Mayoritas Sedotan Kertas Mengandung Zat Kimia Beracun PFAS
Bahan kimia ditemukan pada hampir 90 persen pada merek sedotan kertas di pasaran. Beberapa jenis bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan, sedotan kertas yang dinilai ramah lingkungan ternyata mengandung bahan kimia yang sulit terurai dan berpotensi beracun hingga berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. Bahkan, bahan kimia juga ditemukan hampir 90 persen pada merek sedotan kertas di pasaran.
Kandungan bahan kimia dalam sedotan kertas ini terungkap dari hasil laporan para peneliti internasional dengan jurnal yang telah diterbitkan di Food Additives and Contaminants, 24 Agustus 2023. Dalam studi ini, para peneliti dari Belgia menguji 39 merek sedotan untuk kelompok bahan kimia sintetis yang dikenal sebagai zat poli dan perfluoroalkil (PFAS).
PFAS ditemukan di sebagian besar sedotan yang diuji dan paling umum ditemukan pada sedotan yang terbuat dari kertas dan bambu. PFAS banyak dimanfaatkan untuk industri elektronik dan otomotif, termasuk membuatpakaian hingga wajan antilengket. Namun, PFAS berpotensi membahayakan manusia, satwa liar, dan lingkungan.
Kandungan ini tidak menimbulkan risiko kesehatan yang besar terhadap kesehatan manusia mengingat kebanyakan orang cenderung tidak sering menggunakan sedotan. Namun, PFAS akan tetap berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun dan konsentrasinya dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
PFAS terurai sangat lambat seiring berjalannya waktu dan dapat bertahan selama ribuan tahun di lingkunganhingga kerap disebut sebagai ”bahan kimia abadi”. Bahan kimia ini juga banyak dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti tiroid, peningkatan kadar kolesterol, kerusakan hati, kanker ginjal, dan kanker testis.
Ilmuwan lingkungan di University of AntwerpBelgia, Thimo Groffen,yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, sedotan yang terbuat dari kertas maupun bambu sering kali diiklankan lebih ramah lingkungan dibandingkan sedotan plastik. Namun, ditemukannya PFAS dalam sedotan kertas menunjukkan klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.
”Meski tidak berbahaya secara langsung, PFAS dalam jumlah kecil tetap dapat menambah beban kimia yang sudah ada di dalam tubuh,” ujarnya dikutip dari Sciencedaily, Kamis (31/8/2023).
Dalam studi terpisah sebelumnya telah ditemukan PFAS pada jenis sedotan nabati di Amerika. Groffen dan rekan peneliti lainnya kemudian melakukan penelitian serupa guna mengetahui apakah hal yang sama juga terjadi pada produk yang dijual di Belgia.
Untuk mengeksplorasi hal ini lebih jauh, tim peneliti membeli 39 merek sedotan berbeda yang terbuat dari lima bahan yakni kertas, bambu, kaca, baja tahan karat, dan plastik.Sedotan yang sebagian besar diperoleh dari toko, supermarket, dan restoran cepat saji tersebut kemudian dilakukan putaran pengujian PFAS.
Hasil pengujian menunjukkan, 27 dari 39 merek atau 69 persensedotan kertas yang diuji mengandung PFAS dengan total 18 PFAS berbeda yang terdeteksi.Kemudian 18 dari 20 atau sebanyak 90 persen merek yang diuji juga terdeteksi bahan kimia. PFAS juga terdeteksi pada 80 persen merek sedotan bambu, 75 persen sedotan plastik, dan 40 persen sedotan. Sementara PFAS tidak terdeteksi pada lima jenis sedotan baja yang diuji.
PFAS yang paling umum ditemukan yakni asam perfluorooctanoic (PFOA) dan telah dilarang secara global sejak tahun 2020. Selain itu, terdeteksi pula asam trifluoroasetat (TFA) dan asam trifluoromethanesulfonic (TFMS) sebagai jenis PFAS yang sangat larut dalam air sehingga dapat larut dari sedotan ke dalam minuman.
Meski demikian, peneliti menyimpulkan bahwa konsentrasi PFAS dalam sedotan kertas ini sangat rendah. Peneliti juga memperkirakan kandungan ini tidak menimbulkan risiko kesehatan yang besar terhadap kesehatan manusia mengingat kebanyakan orang cenderung tidak sering menggunakan sedotan. Namun, PFAS akan tetap berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun dan konsentrasinya dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
Pauline Boisacq dan Maarten De Keuster serta peneliti lainnya yang terlibat dalam penelitian ini menekankan bahwa keberadaan PFAS pada kertas dan sedotan bambu menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut belum tentu dapat terurai secara hayati.Peneliti pun menyarankan konsumen untuk menggunakan jenis sedotan baja tahan karat karena hasil pengujian tidak menemukan PFAS dalam jenis sedotan ini.