambahkan, indeks inovasi Indonesia telah naik signifikan. Data Global Innovation Index tahun 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-61 setelah tahun sebelumnya peringkat ke-75. ”Peringkat tersebut memiliki beberapa elemen penilaian. Yang meningkat paling signifikan adalah kerja sama antara kampus dan dunia industri, dari peringkat ke-35 tahun 2020 sekarang menjadi peringkat ke-5 dunia,” ucap Nizam.
Politeknik Negeri Jember memiliki kepakaran dan teknologi pengalengan berstandar industri yang bisa mendukung peningkatan harga nilai jual ikan lemuru tangkapan nelayan yang rendah.
Pelaksana Tugas Sekretaris Ditjen Diktiristek Tjitjik Srie Tjahjandarie menjelaskan, program dana padanan Kedaireka menjamin keberlanjutan riset. Karena itu, dana padanan Kedaireka 2024 bisa diusulkan untuk multitahun, 1-3 tahun kolaborasi.
Lebih lanjut, Tjitjik menerangkan bahwa kolaborasi antara dunia usaha dan perguruan tinggi disesuaikan dengan kepakaran perguruan tinggi dan solusi yang hendak dicari. Selain itu, dalam pelaksanaannya, program dana padanan Kedaireka harus melibatkan mahasiswa. Hal ini merupakan bentuk konkret untuk mendukung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Penerima Matching Fund 2022, Aulia Arif Iskandar, dari Swiss German University mengatakan, berkat dana padanan Kedaireka, inovasi dari kampusnya berupa produk kesehatan untuk elektrokardiogram jantung dapat digunakan oleh masyarakat luas.
”Dari perspektif saya sebagai akademisi, akhirnya produk yang tercipta hanya bisa digunakan saja, tetapi tidak memberikan kenyamanan kepada pengguna. Oleh karena itu, melalui kegiatan dana padanan Kedaireka, kami menemukan mitra yang mampu membuat produk tersebut nyaman digunakan,” kata Aulia.
Welly Sugiono selaku Corporate Affairs Director Great Giant Pineapple sebagai salah satu mitra Kedaireka menjelaskan, program ini merupakan kegiatan yang bermanfaat dunia usaha. Riset dari perguruan tinggi berdampak pada keberlangsungan perusahaannya.