Jutaan Dollar AS untuk Adaptasi dan Resiliensi Asia
Fenomena global yang berisiko membahayakan umat manusia memerlukan mitigasi dan adaptasi bersama. Aliansi Filantropi Asia diluncurkan demi komunitas yang siap dan berdaya tahan.
Oleh
GESIT ARIYANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, JUMAT — Dunia usaha skala besar dari berbagai sektor di Asia bergabung dalam gerakan filantropi yang diberi nama Philanthropy Asia Alliance atau PAA. Komitmen awal dari sekitar puluhan entitas bisnis dan yayasan yang bergabung mencakup dana sebesar hampir 1 miliar dollar AS.
Gerakan yang dimotori Temasek ini diluncurkan dalam ajang Philanthropy Asia Summit (PAS) ke-3 di Singapura yang dihadiri ratusan undangan dari sejumlah perusahaan dan yayasan filantropi, serta Presiden Singapura yang baru terpilih, Tharman Shanmugaratnam, Jumat (15/9/2023). ”Kita memerlukan dunia yang lebih berdaya tahan dan inklusif,” kata CEO Temasek Trust Desmond Kuek membuka pertemuan, Jumat di Singapura.
Dana hampir 1 miliar dollar AS ini akan digulirkan untuk tiga fokus, yakni Iklim dan hayati, holistik dan pendidikan inklusif, serta global dan kesehatan publik.
Ketiganya menjadi fokus aliansi seiring fenomena yang kian mengkhawatirkan di Asia, rumah bagi hampir separuh penduduk dunia. Kenaikan suhu di Asia dua kali lebih cepat dibandingkan global.
Kejadian pandemi di Asia juga tiga kali lebih sering pada masa mendatang. ”Pertanyaannya bukan apakah atau bagaimana pandemi akan terjadi lagi, tapi kapan? Ini harus direspons dengan bekerja sama lintas region,” kata Desmond.
Pandemi Covid-19 lalu menjadi pelajaran berharga betapa penting para pihak menjalin komunikasi untuk memitigasi dampak berbagai fenomena.
”Asia adalah salah satu pusat penyebaran infeksi karena kepadatan dan mobilitas manusia serta intensitas kontak dengan berbagai satwa,” kata Direktur Duke-NUS Centre for Outbreak Preparadness Prof Paul Pronyk, juga ahli penyakit infeksi.
Melalui pendanaan dari gerakan filantropi, penelitian dan pengembangan kapasitas memitigasi berbagai pandemi semakin cepat terwujud. Harapannya, risiko berbagai penyakit menular baru bisa lebih dini diidentifikasi berikut langkah mitigasinya.
Pandemi Covid-19 lalu menjadi pelajaran berharga betapa penting para pihak menjalin komunikasi untuk memitigasi dampak berbagai fenomena.
Isu kesehatan publik hanya salah satu hal. Bidang lain turut menjadi perhatian, seperti memastikan ketersediaan air bersih, mewujudkan pendidikan inklusif, hingga bisnis ramah iklim dalam skema investasi berdampak.
Desmond Kuek mengajak siapa saja membuka kunci pembiayaan demi melancarkan berbagai upaya demi masa depan dunia yang lebih baik. ”Bukan demi bisnis, tapi masa depan lintas generasi,” katanya.
CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo.
Aliansi filantropi menjadi salah satu kunci mengakselerasi dan memperluas skala berbagai upaya baik itu. ”Ini platform bersama yang terbuka bagi siapa saja,” kata Desmond.
Saat ini, dana yang sudah dikelola aliansi setara 777 juta dollar AS dari puluhan anggota yang bergabung dan diharapkan terus bertambah. Dua dari 10 investor dana PAA dengan besaran masing-masing di atas 25 juta dollar AS adalah pebisnis Indonesia, yakni keluarga Tanoto dan Sinar Mas.
”Kami bergabung karena memiliki keselarasan visi atau fokus gerakan, yakni pengembangan pendidikan dan kesehatan. Tentu kami berupaya dampak bergabung dalam PAA ini semakin besar di Indonesia,” kata CEO Yayasan Tanoto Satrijo Tanudjojo seusai berbicara dalam panel diskusi. Yayasan itu menjalankan program penanganan stunting atau tengkes dan pengembangan kapasitas guru di 35 kabupaten/kota.