Perguruan Tinggi Beri Pelatihan Kecakapan Digital secara Gratis
Kebutuhan sumber daya mansuia yang memiliki kecakapan dan kecerdasan digital di Indonesia tinggi, tetapi ada kesenjangan ketersediaan. Perguruan tinggi digandeng untuk memberi pelatihan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi mendukung penyiapan talenta digital yang dibutuhkan dunia kerja. Pendidikan kecakapan digital yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja kini disediakan perguruan tinggi berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Kabupaten Tangerang, Banten, pelatihan di bidang smart factory dan cloud big data diberikan secara gratis kepada para lulusan perguruan tinggi di wilayah Banten dan sekitarnya untuk meningkatkan keterampilan dan kesiapan kerja. Hal ini bisa terlaksana atas dukungan Korea International Cooperation Agency (KOICA).
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan UMN Andrey Andoko, Jumat (9/9/2023), mengatakan, karena Indonesia dan negara-negara di Asia ingin fokus pada transisi energi dan transformasi digital, peluang program pelatihan antara UMN dengan Silla University dan KOICA dalam bidang smart factory dan cloud big data dibuka. Tujuannya, menghasilkan tenaga kerja ahli yang mampu diserap baik oleh perusahaan Korea yang bekerja sama dengan Indonesia.
Pada Kamis, KOICA Indonesia Country Director Jeong Yun Gil dan KOICA Indonesia Deputy Country Director Lee Jeong Wook mengunjungi UMN untuk melihat efektivitas program tersebut. KOICA menyalurkan bantuan hibah Pemerintah Korea Selatan kepada UMN selama tiga tahun.
UMN Continuing Education Department Manager Johanes Tambing Boro menjelaskan, ada dua bidang yang ditawarkan, yakni smart factory untuk lulusan program studi teknik elektro, teknik mesin, dan sejenisnya serta cloud big data untuk lulusan program studi informatika, sistem informasi, teknik komputer, bisnis, dan lainnya. Dalam skema kerja sama ini, UMN, Silla University, dan KOICA ini telah sukses menyelesaikan Training Program KSU4IRTC dengan total 170 alumnus yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Banten.
Para peserta dilatih intensif selama 7-8 minggu oleh para dosen UMN dengan kurikulum yang dirancang Silla University. Pelatihan ini terbuka secara umum bagi alumnus universitas di wilayah Banten tanpa dipungut biaya apa pun dengan syarat utama belum mendapatkan pekerjaan. Alumnus program pelatihan ini langsung ditawarkan kepada perusahaan-perusahan yang membutuhkan.
Ketua Program Studi Teknik dan Informatika UMN Niki Prastomo berharap, ke depan program ini bisa dikembangkan mencakup pelatihan entrepreneurship, cloud big data, kecerdasan buatan (AI), dan keamanan digital. Hal ini selaras dengan tren kebutuhan digitalisasi perusahaan untuk menambah keahlian peserta.
Kuliah kecerdasan digital
Sementara itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada membuka kelas mata kuliah kecerdasan digital tentang teknologi kecerdasan buatan. Kelas ini dibuka untuk umum secara gratis guna mencetak talenta digital baru, meningkatkan kesiapan masyarakat, serta mengajak anak muda memanfaatkan peluang transformasi digital yang berkembang sekarang.
Terdapat tiga kelas yang ditawarkan, yakni kecerdasan digital dasar, kecerdasan digital lanjutan, serta kelas transformasi digital dan pemilu. Pendaftaran dibuka hingga 18 September.
Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi, beberapa waktu lalu, mengatakan, pembukaan kelas gratis kecerdasan digital sudah diinisiasi sejak tiga tahun lalu. Sebelumnya, sudah berjalan pembukaan 20 kelas yang diikuti lebih dari 20.000 peserta dari sejumlah provinsi di Indonesia.
”Kita ingin mengajak anak muda mengambil manfaat dan menjadi pemenang dari transformasi digital. Jangan sampai kita ketinggalan ketika ada peluang transformasi digital,” ujar Wawan.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani mengatakan, pemerintah mendorong percepatan transformasi digital dengan cara meningkatkan literasi digital yang masih berada di indeks 3,54.
”Indeks literasi digital kita masih 3,54, meningkat dari tahun sebelumnya 3,19, tetapi itu belum cukup. Perlu ditingkatkan lagi dengan mendorong program peningkatan literasi digital nasional dengan menjangkau seluruh masyarakat karena transformasi digital tidak boleh ada yang ditinggalkan,” kata Samuel.
Manajer Riset Center for Digital Society Fisipol UGM Agung Tri Nugraha mengatakan, dari hasil survei Bank Dunia tahun 2018 selama rentang waktu 15 tahun, Indonesia membutuhkan sedikitnya sembilan juta talenta digital baru. Itu artinya, setiap tahun Indonesia membutuhkan sekitar 600.000 talenta digital baru.
”Perguruan tinggi kita hanya meluluskan 100.000-200.000 orang saja sehingga ada gap 400.000-500.000 talenta digital yang dibutuhkan. Untuk mengisi kebutuhan tenaga talenta digital, perguruan tinggi perlu memberikan pendidikan formal dan pelatihan karena ada kesenjangan besar yang harus diisi,” kata Agung.