Tangkal Hoaks! Vaksin HPV Tidak Menyebabkan Kemandulan
Pemerintah memastikan keamanan dan manfaat dari vaksin HPV yang diberikan dalam program imunisasi nasional.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksin human papilloma virus atau HPV yang saat ini telah menjadi program nasional bagi anak usia sekolah dasar kelas 5 dan 6 telah dipastikan keamanannya. Masyarakat diharapkan bisa mendukung program tersebut guna melindungi setiap anak, khususnya anak perempuan dari penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin tersebut, seperti kanker serviks.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menuturkan, imunisasi HPV telah dipastikan keamanannya. Secara umum, pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan reaksi atau kejadian ikutan pascaimunisasi yang serius sesudah pemberian imunisasi. ”Jika ada yang menyatakan program vaksin HPV kepada anak perempuan bertujuan untuk memandulkan, itu adalah informasi palsu atau hoaks,” tuturnya dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Ia menyampaikan, reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi umumnya berupa reaksi lokal, seperti kemerahan, pembengkakan, dan nyeri ringan. Reaksi tersebut dapat timbul satu sampai tiga hari setelah pemberian imunisasi. Reaksi umum lain seperti demam juga bisa muncul.
Vaksinasi HPV amat penting untuk mencegah infeksi akibat virus HPV yang dapat menjadi penyebab kanker serviks pada perempuan. Kasus kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua yang ditemukan pada perempuan di Indonesia setelah kanker payudara. Data Globocan tahun 2021 mencatat terdapat 36.633 kasus kanker serviks di Indonesia dengan angka kematian yang terus meningkat.
Untuk mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks diperlukan capaian imunisasi HPV minimal 90 persen pada populasi. Untuk itu, partisipasi dan penerimaan masyarakat akan program vaksinasi HPV sangat dibutuhkan.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, vaksinasi HPV telah menjadi program nasional mulai 2023. Imunisasi ini diberikan sebanyak dua dosis pada anak perempuan usia sekolah dasar kelas 5 dan kelas 6. Pemberian imunisasi HPV akan dilaksanakan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Jika ada yang menyatakan program vaksin HPV kepada anak perempuan bertujuan untuk memandulkan, itu adalah informasi palsu atau hoaks.
”Imunisasi merupakan upaya yang paling murah. Kalau sudah kena kanker serviks, sudah pasti mahal biayanya. Untuk itu, Kemenkes melakukan perluasan HPV secara nasional,” tuturnya.
Program imunisasi HPV tidak hanya terbatas pada anak-anak yang bersekolah di lembaga formal. Anak-anak lain dari berbagai latar belakang pendidikan, termasuk yang tidak bersekolah atau putus sekolah, juga menjadi sasaran. Imunisasi bagi anak-anak yang berada di luar lembaga formal akan dilaksanakan melalui posyandu, puskesmas, dan tempat berkumpul lain.
Pemimpin tertinggi Unicef Indonesia, Maniza Zaman, dalam siaran pers, mengatakan, dukungan penuh akan diberikan untuk mewujudkan eliminasi kanker serviks pada perempuan di Indonesia pada 2023. Akses vaksin HPV secara gratis pada anak perempuan usia sekolah dasar menjadi upaya yang baik untuk mencapai target eliminisasi tersebut.
”Perluasan skala nasional imunisasi HPV di Indonesia menandai langkah signifikan untuk melindungi jutaan anak perempuan dari kanker serviks,” katanya.
Selain imunisasi, deteksi dini melalui penapisan kanker serviks juga diperlukan. Penanganan yang lebih cepat dapat mencegah terjadinya perburukan akibat kanker serviks. Harapan hidup bagi pasien pun bisa semakin baik.
”Imunisasi HPV, dikombinasikan dengan skrining dan pengobatan dini, adalah upaya pencegahan kanker serviks yang paling efektif dari segi biaya,” ujar perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia, N Paranietharan.