Mamalia dua kali lebih mungkin lari sebagai respons saat mendengar suara manusia dibandingkan mendengar suara singa atau suara perburuan.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
Suara percakapan manusia menjadi sesuatu yang menakutkan bagi banyak jenis fauna. Hal itu diduga sudah mendarah daging pada sejumlah mamalia yang teramati di Taman Nasional Greater Krueger di Afrika Selatan yang menjadi habitat terbesar populasi singa di dunia.
Fauna, terutama mamalia, akan menjauhi lokasi di mana mereka mendengar suara percakapan manusia. Bahkan, suara manusia ini bagi mamalia terdengar lebih menakutkan daripada suara singa, suara gonggongan anjing, dan suara tembakan. Hal itu diungkapkan para peneliti dalam artikel di jurnalCurrent Biology yang terbit pada Kamis (5/10/2023).
Dalam penelitian itu, para peneliti menggunakan metode pengamatan di lapangan. Mereka menaruh pengeras suara berisi rekaman suara percakapan manusia, suara kelompok singa, dan suara perburuan (gonggongan anjing dan tembakan) ke dalam kotak yang juga berisi kamera pemantau (camera trap). Jadi, saat ada hewan mendekati kotak itu, pengeras suara akan mengeluarkan suara dan kamera merekam respons hewan tersebut.
Suatu malam, rekaman singa membuat gajah ini sangat marah sehingga ia menyerang dan menghancurkan semuanya.
Mereka berhasil mengamati 19 spesies mamalia berbeda yang beraksi terhadap serangkaian rekaman itu. Mamalia yang terekam itu termasuk gajah, jerapah, badak, macan tutul, zebra, babi hutan, dan dubuk (hyena).
Suara manusia yang digunakan oleh para peneliti berasal dari rekaman radio atau televisi yang berisi percakapan orang-orang dalam bahasa yang paling banyak digunakan di wilayah tersebut, seperti Tsonga, North Sotho, Inggris, dan Afrika. Sementara suara singa berasal dari vokalisasi suara yang dikurasi dengan bantuan pakar singa, yaitu Craig Packer dari University of Minnesota yang juga anggota tim penulis hasil riset ini.
Suara singa dipilih untuk menandakan kehadiran predator utama di wilayah itu. ”Kami biasanya berpikir bahwa puncak rantai makanan adalah predator karnivora besar. Tetapi, ketertarikan kami adalah ekologi unik manusia sebagai predator dalam sistem, karena manusia sangat mematikan,” kata penulis pertama Liana Y Zanette, ahli biologi konservasi di Western University di Kanada, dalam Science Daily, Kamis (5/10/2023).
”Singa adalah predator darat yang berburu dalam kelompok terbesar di planet ini, dan dengan demikian seharusnya menjadi yang paling menakutkan. Jadi, kami membandingkan rasa takut terhadap manusia dengan singa untuk mengetahui apakah manusia lebih menakutkan daripada predator nonmanusia yang paling menakutkan,” kata Michael Clinchy, rekan penulis yang juga ahli biologi konservasi.
Untuk membandingkan respons mamalia terhadap suara percakapan manusia dan singa, peneliti menggunakan vokalisasi singa, yaitu suara kelompok singa yang menggeram, seperti sedang bercakap-cakap, bukan mengaum. Dengan demikian, vokalisasi manusia dan singa sama-sama saat sedang bercakap-cakap.
Untuk mengamati dan mencatat perilaku hewan sebagai respons terhadap rekaman suara-suara tersebut, penulis menggunakan kotak kedap air khusus yang menggabungkan kamera pemantau dan pengeras suara. Kamera dan pengeras suara dibekali baterai yang cukup untuk merekam sepanjang siang dan malam selama berbulan-bulan.
Menghindari manusia
Penelitian dilakukan pada musim kemarau, dan kotak kedap air khusus itu ditempatkan di dekat kolam air untuk merekam semua hewan yang datang untuk minum. Pada akhir percobaan, tim memiliki 15.000 video untuk dipilah.
Sejumlah klip video ini ditampilkan peneliti dalam laporan jurnal yang bisa diakses secara daring. Rekaman video ada yang menunjukkan seekor macan tutul yang sedang membawa mangsanya tiba-tiba kabur saat mendengar percakapan manusia.
Demikian pula dalam rekaman lain, gajah, hiena, jerapah, dan mamalia lain kabur saat mendengar suara percakapan manusia. Namun, ada pula pada satu klip video yang menunjukkan gajah secara agresif mendekat dan menyerang kotak berisi kamera dan pengeras suara saat mendengar vokalisasi singa.
”Suatu malam, rekaman singa membuat gajah ini sangat marah sehingga ia menyerang dan menghancurkan semuanya,” kata Zanette.
Para peneliti menemukan hewan dua kali lebih mungkin lari dan meninggalkan kolam air sebagai respons saat mendengar suara manusia dibandingkan dengan mendengar suara singa atau suara perburuan. Sebanyak 95 persen spesies lebih sering berlari atau meninggalkan lubang air lebih cepat sebagai respons terhadap manusia dibandingkan terhadap singa.
”Ada anggapan bahwa hewan-hewan tersebut akan terbiasa dengan manusia jika mereka tidak diburu. Namun, kami telah menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terjadi. Ketakutan terhadap manusia sudah mendarah daging dan menyebar. Jadi, ini adalah sesuatu yang perlu kita pikirkan secara serius demi tujuan konservasi,” kata Clinchy.
Tim tersebut sekarang sedang menyelidiki apakah sistem suara khusus mereka dapat digunakan untuk dengan sengaja menjauhkan spesies yang terancam punah seperti badak putih selatan dari ancaman perburuan liar di Afrika Selatan. Sejauh ini, upaya mengusir badak dari wilayah tertentu melalui penggunaan suara manusia telah berhasil.
”Saya rasa ketakutan yang meluas di komunitas mamalia sabana merupakan bukti nyata dampak lingkungan yang ditimbulkan manusia. Mereka (mamalia) takut setengah mati terhadap manusia, bahkan lebih dari itu daripada predator lainnya,” kata Zanette.