Sebanyak 12 Tim Bersaing dalam Kompetisi Climate Impact Innovations Challenge
Sebanyak 12 tim yang telah menjalani serangkaian mentoring tampil dalam kompetisi Climate Impact Innovations Challenge. Mereka bersaing untuk menguji coba solusi mereka dalam mengatasi perubahan iklim di Indonesia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya mengatasi berbagai tantangan ekologis dan memitigasi dampak perubahan iklim perlu dukungan berupa teknologi inovasi. Melalui kompetisi Climate Impact Innovations Challenge, sebanyak 12 tim teknologi inovasi iklim saling bersaing untuk menguji coba solusi mereka dalam mengatasi perubahan iklim di Indonesia.
Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) merupakan sebuah kompetisi teknologi inovasi iklim yang diprakarsai East Ventures dan Temasek Foundation. Tujuan dari CIIC ialah memberikan peluang bagi inovator teknologi untuk menampilkan inovasi berkelanjutan dalam mengatasi berbagai tantangan ekologis dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Sebanyak 12 tim yang telah menjalani serangkaian mentoring kemudian bersaing untuk memenangi total hadiah sebesar Rp 10 Miliar untuk menguji coba solusi mereka di Indonesia dalam acara final yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
Managing Partner East Ventures Roderick Purwana mengemukakan,program ini berfokus pada pencarian solusi di empat kategori, yakni energi terbarukan, pangan dan pertanian, mobilitas, serta kelautan. Kategori ini merupakan sejumlah prioritas utama Pemerintah Indonesia dalam memitigasi perubahan iklim.
”Kami percaya CIIC dapat menjadi tindakan nyata untuk memberikan lebih banyak peluang bagi investasi dan pengembangan jaringan. Ini sekaligus dapat memupuk lebih banyak ide dan kolaborasi para inovator teknologi iklim yang bisa diterapkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Roderick percaya bahwa teknologi bisa mendukung dalam mengatasi berbagai tantangan ekologis dan memitigasi dampak perubahan iklim.Di sisi lain, semua pihak juga perlu mengembangkan energi terbarukan dan strategi mobilitas untuk mengatasi pemanasan global.
Sebanyak 12 tim yang bersaing yaitu 360energy, After Oil, Solano Energy, Fotortec, Sampangan, Qabortech, Baniql, Blitz, Transisi, Azura Indonesia, IJO, dan Waste4Change.
360energy merupakan solusi iklim yang berfokus pada microgrid pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah untuk petani ikan. After Oil berfokus mendistribusikan solusi energi terbarukan berdasarkan bioekonomi sirkular. Adapun Solano Energy adalah perusahaan listrik ringan yang menawarkan solusi energi terbarukan yang berpusat pada baterai.
Program ini berfokus pada pencarian solusi di empat kategori, yakni energi terbarukan, pangan dan pertanian, mobilitas, serta kelautan.
Kemudian Fotortec berfokus mendaur ulang limbah sayuran menjadi bahan protein berkelanjutan. Sampangan fokus pada pengolahan limbah agri untuk diubah menjadi pupuk hayati dan biopestisida. Qabortech merupakan solusi biokompatibel untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen.
Tim dari Baniql memproduksi produk nikel dari limbah logam industri dan bijih nikel kadar rendah untuk aplikasi baterai. Blitz berfokus memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi. Sementara Transisi merupakan layanan pengisian daya melalui platform pengelolaan stasiun pengisian kendaraan listrik yang terintegrasi.
Sementara Azura Indonesia menerapkan solusi sebagai mesin penggerak listrik hemat biaya untuk menggantikan kapal diesel yang digunakan masyarakat pesisir. IJO berfokus memberdayakan petani rumput laut untuk revolusi bioplastik berbasis rumput laut dan ekonomi biru yang berkelanjutan. Kemudian Waste4Change adalah solusi pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan menyeluruh.
Head Programmes Temasek Foundation Lim Hock Chuan menambahkan, Temasek berkomitmen membantu para inovator untuk mengembangkan inovasi mereka dari skala laboratorium ke ruang komersial hingga menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Kompetisi CIIC merupakan salah satu bentuk komitmen tersebut.
”Pada akhirnya, diharapkan berbagai teknologi yang dikembangkan peserta terus menjadi bekal penting yang berdampak bagi inovasi iklim di Indonesia,” ujarnya.