Pendidikan Perlu Bekali Siswa dengan Kecakapan dan Kecerdasan Baru
Dunia yang berubah di era digital menuntut perubahan pendidikan. Kecerdasan tak lagi sekadar soal intelektualitas dan sosial emosional.
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat saat ini sedang menuju dunia buatan atau artificial living. Hal ini mendorong munculnya banyak perubahan yang membutuhkan kecakapan, kecerdasan, dan karakter dari anak-anak muda yang semakin relevan.
Oleh karena itu, dunia pendidikan juga harus berubah dan menyiapkan para siswa dengan kecerdasan. Kecerdasan yang dibutuhkan bukan sekadar kecerdasan intelektual dan sosial emosional, melainkan juga kecerdasan adaptif, eksploratif, dan transformatif.
”Para guru harus tahu dengan perubahan yang terjadi dan kehidupan generasi di era digital. Namun, apakah guru punya cukup akses dan pengetahuan dengan ilmu-ilmu yang berkembang? Untuk itulah para guru juga harus tetap relevan,” kata Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali di ajang Highscope Indonesia Annual Conference 2023 yang digelar Sekolah Highscope Indonesia secara bauran dari Jakarta, Jumat (6/10/2023).
Baca juga: Pendidikan untuk Generasi Muda Perlu Relevan
Rhenald mengatakan, anak-anak akan hidup dalam dunia buatan. Bahkan, bermain yang dulu dilakukan di alam atau lapangan kini berpindah ke alam buatan secara digital. Karena itulah mereka harus mengenali kehidupan baru ini karena semuanya telah berubah.
”Makanan, keluarga, pekerjaan juga berubah. Geopolitik berubah hingga (munculnya) rekan kerja robot. Di sinilah butuh kecerdasan baru,” kata Rhenald yang juga pendiri Rumah Perubahan.
Menurut Rhenald, dunia mengalami banyak kekurangan talenta. Amerika Serikat mengalami kekurangan talenta sekitar 70 persen. Demikian juga Inggris, Singapura, dan negara-negara Eropa. Hal ini membuka peluang anak-anak masa kini bisa bekerja di mana saja selama memiliki kompetensi-kompetensi baru yang dibutuhkan dunia kerja.
Apalagi dengan banyak keterbatasan sumber daya di bumi akibat penduduk manusia yang makin banyak, sekitar 8 miliar orang, berbagai keterbatasan dalam menyediakan pangan, energi, dan air dapat diatasi dengan sains dan teknologi yang menghasilkan inovasi untuk memecahkan beragam masalah kehidupan umat manusia.
Perkuat budi pekerti
Menurut Rhenald, penting bagi pendidik dan orangtua untuk memahami karakteristik masyarakat saat memasuki era digital. Ketika anak di dalam kamar, sebenarnya dia tidak hanya terbatas di dalam kamar karena saat menjelajah di dunia maya atau cyberspace, tanpa disadari ada kejahatan digital hingga fetish (keterangsangan pada obyek tertentu).
”Banyak anak yang jadi berubah. Perilaku juga berubah, semisal memanggil bro dan sis sesuai panggilan di dunia maya. Bahkan, biasa dengan perilaku prank. Jadi memang penting untuk memperkuat budi pekerti dengan menggali budaya tradisional atau nilai-nilai lokal,” katanya.
Di era digital ini, cara berpikir tradisional yang biasa digunakan dengan asumsi, insting, dan kebiasaan perlu digeser. Sebab, dunia baru kini perlu melatih kerendahan hati tiap orang yang mau berpikir ulang atau rethinking.
Kita butuh anak-anak yang juara dalam kehidupan, tidak semata-mata juara dalam kelas.
”Dari kerendahan hati, kita jadi bisa merasa ragu, kita bisa mendapatkan rasa penasaran dan ingin tahu yang besar. Akhirnya mendapatkan temuan,” ujar Rhenald.
Selain itu, perlu self driving atau dorongan dari dalam diri sendiri sebagai kendaraan terbesar untuk sukses, seperti disiplin diri, percaya diri yang pas, melakukan manajemen yang baik, dan memiliki mindset tepat.
”Kita butuh anak-anak yang juara dalam kehidupan, tidak semata-mata juara di dalam kelas. Karena itulah kita dorong anak-anak jangan cepat puas, berani menghadapi tantangan yang sulit dan kompleks. Biarkan mereka bertarung saat menghadapi tantangan,” ucapnya.
Hal penting lainnya, melatih anak-anak dengan perspektif agar tidak hanya memakai kacamata kuda. Di era sekarang ini penting untuk berwawasan multiperspektif karena manusia hidup dalam keberagaman. Dengan demikian, anak-anak menjadi adaptif dan fleksibel.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter Zaman Digital
Pengalaman bermakna
Secara terpisah, di acara pembukaan Highscope Indonesia Annual Conference 2023, Founder dan CEO Highscope Indonesia Antarina SF Amir mengatakan, para guru harus menuntun para pelajar untuk tujuan jangka panjang, bukan sekadar jangka pendek. Oleh karena itu, guru mesti berkomitmen untuk terus belajar dan mengaplikasikannya dengan prespektif dan strategi yang tepat.
”Kami mengajak para guru untuk terus mengeksplorasi pendidikan guna membuat belajar jadi cara menciptakan pengalaman yang bermakna dan efektif untuk dampak yang bermakna. Pembelajaran bukan terbatas tentang subyek atau mata pelajaran, melainkan tentang kecakapan-kecakapan dan nilai-nilai hidup yang dapat memfasilitasi siswa mencapai masa depan mereka,” kata Antarina.
Rick Wormeli, ahli dan penulis tentang pendidikan dari Amerika Serikat, mengatakan, banyak riset menunjukkan posisi guru dan dampak positif guru di kelas. Oleh karena itu, guru dalam mengajar harus memastikan untuk mendukung siswa aktif.
Menurut Rick, saat mengajar, guru harus memikirkan pengalaman yang dapat difasilitasi untuk siswa. Ada elemen-elemen penting yang kini harus diperkuat dalam diri setiap siswa, yakni refleksi tingkat meta, berpikir sebagai ahli, kreativitas dan inovasi, kemampuan beradaptasi dan lincah, komunikasi yang berpusat pada audiens, kolaborasi yang sinergis, kemampuan empati sosial, dan kepemimpinan beretika.
Guru sebagai coach perlu memiliki instruksi-instruksi yang memberdayakan para pembelajar. Mereka harus memiliki mindset yang menolong. ”Tujuan guru adalah agar siswa melampaui, bukan sekadar setara dengan mereka. Jangan membatasi siswa pada imajinasi para guru yang tidak sempurna,” ujar Rick.
Baca juga: Guru Berperan Dukung Anak-anak yang Cinta Belajar
Menurut Rick, apa yang disajikan guru tidak begitu penting dibandingkan dengan apa yang dibawa oleh siswa setelah pengalaman tersebut. Oleh karena itu, para siswa perlu terus difasilitasi agar rasa ingin tahu, kebutuhan untuk menjadi bagian, berpartisipasi, berkontribusi, membangun, mempelajari hal-hal kompleks, dan menjadi sukses terus berkembang,