Literasi Kini Tidak Sekadar untuk Pembelajaran
Kecakapan literasi tak sekadar untuk pembelajaran. Kini, literasi berkaitan dengan pembangunan bidang lainnya, bahkan untuk keberlanjutan dan perdamaian.
Literasi berperan penting dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, damai, adil, dan berkelanjutan. Sebab, literasi merupakan kecakapan hidup yang menumbuhkan kemampuan seseorang memperkuat kapasitas diri dan bersosialisasi di masyarakat.
Hari Literasi Internasional 2023 dirayakan pada Jumat (8/9/2023) dengan tema ”Mempromosikan Literasi bagi Dunia dalam Transisi: Membangun Landasan bagi Masyarakat yang Berkelanjutan dan Damai”. Hal ini merefleksikan peran literasi membangun warga lebih inklusif, damai, adil, dan berkelanjutan.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menyatakan ada relasi timbal balik antara literasi dan bidang pembangunan lainnya. Literasi merupakan inti dari penciptaan masyarakat tersebut.
Kemajuan bidang pembangunan lainnya berkontribusi membangkitkan minat warga mengembangkan kecakapan literasi dan numerasi. Caranya, dengan mempercepat kemajuan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDG4) mengenai pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat.
Wien Muldian, pekerja literasi dan pengelola perpustakaan publik, mengutarakan, kompetensi literasi dan numerasi tak hanya untuk memetakan masalah pendidikan dengan instrumen pengukur kapasitas diri. Kompetensi itu juga tak sekadar sebagai bahan refleksi dan evaluasi pembelajaran di sekolah.
”Inisiatif dengan fokus peningkatan kemampuan literasi tidak hanya urusan Kurikulum Merdeka Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi),” ujarnya.
Penguatan kemampuan literasi juga tidak hanya mengenai literasi untuk kesejahteraan dan inklusi sosial Perpustakaan Nasional. Literasi sebagai kecakapan hidup harus menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan,” tuturnya.
Baca Juga: Literasi, Kunci Kehidupan Seseorang
Dengan literasi, setiap manusia Indonesia dapat memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya, bekerja bersama secara tim, mengevaluasi diri sendiri, dan kemampuan memanfaatkan teknologi untuk penghidupannya.
Keterampilan literasi yang bertransformasi dengan kondisi saat ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dapat bersosialisasi di tengah masyarakat, dan memiliki keahlian untuk bekerja berdasarkan minatnya.
”Keterampilan literasi bukan sekadar urusan membaca dan menulis, tetapi juga terkait urusan akses pada bacaan berkualitas yang membangun kecakapan hidup yang menyejahterakan. Literasi memberi ruang untuk belajar mengenali kapasitas diri sendiri dan berkarya,” ujarnya.
Menolak penghakiman
Sementara Duta Baca Indonesia 2021-2025 Gol A Gong menegaskan, peringatan Hari Aksara Internasional memotivasi masyarakat kita dan pengingat bahwa masih banyak masalah mengenai literasi di tengah masyarakat dunia.
”Terutama di Indonesia, agar kita makin bersemangat untuk maju dan menolak dihakimi lembaga PISA (Programme for International Student Assessment), bahwa kita adalah bangsa yang rendah minat bacanya. Itu jangan lagi menghantui kita. Itu akan membuat kita rendah diri,” kata Gol A Gong.
Penghakiman itu harus mulai diabaikan karena budaya membaca di Indonesia trennya bagus. Komunitas baca bertumbuhan, buku-buku konvensional diterbitkan dan dijual dengan cara pre-order. Platform digital dengan beragam jenis tulisan digandrungi, bahkan dialihwahanakan ke film.
Justru yang terjadi UNESCO, lanjut Gol A Gong, mengingatkan kita sebaiknya satu orang Indonesia membaca setidaknya tiga judul buku setahun. Namun, Perpustakaan Nasional menyodorkan angka, di Pulau Jawa, satu buku ditunggu 90 orang, dan di Indonesia Timur satu buku dinantikan 1.500 pembaca.
Keterampilan literasi bukan sekadar urusan membaca dan menulis, tetapi juga terkait urusan akses pada bacaan berkualitas yang membangun kecakapan hidup yang menyejahterakan.
Gol A Gong memaparkan, dari kegiatan Safari Literasi Jawa-Bali-NTB-NTT pada 2022, ditemukan tiga persoalan di lapangan yang menyebabkan negara ini lambat merespons perkembangan literasi dunia.
Pertama, kepala dinas di daerah merasa dibuang di masa akhir pengabdiannya sebagai aparatur sipil negara ke dinas perpustakaan sehingga tak mampu memotivasi pustakawan agar membuat program inovatif, kreatif, dan edukatif. Padahal, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) merevitalisasi sebagai perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Kedua, akses ke perpustakaan yang sulit, terutama di Indonesia bagian timur. Hal ini diatasi Perpusnas dengan menyebarkan Pojok Baca Digital (Pocadi) ke seluruh pelosok Indonesia agar warga mudah membaca di perpustakaan.
Pocadi adalah perpustakaan mini dengan satu rak buku besar berisi 1.500 eksemplar buku, terdiri dari 500 judul, masing-masing judul tiga eksemplar. Ada juga tiga laptop (komputer jinjing) atau komputer, 1 televisi monitor, dan jaringan internet.
Perpusnas juga menyalurkan dana alokasi khusus untuk membangun gedung perpustakaan yang megah dengan arsitektur kontemporer. Ruangannya bervariasi; ada ruangan layanan, ruang ramah anak, teater mini untuk pemutaran film, ruangan diskusi, ruangan multimedia, dan ruang baca.
Masalah ketiga, yakni distribusi buku tak merata. Faktanya, satu buku ditunggu 1.500 pembaca untuk luar Jawa.
”Saya pernah mengirim buku dengan biaya pengiriman Rp 125.000. Padahal, harga bukunya Rp 50.000. Karena itu, saya menggandeng berbagai penerbit mengadakan program Hibah Buku Nusantara,” kata Gol A Gong yang juga penulis buku ini.
Baca Juga: Literasi untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Buku cerita anak
Bertepatan dengan Hari Literasi Nasional, Sampoerna Academy kembali menggelar Literacy Festival 2023 bersama Perpusnas. Acara ini bertujuan merayakan kreativitas dan menumbuhkan pendidikan karakter lewat buku cerita anak dalam Talkshow ”Building Character Through Children& Literacy”.
Berdasarkan data Perpusnas, tingkat preferensi membaca masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022. Angka ini meningkat 7,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin.
Principal of Sampoerna Academy Pakuwon Indah Campus Adelina Holmes mengatakan, literasi menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan pendidikan karakter sejak dini, terutama melalui buku cerita anak.
Pada usia dini, anak lebih mudah memahami dan tertarik dengan buku cerita bergambar. Keberadaan buku cerita bergambar dapat merangsang anak untuk berpikir dari konkret hingga abstrak.
Selain itu, anak lebih mudah mengenali kosakata baru, yang dibantu dengan ilustrasi dan gambar. Karena itu, penyampaian materi atau pembelajaran untuk menumbuhkan perkembangan karakter anak lebih optimal.
Sebagai bukti komitmennya untuk secara konsisten memberikan pendidikan kelas dunia di Indonesia, tahun ini Sampoerna Academy menyelenggarakan Literacy Festival. Hal ini untuk memperluas kreativitas serta menumbuhkan pendidikan karakter melalui buku cerita anak.
Melalui kolaborasi sinergis Sampoerna Academy dengan Perpustakaan Nasional RI, Literacy Festival 2023 kali ini mempersembahkan peluncuran buku Behavior Buddies Series yang terdiri dari delapan buku dan ditulis oleh delapan siswa Sampoerna Academy.
Buku Behaviour Buddies Series merupakan hasil karya delapan siswa Sampoerna Academy yang menunjukkan karakter sesuai Kurikulum IEYC, meliputi aspek empathy, communicator, adaptation, collaborator, resilient, thinker, respect, dan ethics.
Buku ini ditulis Jemima Kaia Fathoni (Grade 3, SA BSD), Kirant Zanetta Rifani (Grade 9, SA L’Avenue), Alvez Jevera Kosasih (Grade 3, SA Sentul), Ravenza Maulana Sutoro (Grade 8, SA Sentul), Alejandro Priatna (Grade 6, SA, L’Avenue), Jennifer Thomas (Grade 9, SA Surabaya), Alysia Kanaya Tumbelaka (Grade 4, SA Surabaya), dan Seola Puty Naura Adriansyah (Grade 9, SA BSD).
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Agus Sutoyo menyatakan, Perpusnas memiliki visi dan misi untuk meningkatkan literasi serta mengembangkan kebiasaan gemar membaca yang lebih luas.
”Kami senang dengan adanya kolaborasi sinergis untuk menyediakan buku cerita anak bermutu yang bisa dibaca masyarakat di Perpustakaan Nasional,” kata Agus menambahkan.