BRIN mengukuhkan empat profesor riset baru di bidang limnologi, aplikasi energi nuklir, pengolahan sinyal multimedia dan kecerdasan artifisial, serta ekonomi pertanian.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengukuhkan empat profesor riset baru di bidang limnologi, aplikasi energi nuklir, pengolahan sinyal multimedia dan kecerdasan artifisial, serta ekonomi pertanian. Status sebagai profesor riset nantinya harus ditunjukkan dengan kinerja yang semakin baik melalui intensitas dan mutu penelitian.
Upacara pengukuhan sekaligus orasi profesor riset BRIN diselenggarakan di Auditorium BRIN, Jakarta, Selasa (12/9/2023). Sidang dibuka oleh Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset BRIN Gadis Sri Haryani dan juga dihadiri oleh Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian.
Keempat profesor riset BRIN yang dikukuhkan tersebut yakni Cynthia Henny dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Ferhat Aziz dari Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir, Hilman Ferdinandus Pardede dari Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber, serta Bambang Sayaka dari Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan.
Cynthia Henny merupakan pakar bidang limnologi dan membawakan orasi terkait ”Pengelolaan Kualitas Air Danau Melalui Pendekatan Biogeokimia”. Orasi tersebut menekankan bahwa pendekatan biogeokimia sebagai pengendali utama kualitas air merupakan nature-based solution yang bisa menjadi solusi terbaik dalam menjaga kualitas air danau dalam mendukung ekosistem danau yang sehat dan lestari.
”Proksi biogeokimia mampu mengungkapkan evolusi danau dari zaman awal terbentuk bumi. Informasi kondisi rona awal serta dampak atropogenik dan perubahan iklim di masa lampau bermanfaat untuk pengelolaan kualitas air danau di masa depan,” ujar Cynthia.
Ferhat Aziz merupakan pakar bidang aplikasi energi nuklirdan menyampaikan orasi tentang ”Pemanfaatan Pemodelan dan Simulasi Berbasis Komputasi dalam Pengembangan Reaktor Nuklir”. Orasi ini menerangkan tentang peningkatan kemampuan dalam pemanfaatan pemodelan dan simulasi berbasis komputasi dapat melengkapi pengembangan teori ilmiah dan eksperimentasi laboratorium iptek nuklir secara lebih akurat, aman, dan selamat.
Kemudian Hilman Ferdinandus Pardede merupakan pakar bidang pengolahan sinyal multimedia dan kecerdasan artifisial (AI). Ia memaparkan orasi tentang ”Penerapan Pembelajaran Mesin (Machine Learning) dan Pembelajaran Dalam (Deep Learning) Berkinerja Tinggi untuk Mendukung Sektor Pertanian di Indonesia”.
Dalam orasi tersebut, pemanfaatan AI pada teknologi pertanian cerdas dan pertanian presisi berpotensi besar untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Peran teknologi AI pada bidang pertanian yang dapat diterapkan di semua aspek pertanian antara lain untuk identifikasi penyakit, kualitas pangan, kondisi lahan, dan distribusi hasil pertanian.
Sementara Bambang Sayaka yang merupakan pakar bidang ekonomi pertanian menyampaikan orasi terkait ”Redesain Kebijakan Pengembangan Industri Benih Tanaman Pangan dan Sayuran Berbasis Permintaan Pasar”. Orasi menekankan bahwa kebijakan perbenihan tanaman pangan dan sayuran hendaknya berbasis permintaan pasar agar lebih efisien dan berdaya saing.
Meningkatkan kinerja
Amarulla Octavian mengapresiasi capaian dari empat peneliti ahli utama BRIN yang telah dikukuhkan menjadi profesor riset. Majelis profesor riset melaksanakan sidang terbuka pengukuhan ini setelah melalui proses akademik yang cukup lama dan komprehensif.
Amarulla menekankan, status sebagai profesor riset nantinya harus ditunjukkan dengan kinerja yang semakin baik antara lain melalui intensitas dan mutu penelitian yang semakin kredibel secara nasional dan internasional. Di samping itu, perlu juga meningkatkan karya ilmiah, inovasi, metode, serta teknologi yang bermanfaat bagi negara dan bangsa.
”Profesor riset harus memenuhi asas legalitas dan legitimasi. Legalitas ini bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara legitimasi diperoleh dari pengakuan sivitas para peneliti sekaligus sivitas akademik di seluruh perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri,” ujarnya.
Menurut Amarulla, profesor riset lazim diberikan oleh berbagai perguruan tinggi terkemuka di dunia. Para profesor riset di luar negeri mendapat tugas untuk fokus melaksanakan penelitian sepanjang waktu dan hampir tidak ada kewajiban memberi kuliah di kelas. Mereka bertanggung jawab atas suatu laboratorium untuk membimbing mahasiswa post-doctoral.
”Keistimewaan profesor riset adalah kemampuannya untuk memperoleh dana penelitian dari eksternal kampus yang besar. Saya berpesan kepada peneliti semua agar lebih memacu diri berprestasi secara ilmiah menghasilkan berbagai inovasi,” katanya.