Indonesia bisa mencapai bonus demografi kedua jika penduduk lansia tetap sehat dan produktif.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Populasi dunia mulai menua. Perubahan struktur demografi akan terjadi dengan jumlah penduduk lanjut usia yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia lain. Kondisi ini bisa dilihat dari dua sisi berbeda, yakni penuaan penduduk sebagai tantangan atau penuaan penduduk sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan.
Indonesia kini memasuki fase penduduk menua menyambut bonus demografi. Adapun bonus demografi terjadi ketika warga usia produktif mendominasi. Namun, saat penduduk lanjut usia (lansia) sehat, bermutu, dan tetap produktif, Indonesia bisa mendapat bonus demografi tahap kedua sesudahnya.
Penuaan penduduk ditandai dengan persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 7 persen dari total penduduk. Penuaan penduduk dapat dipengaruhi oleh angka harapan hidup yang meningkat serta angka kelahiran yang menurun.
Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2020-2050, laju penuaan penduduk di Indonesia akan cepat terjadi. Sejumlah daerah masuk fase penuaan penduduk sejak 2020, seperti Jawa Tengah, Bali, dan Jawa Timur.
Namun, Banten diperkirakan menjadi provinsi paling akhir masuk periode penuaan penduduk, yaitu pada tahun 2029. Secara nasional, fase penuaan populasi akan terjadi pada 2024.
Data Badan Pusat Statistik 2022 menunjukkan, ada delapan provinsi dengan persentase warga lansia lebih besar atau sama dengan 10 persen, di antaranya Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Persentase lansia tertinggi tercatat di DI Yogyakarta, 16,69 persen.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Maliki, Rabu (4/10/2023), di Jakarta mengutarakan, Indonesia diprediksi mengalami penuaan populasi lebih cepat dibandingkan dengan Jepang.
”Indonesia akan mengalami aging population yang relatif lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh Jepang untuk mencapai kondisi yang sama. Kita membutuhkan waktu sekitar 21 tahun untuk mencapai peningkatan dari 7 persen penduduk 65 tahun ke atas menjadi 14 persen. Sementara Jepang membutuhkan waktu sekitar 25 tahun,” katanya.
Indonesia akan mengalami aging population yang relatif lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh Jepang untuk mencapai kondisi yang sama.
Penuaan penduduk tersebut perlu diantisipasi dengan baik dan terencana. Bagai dua sisi mata uang, penuaan penduduk bisa menjadi beban suatu bangsa atau malah sebaliknya. Penuaan penduduk dapat jadi peluang bagi negara mendapat bonus demografi kedua jika penduduk lansianya tetap produktif.
Mendukung "silver economy"
Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Sukamdi, menyampaikan, penduduk lansia menjadi isu pokok dalam mencapai bonus demografi kedua. Kebijakan pemerintah diharapkan bisa disesuaikan dengan peningkatan jumlah warga lansia, termasuk untuk mendukung terjadinya silver economy.
Silver economy terjadi ketika pengaruh pasar didominasi oleh kelompok lansia. Dalam silver economy, sistem produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa akan digerakkan dengan memanfaatkan kemampuan atau potensi dari penduduk lansia.
”Silver economy bisa jadi potensi sekaligus tantangan. Silver economy bisa terealisasi dengan baik saat kita memberdayakan lansia. Itu sebabnya, layanan kesehatan perlu dikembangkan agar lansia sehat sehingga bisa produktif dan berpendapatan. Perlindungan sosial patut diprioritaskan,” tutur Sukamdi.
Dalam penerapan kebijakan, setiap daerah perlu memiliki pendekatan yang berbeda. Tidak ada kebijakan tunggal yang bisa efektif diterapkan di semua daerah sebab setiap daerah punya karakteristik berbeda-beda. Untuk mencapai bonus demografi kedua, strategi perlu disiapkan sesuai kondisi daerah.
Bonus demografi kedua dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika suatu negara atau wilayah memiliki proporsi penduduk berusia tua (lebih dari 65 tahun) yang besar, tetapi penduduk lansia tersebut masih produktif dan mampu memberikan sumbangan bagi perekonomian negara.
Program dan strategi yang bersifat responsif populasi perlu disiapkan sedini mungkin agar penuaan penduduk tidak menjadi beban negara, tetapi membantu perekonomian negara melalui capaian bonus demografi kedua.
Direktur Kependudukan dan Jaminan Sosial Kementerian PPN/Bappenas Muhammad Cholifihani menyampaikan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi terkait kelanjutusiaan dalam mendukung sistem silver economy. Harapannya, bonus demografi kedua bisa tercapai.
Strategi tersebut akan dilakukan melalui peningkatan perlindungan sosial, jaminan pendapatan, dan kapasitas individu. Strategi lain dengan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu lansia serta membangun masyarakat dan lingkungan ramah lansia.
Selain itu, strategi lainnya bisa diterapkan, yakni memperkuat kelembagaan pelaksana program kelanjutusiaan serta meningkatkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak lansia. Usia harapan hidup yang diproyeksikan meningkat di Indonesia perlu diiringi usia harapan hidup sehat agar penduduk lansia tetap produktif.
”Untuk mengoptimalkan potensi silver economy di mana lansia sebagai konsumen dan produsen akan dilakukan dengan perluasan kesempatan kerja, berwirausaha, dan peningkatan kapasitas yang sesuai untuk tenaga kerja lanjut usia. Pola konsumsi pun diharapkan dapat seimbang dengan menghindari lonjakan pengeluaran kesehatan saat lansia,” tutur Cholifihani.