El Nino Diprediksi Mencapai Level Kuat di Akhir Tahun
El Nino diprediksi mencapai tipe kuat pada Desember 2023. Namun, dampaknya di Indonesia bakal berkurang dengan masuknya musim hujan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Analisis suhu terbaru menunjukkan, anomali suhu permukaan laut Samudra Pasifik di indeks Nino 3,4 bakal melebihi 1,5 derajat celsius di akhir tahun dan bakal bertahan sepanjang musim dingin. Dengan perkembangan ini, diprediksi peristiwa El Nino tahun 2023-2024 mencapai tipe yang kuat, tetapi dampaknya di Indonesia bakal berkurang dengan masuknya musim hujan.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supari, Senin (2/10/2023), mengatakan, sejumlah lembaga meteorologi dunia telah memprediksi peluang El Nino berkembang menjadi tipe kuat. ”Untuk periode sampai November 2023, El Nino kemungkinan masih level moderat (menengah), tetapi NOAA telah menyatakan ada peluang lebih dari 70 persen El Nino bakal berkembang menjadi strong (kuat),” katanya.
Analisis terbaru mengenai perkembangan El Nino dilaporkan Kexin Li dari International Center for Climate and Environment Sciences, Chinese Academy of Sciences dan tim di jurnal The Innovation Geoscience, edisi akhir September 2023. ”Kami memperkirakan kemungkinan terjadinya peristiwa El Nino pada tahun 2023/2024 menggunakan sistem prediksi ansambel (EPS) yang dikembangkan di Institute of Atmospheric Physics (IAP), Chinese Academy of Sciences (CAS),” tulis Li.
Menurut Li dan tim, perkiraan terbaru yang dimulai pada bulan Agustus, anomali suhu hangat diperkirakan berkembang hingga indeks Nino 3,4 melebihi 1,5 derajat celsius di musim gugur dan dapat bertahan sepanjang musim dingin. Hampir pasti akan terjadi peristiwa El Nino (100 persen peluang), dengan 87 persen dari 100 anggota mendukung setidaknya tipe yang kuat,” katanya.
Anomali suhu permukaan laut yang hangat diperkirakan terjadi di Pasifik bagian timur, yang ditandai dengan anomali suhu lebih kuat dibandingkan dengan El Niño di Pasifik tengah dan dapat menyebabkan gangguan yang lebih ekstrem dan substansial terhadap ekosistem. Namun, mengingat sinyal pemanasan saat ini sebagian besar berasal dari Pasifik khatulistiwa bagian timur dan anomali di bagian barat tidak sekuat tiga peristiwa super El Nino sebelumnya (1982-1983, 1997-1998, dan 2015-2016), El Nino pada tahun 2023-2024 memiliki kemungkinan menjadi super kuat yang lebih rendah.
Analisis ini menguatkan laporan dari The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat pada pertengahan September 2023 yang menyebutkan, peluang terjadinya El Nino kuat, untuk rata-rata musiman November-Januari pada Nino-3,4 telah meningkat menjadi 71 persen. Fenomena El Nino juga diperkirakan terus berlanjut selama musim dingin di belahan Bumi utara, dengan kemungkinan lebih dari 95 persen hingga Januari-Maret 2024.
Kondisi global
Menurut analisis Li, dampak El Nino kuat akan mendatangkan malapetaka pada suhu permukaan global dan memicu beberapa krisis iklim pada tahun 2023–2024. Peristiwa El Nino diketahui melepaskan panas dalam jumlah besar ke atmosfer sehingga diperkirakan mengubah pola sirkulasi atmosfer, memengaruhi interaksi tropis-ekstratropis, dan berdampak pada jet subtropis, monsun, dan bahkan pusaran kutub. Pada akhirnya fenomena tersebut mengakibatkan peningkatan suhu permukaan rata-rata global.
Peningkatan suhu permukaan global, menurut Li, mengintegrasikan suhu permukaan daratan global dan suhu permukaan laut, merupakan salah satu indikator penting variabilitas iklim dan pemanasan global. Variabilitas antartahunnya terutama didominasi oleh peristiwa ENSO.
Berdasarkan data historis iklim dan penelitian sebelumnya, Li dan tim mengungkapkan potensi tingkat dan konsekuensi pemanasan ekstrem yang diperkirakan terjadi pada tahun 2023–2024. Temuan mereka menunjukkan 17 persen kemungkinan suhu permukaan global tahun 2023 akan menjadi yang tertinggi yang tercatat sejak 1950 dan berpeluang sebesar 61 persen akan berada di peringkat tiga besar.
Periode El Nino dengan kondisi strong ini diprediksi hanya singkat, dan itu pas musim gugur (Desember, Januari, Februari) ketika di Indonesia sudah memasuki musim hujan. Karena itu, dampak El Nino kuat ini di Indonesia akan menurun.
Pada tahun 2024, probabilitas ini akan meningkat menjadi 56 persen dan 79 persen. Ini berarti, dampak El Nino akan lebih kuat dirasakan pada tahun depan.
Menurut Li dan tim, selama perkembangan El Nino kuat pada tahun 2023, anomali hangat diperkirakan berdampak besar pada wilayah tropis Pasifik tengah-timur, Benua Eurasia, dan Alaska. Namun, pada tahun berikutnya, 2024, anomali panas kemungkinan terjadi di seluruh dunia sehingga secara signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya gelombang panas di daratan, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Zheng Fei, anggota tim studi tersebut, menambahkan, ”Selain lonjakan suhu permukaan, El Nino yang kuat pada tahun 2023-2024 diperkirakan memicu serangkaian krisis iklim.”
Dampaknya, menurut Fei, meliputi intensifikasi gelombang panas laut, deoksigenasi laut, berkurangnya keanekaragaman hayati laut, kerusakan ekosistem laut, kenaikan permukaan laut, dan penurunan hasil panen.
Dampak di Indonesia
”Periode El Nino dengan kondisi strong ini diprediksi hanya singkat, dan itu pas musim gugur (Desember, Januari, Februari) ketika di Indonesia sudah memasuki musim hujan. Karena itu, dampak El Nino kuat ini di Indonesia akan menurun,” kata Supari.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya oleh BMKG, musim hujan di Indonesia pada 2023/2024 diprediksi datang lebih lambat dibandingkan dengan normalnya. Sekalipun sebagian wilayah saat ini sudah mengalami hujan, sebagian besar wilayah baru akan masuk musim hujan pada November 2023.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Jumat (8/9/2023), mengatakan, sekitar 78,5 persen dari total zona musim telah memasuki musim kemarau. Secara umum, kemarau ini bertahap, sejak April 2023 dan mencapai puncaknya pada Agustus dan September 2023.