Virus Flu Burung Terus Bermutasi, Risiko Penularan ke Manusia Meningkat
Mutasi virus flu burung di China dinilai dapat meningkatkan risiko penyakit tersebut menular ke manusia.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Subtipe virus flu burung yang endemik di peternakan unggas di China terus bermutasi. Perubahan ini dinilai dapat meningkatkan risiko penyakit menular tersebut ke manusia sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi epidemi atau pandemi.
Demikian hasil studi kolaborasi para peneliti di China dan Nottingham yang dipublikasikan di jurnal Cell pada 4 September 2023.
Penelitian tersebut melaporkan karakterisasi virus avian influenza (AIV) H3N8 pada manusia yang diisolasi dari pasien manusia. Dengan menggunakan tikus laboratorium dan musang sebagai model untuk penularan pada manusia, penelitian ini menemukan bahwa virus telah mengalami beberapa perubahan adaptif yang menyebabkan infeksi parah pada hewan dan membuatnya dapat ditularkan antarhewan melalui jalur udara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan kasus pertama seorang perempuan yang meninggal akibat flu burung H3N8 di China pada 11 April 2023.
Pada manusia, infeksi virus H3N8 dari unggas diketahui menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan bahkan bisa berakibat fatal. Virus ini tersebar luas di kawanan ayam. Sebelumnya, gambaran bagaimana penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia masih kurang dipahami.
”Kami menunjukkan bahwa virus H3N8 dari unggas yang diisolasi dari pasien penderita pneumonia berat dapat bereplikasi secara efisien di sel epitel bronkus dan paru manusia dan dampaknya sangat berbahaya bagi mamalia di laboratorium serta dapat ditularkan melalui percikan pernapasan,” kata Kin-Chow Chang dari Universitas Nottingham.
Menular melalui udara
Chang dan tim telah menemukan bahwa virus ini telah bisa melakukan pengikatan reseptor pada manusia dan substitusi asam amino PB2-E627K yang diperlukan untuk menular melalui udara.
Jinhua Liu dari China Agricultural University di Beijing, yang turut dalam kajian ini, mengatakan, virus influenza yang resistan terhadap asam juga merupakan hambatan penting yang harus diatasi oleh virus flu burung agar dapat beradaptasi dan menular pada mamalia atau manusia baru. Virus baru H3N8 saat ini belum memiliki ketahanan terhadap asam. ”Oleh karena itu, kita harus memperhatikan perubahan resistensi asam pada virus baru H3N8,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan kasus pertama seorang perempuan yang meninggal akibat flu burung H3N8 di China pada 11 April 2023. Korban yang meninggal berusia 56 tahun dari Provinsi Guangdong di China tenggara.
Dia jatuh sakit pada 22 Februari, dirawat di rumah sakit karena pneumonia parah pada 3 Maret, dan meninggal pada 16 Maret. Pemeriksaan mengonfirmasi korban terinfeksi H3N8.
”Pasien tersebut memiliki beberapa penyakit penyerta. Dia mempunyai riwayat terpapar unggas hidup sebelum timbulnya penyakit dan riwayat kehadiran burung liar di sekitar rumahnya,” sebut WHO dalam pernyataan tertulisnya.
WHO juga melaporkan tidak ada kontak dekat dari kasus tersebut yang mengalami infeksi atau gejala penyakit pada saat pelaporan.
Sebelum kematian ini, dua kasus nonfatal sebelumnya telah muncul, keduanya juga terjadi di China, pada April dan Mei 2022. H3N8 awalnya diketahui sudah beredar sejak 2002 setelah pertama kali muncul pada unggas air Amerika Utara. Penyakit ini diketahui menginfeksi kuda, anjing, dan anjing laut.