Menanamkan Budaya Literasi Anak dengan Mobil Terling
Budaya literasi orang Indonesia belum terbangun. Mobil Literasi Keliling menjadi upaya menumbuhkan minat baca demi masa depan lebih baik.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan teknologi bagai pisau bermata dua karena bisa menambah wawasan tetapi jika pengguna tidak pintar memilah, ilmu yang didapat tidak terkurasi dengan baik. Sanggar Anak Akar berupaya menanamkan kembali budaya membaca buku kepada anak-anak dengan mobil literasi keliling atau mobil terling di Jakarta.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional atau PKN 2023, mobil minibus yang dimodifikasi menjadi perpustakaan berjalan ini singgah ke Jagakarsa, Jakarta Selatan, tepatnya di ruang studi kolektif dan ekosistem seni rupa, Gudskul, pada Selasa (26/9/2023). Mereka mengajak sekitar 30 siswa Sekolah Dasar Negeri Jagakarsa 06 Pagi membaca buku bersama-sama.
Buku yang dibaca kebanyakan buku cerita bergambar yang menarik untuk anak-anak. Satu per satu anak pun diminta maju ke depan membacakan cerita layaknya mendongeng di depan teman-temannya. Selain menumbuhkan minat baca, kegiatan ini juga bisa membuat anak berani tampil di depan banyak orang.
Total ada 20 lokasi di Jakarta yang akan disinggahi mobil terling dari 9 September sampai 5 Oktober 2023.
Hairun Nisa dari Sanggar Anak Akar mengatakan, gerakan Terling ini dimulai dari keresahan melihat tingkat literasi anak Indonesia yang merosot. Dengan berkeliling membawa buku-buku kepada anak, mereka berupaya mengedukasi anak-anak untuk meningkatkan kemampuan literasi. Program tersebut memberi perhatian besar pada pengembangan minat belajar dan keingintahuan anak-anak terhadap lingkungan di sekitar mereka.
”Terling ingin dapat mencakup lebih banyak masyarakat demi terciptanya ruang interaktif inklusif bagi semua prakarsa publik dalam memajukan pendidikan kebudayaan,” kata Nisa di Gudskul, Jakarta Selatan, Selasa (26/9/2023).
Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO, Indonesia merupakan negara terbawah kedua soal literasi, artinya minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan. Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca.
Survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 juga menunjukkan, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Namun, berdasarkan data Perpustakaan Nasional, ada peningkatan tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia sebesar 7,4 persen dari 59,52 poin pada 2021 menjadi 63,9 persen pada 2022. Meski belum naik signifikan, gerakan semacam Mobil Terling harus terus digalakkan.
Program Mobil Terling secara berkala akan melayani kebutuhan komunitas di kampung-kampung di Jakarta, taman kota, dan ruang publik lainnya melalui kegiatan literasi seperti mendongeng, membaca, dolanan, menonton film, dan kegiatan lainnya bersama anak. Total ada 20 lokasi di Jakarta yang akan disinggahi Mobil Terling dari 9 September sampai 5 Oktober 2023.
Manajer Proyek Gudskul Gusti Hendra Pratama mengutarakan, kegiatan literasi di Gudskul menjadi lebih menyenangkan karena membawa anak-anak menikmati literasi di ruang seni yang berbeda dari ruang kelas. Gudskul sebagai wadah berkesenian juga bisa menjadi lebih dekat dengan lingkungan sekitar Jagakarsa.
”Dari kegiatan literasi itu jadi mendapat undangan dari gurunya untuk kami datang ke sekolah berkolaborasi mengajar anak-anak, sekolah lain juga mulai datang ke kami, ada tawaran membuat mural bareng siswa mereka, ini yang membuat menarik untuk saling terlibat,” kata Gusti.
Selain kegiatan literasi bersama Sanggar Anak Akar, Gudskul juga kerap mengadakan program ”Neba di Marih” yang dalam bahasa Betawi artinya ”Kumpul di Sini” yang terbuka bagi semua orang. Program ini menghadirkan lapak ngamprak, pasar loak, pameran karya anak, dan lokakarya melukis layangan. Lebih jauh, program ini bermaksud menemukan sesuatu untuk berkolaborasi dengan masyarakat di bidang kebudayaan.
Hal ini sejalan dengan konsep ”Ruang Tamu” yang diperkenalkan PKN 2023, Gudskul menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. PKN yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi layaknya rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu.
Di ruang tamu biasanya akan tercipta percakapan. Namun, ruang tamu PKN 2023 tidak hanya percakapan antara pelaku seni dan budaya, tetapi juga melibatkan masyarakat dan kemudian membuka peluang kolaborasi yang lebih untuk memperkuat kebudayaan lokal di masing-masing daerah.
Ketua Dewan Kurator PKN 2023 Ade Darmawan menjelaskan, PKN tahun ini mengangkat filosofi lumbung yang dibagi ke dalam tiga fase, yaitu rawat, panen, dan bagi. Ruang-ruang pertemuan ini masuk dalam lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik, dan urun rembuk berbagai kebudayaan.
Kemudian, fase ”Rawat” adalah praacara berbentuk kegiatan residensi dan penelitian yang berlangsung sejak bulan Juni 2023 lalu. Setelahnya diikuti oleh fase ”Panen” adalah kegiatan mengumpulkan, mendokumentasikan, dan mengarsipkan hasil rawat yang berlangsung Juli hingga Agustus 2023.
Terakhir, fase ”Bagi”, tahap puncak sepanjang September-Oktober 2023, seluruh karya dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pergelaran, konferensi, lokakarya, dan penerbitan untuk dapat dikonsumsi publik.
”Semua ini diterjemahkan ke dalam bentuk ruang tamu yang akan disebar di beberapa titik di Jakarta. Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkerama menjadi sebuah titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan,” kata Ade dalam siaran pers, (5/9/2023).
Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. Total terdapat 35 subkegiatan dari turunan delapan besar tersebut.
Puncak acara PKN akan diadakan pada 20-29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik, seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Lokasi kegiatan puncak acara PKN sendiri akan berlangsung di 38 titik di Jakarta yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas.
Bersamaan dengan itu, Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) akan diselenggarakan. Kongres tersebut merupakan kegiatan lima tahun sekali. Berbagai rekomendasi yang dipanen dari kegiatan PKN 2023, khususnya dari simposium, akan dipresentasikan dan menjadi rekomendasi. Rekomendasi tersebut kemudian akan menjadi bahan dasar untuk kebijakan kebudayaan masa depan.