Polusi Udara Memperpendek Harapan Hidup Penduduk Indonesia
Pengurangan angka harapan hidup di Indonesia mencapai 1,4 tahun akibat cemaran partikel di bawah 2,5 mikron atau PM 2,5 yang rata-rata mencapai 18,8 mikron per meter kubik pada 2021.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polusi udara telah menyebabkan penduduk di bumi ini kehilangan 2,3 tahun harapan hidup mereka. Di Indonesia, pengurangan angka harapan hidup mencapai 1,4 tahun akibat cemaran partikel di bawah 2,5 mikron atau PM 2,5 yang rata-rata mencapai 18,8 mikron per meter kubik pada 2021.
Dampak buruk polusi udara di Indonesia terhadap angka harapan hidup penduduk ini dilaporkan dalam Air Quality Life Index (AQLI) 2023 yang dikeluarkan Universitas Chicago pada Selasa (29/8/2023). Laporan didasarkan pada data polusi global yang meningat tahun 2021.
Laporan ini menganalisis dampak polusi partikulat berukuran di bawah 2,5 mikron atau PM 2,5 secara global. Jika dunia secara permanen mengurangi polusi partikulat halus (PM 2,5) agar sesuai dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rata-rata orang akan menambah 2,3 tahun harapan hidup mereka atau total 17,8 miliar tahun hidup yang dapat diselamatkan di seluruh dunia.
Asia-Afrika menyedihkan
Menurut data, polusi partikulat masih merupakan risiko eksternal terbesar di dunia terhadap kesehatan manusia, dengan dampak terhadap harapan hidup yang sebanding dengan merokok, lebih dari tiga kali lipat dari penggunaan alkohol dan air yang tidak aman, dan lebih dari lima kali lipat dari cedera transportasi, seperti tabrakan mobil. Namun, tantangan polusi di seluruh dunia sangatlah tidak seimbang.
Tiga perempat dampak polusi udara terhadap harapan hidup global hanya terjadi di enam negara, Bangladesh, India, Pakistan, China, Nigeria, dan Indonesia, di mana orang-orang kehilangan satu hingga lebih dari enam tahun hidup mereka karena udara yang mereka hirup.
”Tiga perempat dampak polusi udara terhadap harapan hidup global hanya terjadi di enam negara, Bangladesh, India, Pakistan, Tiongkok, Nigeria, dan Indonesia, di mana orang-orang kehilangan satu hingga lebih dari enam tahun hidup mereka karena udara yang mereka hirup,” kata Michael Greenstone dari Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC).
Menurut laporan mereka, banyak negara yang mengalami polusi udara tidak mempunyai infrastruktur dasar untuk mengatasi polusi udara. Asia dan Afrika adalah dua contoh yang paling menyedihkan. Mereka menyumbang 92,7 persen tahun hidup yang hilang akibat polusi.
Namun, hanya 6,8 persen dan 3,7 persen pemerintah di Asia dan Afrika yang memberikan data kualitas udara terbuka sepenuhnya kepada warganya. Selain itu, hanya 35,6 persen dan 4,9 persen negara di Asia dan Afrika yang memiliki standar kualitas udara—yang merupakan landasan paling dasar dalam pembuatan kebijakan.
”Data kualitas udara terbuka yang tepat waktu, dapat diandalkan, dan khususnya dapat menjadi tulang punggung upaya masyarakat sipil dan pemerintah mengenai udara bersih—memberikan informasi yang tidak dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah serta memungkinkan pengambilan keputusan kebijakan yang lebih tepat,” kata Christa Hasenkopf, direktur AQLI dan program kualitas udara di EPIC.
Penelitian ini juga menyimpulkan, polusi bahan partikulat merupakan risiko terbesar yang mengancam kesehatan di Asia dan Afrika. Bahkan, data di India menunjukkan, polusi udara melebihi dampak penyakit kardiovaskuler dan malnutrrisi maternal dalam hal penurunan angka usia harapan hidup.
Secara rata-rata, penduduk India kehilangan 5,3 tahun usia harapan hidupnya akibat polusi partikel, sementara angka kehilangan usia harapan hidup akibat penyakit kardiovaskuler adalah 4,5 tahun dan kalau akibat malnutrisi maternal dan bayi adalah 1,8 tahun.
Kondisi di Indonesia
Laporan ini menyebutkan, cemaran PM 2,5 di Indonesia pada tahun 2021 rata-rata mencapai 18,8 mikron kubik, lebih dari tiga kali lipat standar aman yang ditetapkan WHO sebesar 5 mikron kubik. Polusi ini menyebabkan berkurangnya angka harapan hidup penduduk di Indonesia sebesar 1,4 tahun.
Selain Jakarta, Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang paling tercemar di Indonesia.
Dengan mereduksi polusi udara hingga tingkat yang disarankan WHO, angka harapan hidup penduduk di Indonesia akan bertambah 1,4 tahun. Sementara untuk Jakarta, angka harapan hidup penduduk bisa bertambah 2,4 tahun jika cemaran PM 2,5 bisa diturunkan hingga memenuhi ambang aman WHO.
Selain Jakarta, Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang paling tercemar di Indonesia. Medan, misalnya, mengalami tingkat polusi sebesar 33,9 mikron per meter kubik. Penduduk di Medan bisa memperoleh harapan hidup 2,8 tahun jika polusi dapat dikendalikan sesuai dengan pedoman WHO.
Penurunan angka harapan hidup penduduk di Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya, akibat pencemaran PM 2,5 diperkirakan meningkat dengan tingginya tingkat pencemaran yang terjadi baru-baru ini.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, yang juga Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Tjandra Yoga Aditama mengatakan, mengingat kita sekarang masih harus terus bergelut dengan polusi udara, maka akan baik kalau juga dilakukan penelitian ”Air Quality Life Index” di negara kita.
”Dengan riset ini, kita tahu pasti ada tidaknya dampak polusi udara pada usia harapan hidup kita bersama. Kalau ada, seberapa besar kehilangan tahun kehidupannya,” katanya.
Menurut Tjandra, penelitian ini perlu dilakukan dan dimulai sejak sekarang sehingga pada saatnya nanti didapat data ilmiah yang valid dan dapat dipercaya. Ia berharap semua pihak terkait segera mengambil langkah yang tepat.