Penurunan Massa Otot Berisiko Menyebabkan Kerapuhan pada Lansia
Saat lansia mulai kesulitan berjalan, sulit berdiri, dan sering jatuh, perlu diwaspadai mengalami sarkopenia atau penurunan massa otot.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring bertambahnya usia, massa otot akan semakin berkurang. Kondisi yang disebut sebagai sarkopenia ini sering dikeluhkan oleh kelompok lanjut usia. Tata laksana yang tepat amat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi, seperti kondisi rapuh yang bisa berisiko hingga kematian.
Staf pengajar Subbagian Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr Kariadi Semarang, Khairunnisa Ayu Kresnanda, dalam Seminar Kesehatan Daring Hari Lansia Sedunia yang diikuti dari Jakarta, Senin (9/10/2023), menuturkan, lansia yang mengalami sarkopenia akan rentan menjadi rapuh (frailty). Risiko kematian pun akan menjadi lebih besar. Untuk itu, lansia dan anggota keluarga perlu lebih sadar terhadap gejala yang muncul.
”Jika mengeluhkan sulit membuka tutup botol, pernah jatuh, sering merasa lemah, jalan mulai lambat, sulit berdiri setelah duduk di kursi, dan ada penurunan massa otot atau berat badan, perlu waspada akan sarkopenia. Pemeriksaan bisa segera dilakukan melalui pemantauan di rumah ataupun di fasilitas kesehatan,” ujarnya.
Khairunnisa menyampaikan, pemeriksaan di rumah bisa dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang terjadi. Kecurigaan pada sarkopenia semakin kuat apabila lansia sulit mengangkat beban, sulit berjalan melintasi ruangan, sulit berdiri dari posisi duduk di kursi atau tidur di kasur, sulit menaiki anak tangga, dan sering terjatuh.
Untuk mendiagnosis kondisi sarkopenia, pemeriksaan di fasilitas kesehatan perlu dilakukan. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur lingkar betis dalam posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Pemeriksaan lain dilakukan dengan mengukur massa otot, kekuatan otot, dan performa fisik. Seseorang akan terdiagnosa mengalami sarkopenia jika terjadi penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot, dan penurunan performa fisik.
Jika mengeluhkan sulit membuka tutup botol, pernah jatuh, sering merasa lemah, jalan mulai lambat, sulit berdiri setelah duduk di kursi, dan ada penurunan massa otot atau berat badan perlu waspada akan sarkopenia.
Sarkopenia merupakan kondisi kehilangan massa otot yang sering dikaitkan dengan lanjut usia. Kehilangan massa otot merupakan bagian dari proses penuaan. Penurunan massa otot terjadi hingga 33 persen pada usia 40-80 tahun.
”Pemahaman mengenai sarkopenia dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Tata laksana bisa dilakukan untuk mencegah sarkopenia atau mencegah komplikasi pada seseorang dengan sarkopenia,” kata Khairunnisa.
Latihan fisik
Staf Medik Fungsional Rehabilitasi Medik RSUP Dr Kariadi Semarang, Endang Ambarwati, menyampaikan, latihan fisik menjadi salah satu intervensi yang diperlukan dalam tata laksana sarkopenia. Pemberian intervensi latihan fisik perlu memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu, dan tipe latihan fisik yang disarankan.
Sebelum menentukan latihan fisik, orang dengan sarkopenia akan menjalani identifikasi penyakit penyerta terlebih dahulu, misalnya adanya osteoporosis, osteopenia, obesitas, diabetes melitus, ataupun kanker. Komorbid yang dimiliki akan menentukan jenis latihan fisik yang harus dilakukan.
Selain itu, aspek lain yang juga perlu diperhatikan ialah terkait aktivitas fisik, nutrisi, dan farmakologi atau obat yang diberikan. Latihan fisik yang diberikan akan lebih banyak berfokus pada otot besar.
Untuk mencegah terjadinya sarkopenia, terdapat sejumlah latihan yang bisa dilakukan, antara lain olahraga aerobik, seperti berenang dan bersepeda, latihan penguatan otot dengan latihan beban, latihan fleksibilitas dengan peregangan otot dan sendi, serta latihan keseimbangan dengan berjalan setidaknya setiap tiga hari dalam seminggu. Latihan-latihan tersebut bisa dilakukan untuk memperkuat dan menyokong otot dan jaringan ikat, serta mempertahankan gerak otot dan sendi. Latihan ini pun dapat bermanfaat agar lansia tidak mudah jatuh.
Gizi
Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Etisa Adi Murbawani mengatakan, kebutuhan gizi tidak kalah penting dari latihan fisik dalam intervensi sarkopenia. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh lansia akan berkurang, tetapi sejumlah kebutuhan gizi lain justru semakin besar. Kebutuhan gizi yang bertambah, seperti kalsium, vitamin D, vitamin B12, vitamin B6, serta protein.
”Lansia membutuhkan makanan yang lebih sedikit karena aktivitas yang dilakukan berkurang. Namun, kebutuhan gizi tetap harus terpenuhi. Kebutuhan protein juga harus dipastikan ada untuk membentuk otot lebih baik,” katanya.
Etisa menyampaikan, asupan makanan akan menurun sekitar 25 persen pada usia 40-70 tahun. Pada lansia, gizi seimbang dalam sehari dapat dipenuhi dengan 3-4 porsi makanan pokok, 2-4 porsi protein, 3-4 porsi sayur, dan 2-3 porsi buah.
”Lansia butuh lebih banyak lauk ketika makan. Protein yang dikonsumsi lebih baik dikonsumsi dua jam setelah makan malam atau 30 menit sebelum tidur. Regenerasi massa otot dan metabolisme tubuh secara menyeluruh bisa lebih maksimal,” ujarnya.