Kebotakan Bisa Dicegah dan Diatasi
Rambut yang rontok merupakan kondisi yang normal. Namun, jika rontok yang terjadi sudah berlebihan, perlu waspada akan risiko kebotakan. Kondisi kebotakan bisa dicegah dan diatasi dengan cara yang tepat.
JAKARTA, KOMPAS — Kebotakan menjadi momok bagi banyak orang, baik perempuan maupun laki-laki. Namun, sering kali orang tidak menyadari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bisa memicu terjadinya kebotakan. Penanganan yang tepat dalam perawatan rambut dibutuhkan untuk mengurangi risiko kebotakan.
Spesialis kulit, kelamin, dan estetika dari Klinik Bamed, Mohammad Yoga Adi Waskito, mengatakan, kebotakan terjadi apabila kerontokan rambut yang dialami terjadi secara berlebihan. Dalam jumlah normal, rambut akan rontok 50-100 helai dalam sehari.
”Jika lebih dari itu (50-100 helai), seseorang perlu mulai khawatir. Perawatan bisa dilakukan lebih dahulu di rumah untuk mengatasi kerontokan yang terjadi. Apabila tidak kunjung membaik, bisa lakukan pemeriksaan ke dokter,” katanya dalam acara konferensi pers HUT Ke-13 Bamed di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Yoga menyampaikan, kebotakan bisa terjadi karena faktor keturunan atau genetik. Namun, kebotakan juga bisa didapatkan akibat perilaku atau dampak dari suatu kondisi. Itu misalnya kerontokan rambut yang berlebihan akibat efek samping obat, kerontokan akibat efek hormonal, atau kerontokan setelah melahirkan (postpartum).
Pada sejumlah orang, kerontokan rambut yang berlebihan hingga menyebabkan kebotakan juga bisa terjadi akibat infeksi dan stres. Kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang tidak diperhatikan pun bisa menyebabkan rambut menjadi rontok hingga botak.
Kebiasaan tersebut antara lain membiarkan rambut dan kulit kepala terpajan sinar UV yang terlalu lama lebih dari 1.000 jam. Selain itu, rambut yang terlalu sering dan terlalu lama terpajan air juga bisa memicu terjadinya kerusakan rambut, termasuk kerontokan. Pada perempuan, kerontokan dapat terjadi karena kebiasaan mengikat rambut terlalu kencang.
Kebotakan terjadi apabila kerontokan rambut yang dialami terjadi secara berlebihan. Dalam jumlah normal, rambut akan rontok 50-100 helai dalam sehari.
Terlalu sering mencuci rambut atau keramas juga bisa memicu terjadinya kerontokan. Apalagi, jika ketika mencuci rambut sampai menggosok rambut terlalu keras.
Baca juga: Kecepatan Pertumbuhan Rambut Bisa Berbeda pada Setiap Orang
”Banyak juga masyarakat yang menggunakan sampo kurang tepat ketika keramas. Sebaiknya, saat keramas, rambut dibasahkan terlebih dahulu. Setelah itu, sampo dituangkan di tangan dan gosok sampai berbusa baru digunakan di rambut dan kulit kepala. Cukup dipijat, tidak perlu digosok terlalu kencang,” tutur Yoga.
Ia menambahkan, terlalu sering menyisir rambut pun dapat menyebabkan kerontokan rambut. Disarankan pula gunakan sisir bergigi jarang untuk mengurangi rambut yang rontok.
Kebiasaan lain yang juga bisa memicu terjadinya kerontokan yakni sering menggunakan alat untuk menata rambut seperti alat pelurus atau pengeriting rambut dan alat pengering rambut. Kebiasaan mewarnai rambut dapat pula memperparah kondisi kerontokan rambut.
”Kebiasaan yang juga dapat menyebabkan kerontokan yakni menggosok rambut terlalu keras dengan handuk ketika mengeringkan setelah keramas. Untuk mengeringkan dengan handuk cukup ditap-tap perlahan atau tepuk rambut secara perlahan dengan handuk. Bisa juga menutup rambut dengan handuk. Jadi tidak perlu menggosok rambut sampai keras,” ujar Yoga.
Perawatan rambut
Selain menghindari kebiasaan buruk, Yoga mengatakan, rambut perlu dirawat dengan baik untuk mengurangi kerontokan. Rambut yang rontok merupakan hal normal, tetapi jangan sampai kerontokan terjadi secara berlebihan.
Merawat rambut untuk mencegah kerontokan bisa dilakukan di rumah antara lain dengan menggunakan sampo dan kondisioner rambut. Pastikan produk sampo dan kondisioner yang digunakan sesuai dengan kondisi rambut, misalnya sampo dan kondisioner khusus rambut dan kulit kepala berminyak atau sampo untuk kulit kepala kering.
Selain itu, penggunaan serum khusus untuk melindungi rambut dari paparan suhu panas ekstrem dari alat penata rambut. Jika terpaksa menggunakan produk rambut tertentu, seperti hairspray, jel rambut, atau pomade, jangan lupa untuk membersihkan rambut setelahnya.
Menurut Yoga, perawatan rambut tersebut bisa dilakukan untuk mengurangi kerontokan yang dialami oleh seseorang. Namun, apabila kondisi kerontokan yang terjadi tidak juga membaik, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter ahli agar penanganan lebih lanjut bisa segera diberikan. Hal ini terutama jika kerontokan sampai menyebabkan kebotakan.
Baca juga: Dua Per Tiga Laki-laki Alami Kerontokan Rambut di Usia 30 Tahun
Terdapat beberapa jenis kebotakan yang bisa terjadi pada seseorang, antara lain alopecia areata dan alopecia androgenetica. Keduanya bisa disebabkan faktor keturunan. Alopecia areata terjadi jika kebotakan yang muncul hanya di tempat-tempat tertentu dan terjadi secara sporadis. Kebotakan ini bisa disebabkan oleh kondisi autoimun.
Sementara itu, alopecia androgenetica terjadi karena pengaruh hormonal. Prevalensi kebotakan ini terjadi hampir 50 persen pada populasi dunia. Kondisi kebotakan ini berbeda antara perempuan dan laki-laki. Pada perempuan kebotakan yang muncul biasanya mulai dari belahan garis rambut, sedangkan pada laki-laki biasanya kebotakan mulai dari bagian depan atau dari tengah kepala.
Transplantasi
Spesialis kulit, kelamin, dan estetika dari Klinik Bamed, Firman Parrol, menyampaikan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebotakan, salah satunya dengan transplantasi rambut. Transplantasi dilakukan dengan mengambil rambut sehat sebagai donor untuk dipindahkan ke area yang mengalami kebotakan.
Transplantasi rambut pada dasarnya tidak hanya bisa dilakukan untuk rambut di kepala, tetapi juga untuk area lain seperti jenggot dan alis. Untuk transplantasi rambut di kepala, terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan. Transplantasi dapat dilakukan pada pria dengan kebotakan alopecia androgenetica, pada perempuan dengan kerontokan di garis belahan rambut, serta pada seseorang yang mengalami mundurnya garis rambut akibat trauma, pascabedah, atau dicabuti. Selain itu, transplantasi juga dilakukan untuk seseorang yang berusia lebih dari 20 tahun.
Firman mengatakan, dari berbagai teknik transplantasi rambut, teknik follicular unit extraction (FUE) saat ini lebih disarankan. Teknik ini cenderung menimbulkan luka yang lebih kecil. Proses penyembuhannya pun lebih singkat. Selain itu, risiko kerusakan saraf dan perdarahan masif lebih kecil.
”Namun, yang terpenting dari transplantasi ini yaitu perawatan setelah dilakukan transplantasi rambut setidaknya sampai tiga bulan. Disarankan untuk tidak melakukan gerakan yang ekstrem. Sebaiknya juga tidak berenang terlebih dahulu karena itu dapat menyebabkan rambut yang ditanam bisa lepas,” katanya.
Baca juga: Transplantasi Rambut untuk Mengatasi Kerontokan
Setelah melakukan transplantasi rambut, juga disarankan untuk tidak menggunakan penutup rambut, seperti topi atau helm. Tidak hanya itu, persiapan sebelum transplantasi juga patut diperhatikan. ”Hindari diet ekstrem yang bisa mengurangi asupan nutrisi pada tubuh. Setidaknya satu minggu sebelum transplantasi juga dilarang merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Jangan sampai transplantasi yang dilakukan menjadi sia-sia dan hasilnya kurang optimal,” tutur Firman.
Hasil dari transplantasi rambut yang dilakukan pada seseorang bisa berbeda-beda tergantung dari kondisi setiap individu, seperti tingkat kebotakan, kualitas donor rambut, dan kepatuhan terhadap instruksi dokter dalam merawat rambut setelah transplantasi. Biaya untuk transplantasi rambut pun bisa berbeda-beda. Di Klinik Bamed, biayanya Rp 58 juta-Rp 89 juta.