Identifikasi Koleksi Museum Nasional Diperkirakan Selesai November 2023
Sebanyak 589 dari 817 koleksi Museum Nasional yang terbakar sudah berhasil diidentifikasi. Kemendikbudristek menargetkan bulan depan semua koleksi teridentifikasi.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia menargetkan proses pemilahan koleksi sejarah yang terbakar akan selesai dilakukan pada November 2023. Sejauh ini, sebanyak 589 dari 817 koleksi sudah berhasil diidentifikasi atau sudah 70 persen koleksi teridentifikasi.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra mengatakan, hasil itu diperoleh dalam waktu dua minggu dan diperkirakan selesai bulan depan. Hingga hari ini, proses evakuasi dan identifikasi terus berlanjut di ruang koleksi keramik, terakota, dan peradaban.
Selanjutnya, tim beralih ke sisa ruangan terdampak, yakni Ruang Budaya Indonesia, setelah polisi tuntas melakukan penyelidikan dan tim diizinkan mengevakuasi dan mengidentifikasi. Bersamaan dengan proses evakuasi dan identifikasi yang terus diupayakan, sejak Senin, 2 Oktober 2023, proses klasifikasi telah dimulai.
”Kami menargetkan proses klasifikasi tingkat kerusakan atas setiap koleksi terdampak dapat rampung paling cepat bulan ini,” ujar Ahmad dalam siaran pers, Selasa (10/10/2023).
Proses klasifikasi dibagi menjadi tiga kategori, yakni koleksi terdampak ringan, sedang, dan berat. Setelah tahap penyelamatan koleksi dilakukan, tim akan memasuki tahap analisis untuk selanjutnya ditentukan rekomendasi penanganan atau proses remediasi dan/atau restorasi yang sesuai untuk setiap koleksi yang terdampak.
Tim Museum Nasional dibantu tenaga ahli dari Tim Balai Konservasi Borobudur dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Provinsi Banten dan DKI Jakarta untuk menyisir koleksi-koleksi yang terdampak, khususnya yang tertimpa dinding bangunan cagar budaya Museum Nasional yang runtuh akibat kebakaran.
Ahmad menegaskan, rangkaian proses tersebut membutuhkan ketelitian sehingga perlu waktu yang cukup panjang. Untuk itu, selama proses tersebut berlangsung, Museum Nasional masih ditutup untuk publik.
Sampai saat ini polisi belum mengungkap hasil investigasi kebakaran dan belum menetapkan tersangka.
”Pekerjaan ini sangatlah kompleks dan penuh kehati-hatian. Saat ini, tim evakuasi masih melakukan penyisiran koleksi,” ucapnya.
Namun, pihak museum tengah merencanakan berbagai rangkaian program agar publik tetap bisa mengakses koleksi Museum Nasional. Hal ini penting agar pemanfaatan pengetahuan di museum dapat terus berjalan.
Sebanyak 817 koleksi dipastikan terdampak akibat kebakaran di Gedung A Museum Nasional pada Sabtu (16/9/2023) lalu. Ratusan koleksi itu ada di enam ruangan, yakni di Galeri Prasejarah (116 koleksi), Galeri Keramik (226), Galeri Perunggu (110), Galeri Terakota (184), Ruang Budaya Indonesia (125), dan Ruang Peradaban Islam (56).
Koleksinya kebanyakan terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh ataupun rusak ringan sampai berat.
Anggota Dewan Pengawas Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Pusat, Junus Satrio Atmodjo, menjelaskan, proses pemulihan koleksi museum yang rusak pascabencana tidak bisa berlangsung cepat. Para ahli harus teliti mengembalikan koleksi berbentuk seperti semula.
”Rehabilitasi museum itu tidak berlangsung dalam hitungan bulan, tetapi dalam hitungan tahun. Setiap obyek harus dikenali, diidentifikasi kerusakannya, dan ditentukan metode rehabilitasinya, yang tidak sama satu sama lain. Bangunannya sendiri juga bisa setahun, dua tahun,” kata Junus.
Sementara itu, sampai saat ini polisi belum mengungkap hasil investigasi kebakaran dan belum menetapkan tersangka. Mereka baru memeriksa puluhan saksi, mulai dari pekerja proyek renovasi, petugas satuan pengamanan, hingga pegawai museum.