Kantong ”Biodegradable” Tidak Direkomendasikan untuk Daur Ulang Sampah Organik
Kantong ”Biodegradable” ternyata tidak benar-benar terurai dan bisa mencemari lingkungan dengan mikroplastik.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kantong berbahan biodegradable atau bisa terurai secara hayati untuk mengumpulkan sampah organik rumah tangga telah tersedia di pasaran selama beberapa tahun. Penelitian terbaru menemukan, kantong ini ternyata tidak benar-benar terurai, bahkan bisa mencermari lingkungan dengan mikroplastik. Hal ini membuat kantong biodegradable tidak direkomendasikan sebagai wadah untuk mendaur ulang sampah organik.
Proyek penelitian yang dinamai BabbA Project ini dikoordinasikan oleh Fraunhofer Institute for Chemical Technology ICT bekerja sama dengan University of Bayreuth, University of Hohenheim, dan BEM Umweltservice GmbH sebagai mitra penelitian. Hasil kajian ini dirilis pada Rabu (4/10/2023). Riset dilakukan di Jerman.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis bagaimana kantong biodegradable terdegradasi di pabrik daur ulang sampah organik. Mereka juga ingin menjelaskan potensi dampak lingkungan dari kantong tersebut.
Kita harus menghindari memasukkan kantongbiodegradableke dalam pabrik daur ulang sampah organik berskala besar sampai dapat dijamin bahwa kantong tersebut akan terurai sepenuhnya.
Studi percontohan ini juga menyelidiki apakah masyarakat umum telah mengadopsi kantong biodegradable ini untuk pengumpulan sampah organik. Selain itu, riset ini juga ingin mengetahui apakah kantong tersebut berpotensi menggantikan kantong plastik konvensional yang terbuat dari polietilen (PE).
Para peneliti juga berupaya untuk mengetahui apakah penggunaan tas pengumpulan yang terbuat dari bahan dan kertas yang dapat terbiodegradasi mengurangi keseluruhan kandungan benda asing dalam sampah organik.
Meskipun masyarakat harus memisahkan sampah di Jerman, sejumlah besar plastik masih dikirim ke pabrik daur ulang sampah organik bersama dengan sampah organik. Namun, kantong-kantong tersebut—baik kantong plastik konvensional maupun kantong plastik biodegradable—perlu dipisahkan terlebih dahulu sebelum sampah organiknya didaur ulang agar tidak berakhir di fraksi sampah kompos.
Di sisi lain, sampah organik memiliki potensi besar sebagai sumber energi berharga dan nutrisi penting bagi tanaman. Ini adalah sumber biogas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, dan produk akhirnya, seperti kompos, dapat digunakan sebagai pupuk organik, sehingga mengurangi penggunaan pupuk buatan. Artinya, mendaur ulang sampah organik dapat memberikan kontribusi penting terhadap transisi dan keberlanjutan energi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan internasional.
Tidak sepenuhnya terurai
Penggunaan kantong plastik yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat terurai secara hayati (biodegradable) sebelumnya dianggap dapat menjadi solusi yang tepat untuk pengumpulan sampah organik. Seiring dengan kemajuan metode analisis mikroplastik dalam beberapa tahun terakhir, pengetahuan dan kesadaran juga meningkat secara dramatis mengenai potensi risiko mikro dan nanoplastik terhadap lingkungan. Jelas pada tahap ini bahwa semakin kecil ukuran partikelnya, semakin besar potensi dampaknya terhadap lingkungan.
”Kriteria kualitas kompos saat ini telah menetapkan batasan untuk pecahan plastik, tetapi hanya memperhitungkan pecahan yang berukuran lebih dari 1 milimeter. Partikel yang lebih kecil tidak dipertimbangkan,” kata manajer proyek BabbA, Jens Forberger dari Fraunhofer ICT.
Menurut dia, kantong yang terbuat dari bahan yang dapat terbiodegradasi tidak sepenuhnya terurai di pabrik daur ulang limbah hayati dan hanya dipecah menjadi partikel mikro dan nanoplastik sehingga mereka dapat masuk ke lingkungan bersama kompos. ”Dan, mengingat jumlah waktu yang dihabiskan sampah organik di pabrik daur ulang, ini adalah skenario yang realistis,” ujarnya.
Dalam percobaan musim panas dan musim dingin berskala besar, mitra proyek mendistribusikan 400.000 tas yang terbuat dari bahan mentah berbeda (Ecovio, Mater-Bi, dan kantong kertas berlapis lilin) dan materi informasi kepada 10.000 rumah tangga. Para peneliti kemudian memeriksa kompos yang dihasilkan untuk mencari pecahan plastik.
”Kami mengumpulkan kumpulan referensi awal sebelum kami memberi tahu rumah tangga tentang proyek tersebut dan mendistribusikan kantong biodegradable. Ini berarti kami dapat membandingkan dua kumpulan yang dikumpulkan setelah kampanye informasi, satu di musim panas dan satu lagi di musim dingin, dengan kondisi asli sebenarnya,” kata Forberger.
Para ilmuwan di Universitas Bayreuth melakukan analisis aliran material untuk memeriksa semua pecahan plastik dalam sampel yang diambil dari berbagai titik selama proses daur ulang sampah organik (dari sampah organik yang dikumpulkan hingga kompos jadi). Selain pengujian di pabrik daur ulang, para peneliti di Universitas Hohenheim menguji seberapa baik kantong pengumpul yang digunakan dalam proyek tersebut dapat terurai di dalam tanah.
Tidak direkomendasikan
Melalui pengujian yang dilakukan, mereka dapat membuktikan bahwa kompos mengandung mikroplastik dalam jumlah besar dengan ukuran kurang dari 1 milimeter, dan mikroplastik tersebut dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu lama. Evaluasi awal yang dilakukan oleh kelompok proyek ini adalah kita harus menghindari memasukkan kantong biodegradableke dalam pabrik daur ulang sampah organik berskala besar sampai dapat dijamin bahwa kantong tersebut akan terurai sepenuhnya.
Selain itu, penggunaan kantong kertas dan tas yang terbuat dari bahan biodegradable juga tidak memberikan pengaruh positif terhadap jumlah sampah organik yang dikumpulkan rumah tangga selama proyek percontohan. Jumlah sampah organik yang dikumpulkan tidak bertambah ketika kantong tersebut dibagikan ke rumah tangga, dan analisis menunjukkan jumlah benda asing dalam sampah tidak lebih rendah dibandingkan sebelum studi percontohan.
Para peneliti menemukan pecahan kantong biodegradable dalam jumlah besar berukuran kurang dari 1 milimeter. Secara keseluruhan, laporan ini memberikan rekomendasi khusus bagi pemerintah, perusahaan pembuangan limbah, dan masyarakat umum serta akan memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan pemanfaatan sumber daya limbah hayati di masa depan.