Sampel Asteroid Bennu Mengandung Air dan Karbon yang Penting bagi Kehidupan
Temuan adanya air dan karbon dalam sampel asteroid Bennu memberikan lebih banyak bukti bahwa kehidupan di Bumi berasal dari luar angkasa.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengungkapkan, sampel yang dikumpulkan dari asteroid Bennu berusia 4,5 miliar tahun mengandung banyak air dan karbon. Temuan ini memberi lebih banyak bukti bahwa kehidupan di Bumi berasal dari luar angkasa.
Penemuan ini menyusul perjalanan selama tujuh tahun ke batu asteroid itu sebagai bagian dari misi OSIRIS-REx, yang menurunkan muatan berharganya di gurun Utah, Amerika Serikat, bulan lalu untuk analisis ilmiah.
OSIRIS-REx atau Origins Spectral Interpretation Resource Identification Security Regolith Explorer merupakan wahana antariksa milik NASA. Dia berhasil mendarat di asteroid Bennu pada 21 Oktober 2020 saat asteroid tersebut berada pada jarak 320 juta kilometer dari Bumi (Kompas.id, 2 November 2020).
”Ini merupakan sampel asteroid kaya karbon terbesar yang pernah kembali ke Bumi,” kata administrator NASA (The National Aeronautics and Space Administration), Bill Nelson, pada konferensi pers di Johnson Space Center di Houston, AS, Rabu (11/10/2023), seperti ditulis AFP.
Karbon menyumbang hampir 5 persen dari total berat sampel, serta terdapat dalam bentuk organik dan mineral. Sementara air terkunci di dalam struktur kristal mineral tanah liat.
Ini merupakan sampel asteroid kaya karbon terbesar yang pernah kembali ke Bumi.
Para ilmuwan NASA percaya bahwa alasan Bumi memiliki lautan, danau, dan sungai karena planet ini dihantam asteroid pembawa air 4 miliar hingga 4,5 miliar tahun yang lalu sehingga menjadikannya layak huni.
Sementara itu, semua kehidupan di Bumi didasarkan pada karbon, yang membentuk ikatan dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan protein dan enzim serta bahan penyusun kode genetik, DNA dan RNA.
Temuan ini dibuat melalui analisis awal yang melibatkan pemindaian mikroskop elektron dan tomografi komputer sinar-X. ”Hal ini adalah impian para ahli astrobiologi,” kata ilmuwan Daniel Glavin, seraya menambahkan masih banyak pekerjaan harus dilakukan dan sampelnya akan dibagikan ke laboratorium di seluruh dunia untuk dipelajari lebih lanjut.
Sampel asteroid terbesar
OSIRIS-REx bukan merupakan wahana antariksa pertama yang bertemu dengan asteroid dan membawa kembali sampel untuk dipelajari. Sebelumnya, Jepang berhasil melakukan hal tersebut dua kali, mengembalikan debu angkasa pada tahun 2010 dan 2020.
Namun, jumlah sampel yang dikumpulkan oleh OSIRIS-REx diperkirakan 250 gram. Sementara sampel yang dibawa pulang oleh misi Jepang dengan Hayabusa2 hanya 5,4 gram.
Dinamakan berdasarkan nama dewa Mesir kuno, asteroid Bennu adalah ”artefak primitif yang disimpan dalam ruang hampa udara”, menurut NASA, menjadikannya target yang menarik untuk dipelajari.
Orbitnya yang bersinggungan dengan planet kita juga membuat perjalanan lebih mudah dibandingkan menuju sabuk asteroid yang terletak antara Mars dan Yupiter.
Selain wawasan ilmiah, pemahaman yang lebih baik tentang komposisi Bennu terbukti bermanfaat jika umat manusia perlu menjauhinya.
Data yang dikumpulkan wahana antariksa OSIRIS-REx mengungkapkan partikel-partikel yang membentuk bagian luar Bennu tersusun sangat longgar. Jadi, jika seseorang melangkah ke permukaan, partikel tersebut mungkin akan tenggelam seperti lubang bola plastik di area bermain anak-anak.
Studi ke depan
Para peneliti sejauh ini memfokuskan upaya mereka bukan pada sampel utama itu sendiri, melainkan pada ”partikel bonus” yang berada di atas mekanisme pengumpulan sampel. Pemeriksaan sisa sampel akan dilakukan kemudian.
Pada Oktober 2020, ketika wahana OSIRIS-REx menembakkan gas nitrogen ke Bennu untuk mengumpulkan material, penutup yang dimaksudkan untuk menutup sampel menjadi terbuka sehingga sebagian material mengalir keluar ke kompartemen lain.
”Masalah utamanya adalah banyaknya material yang ada sehingga membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan kami untuk mengumpulkannya,” kata wakil ketua kurasi OSIRIS-REx, Christopher Snead.
NASA menyatakan akan menyimpan setidaknya 70 persen sampel di Houston untuk penelitian di masa depan, sebuah praktik yang pertama kali dimulai pada era Apollo dengan batuan Bulan.
”Sampel tersebut kemudian tersedia untuk pertanyaan baru, teknik baru, instrumentasi baru jauh di masa depan,” kata Eileen Stansbery, kepala divisi penelitian astromaterial di Johnson Space Center.
Potongan tambahan akan dikirim untuk dipamerkan kepada publik di Smithsonian Institution, Space Center Houston, dan Universitas Arizona.